Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
Napier, Susan Jolliffe
New York: Palgrave, 2001
791.433 NAP a
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Pak, So-Hee
Seoul: Seoul Munhwasa, 2010-2011
KOR 741.5 PAK g
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Elizabeth Putri Narwastu
"
ABSTRAKSejak dahulu kala hingga saat ini, kita gemar menikmati narasi. Banyaknya jenis-jenis media menceritakan sebuah narasi dengan cara yang berbeda beda. Dengan ditemukannya gambar bergerak, sebuah penonton tidak hanya bisa mendengarkan tetapi dapat juga melihat dunia narasi. Pekerjaan dari seorang sutradara atau produser adalah menggunakan teknik-teknis untuk menyampaikan pesan-pesan yang ditujukan kepada penonton. Hal ini menarik untuk didiskusikan, bagaimana sebuah dunia narasi dibangun untuk film animasi, karena ruang untuk menciptakan dunia narasi tersebut tidak dibatasi oleh realita melalui lensa kamera.Penelitian ini akan menginvestigasi bagaimana animasi dapat secara sukses menyampaikan narasi untuk sebuah cerita yang rumit dengan melakukan studi kasus tentang film Studio Ghibli, Princess Mononoke.
ABSTRACTSince the old ages up until now, we enjoy consuming narrative. Many different forms of media tells a narrative in different ways. With the discovery of moving picture, an audience not only can listen but they can also see the narrative world. A director or a producer rsquo s job is to use techniques to convey certain messages to the audience. It is interesting to discuss how a narrative world is built for an animated film because the room for creating the world is not limited by the reality through a camera lens.This research will investigate on how animation can successfully deliver narratives for a complex fantasy story by doing a case study on Studio Ghibli rsquo s Princess Mononoke."
2017
10-17-569245858
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Farisza Nadya Cahya Putri
"Stereotip gender adalah salah satu isu utama yang ada pada kebanyakan film Disney tentang putri. Perhatian terhadap sifat-sifat konvensional tersebut telah berubah menjadi tindakan untuk menantang peraturan lama dengan menampilkan seorang putri pasca-klasik. Penelitian tentang tindakan wanita menantang stereotip gender dapat ditemukan dengan mudah, namun tindakan yang dilakukan oleh seorang putri Disney pasca-klasik masih terbatas. Oleh karena itu, makalah ini menyajikan analisis mengenai analisis tindakan menantang stereotip gender yang dilakukan oleh Merida dalam film Brave 2012 . Untuk melakukan penelitian ini, penulis menganalisis keseluruhan cerita melalui menonton film tersebut, mengungkapkan tindakan stereotip gender menggunakan teori Linda Brannon, dan mengklasifikasikan tindakan yang menantang stereotip gender dalam film tersebut. Makalah ini memberikan kontribusi baru dalam studi pengkajian stereotip gender pada karakter putri pasca-klasik ciptaan Disney dan mengungkapkan bahwa seorang wanita mungkin tidak lagi menjalankan peran gender konvensional karena beberapa alasan.
Gender stereotype is one of the main issues exist that in most Disney's princess movies. The concern on following conventional traits has been changing to the act of challenging the old rules by featuring a post classical princess. Researches on the act of challenging gender stereotype by a woman can be found easily nevertheless, that action done by a brand new Disney's princess is still limited. Therefore, this paper presents the act of challenging gender stereotype analysis of Merida in Brave 2012 . To conduct this research, the author analyzed the whole story by watching the movie, revealing the act of gender stereotyping using Linda Brannon's theory, and classifying the actions of challenging gender stereotype within the movie. This paper gives a new contribution in the study of gender stereotyping study in a post classical Disney's princess and reveals that a woman may not live the conventional gender role due to some reasons."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Laras Sekarchanti
"Film Disney Princess telah dikenal oleh masyarakat luas selama bertahun-tahun. Sebagai film yang dikonsumsi berbagai kalangan dan usia, film animasi membawa beberapa nilai baik dalam alur ceritanya maupun ajaran seperti apa yang dapat kita temukan dalam film Disney. Konsep teaching-tales menjelaskan bahwa dongeng sejak dahulu kala telah menjadi media yang menjadi pembawa nilai. Karakterisasi yang dibawa oleh Disney telah berevolusi menyesuaikan dengan peran jender yang terdapat di dunia nyata pada masanya, seperti bagaimana seseorang dapat mengkategorikan dirinya dalam kelompok jender di masyarakat. Kritik terhadap Disney sering ditujukan terkait lemahnya penggambaran feminitas dalam penokohan yang terdapat dalam film Disney Princess. Karya ini mencoba mengungkap sisi lain Disney yang berperan sebagai media terutama agen sosialisasi peran jender. Karya ini dibuat dengan metode studi literatur dengan mengumpulkan sumber dari skripsi, buku, jurnal ilmiah dan thesis. Karya ini akan membahas secara spesifik film Disney Princess terkait dengan gambarannya mengenai feminitas terutama pada penokohan dalam film.
Disney Princess movies have been known to the public for many years. As movies are consumed by various member of society, animated films can deliver value in the storyline as well teachings similar to what we can find in Disney movies. The concept of teaching-tales explains that fairy tales have long been a medium that became a messenger of values. Characterization brought by Disney has evolved to adapt to the gender roles that exist in the real world of current time, such as how one can categorize himself in a gender group in society. Criticisms of Disney often addressed the weakness of femininity depiction in the characterizations contained in the Disney Princess movie. This work tries to reveal another side of Disney that acts as a media, especially the gender role socialization agency. This work is made by literature study method by collecting sources from thesis, book, scientific journal and thesis. This work will specifically address the Disney Princess films related to its image of femininity especially regarding characterization."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Fisher, Carrie
Jakarta: POP, 2018
920.073 FIS p
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Dayinta Prakasita
"Penelitian ini bertujuan menganalisis bagaimana konstruksi gender direpresentasikan dalam film animasi Disney Princess “Raya and the Last Dragon” melalui penokohan, adegan (scene) dan narasi (monolog atau dialog). Studi-studi terdahulu mengenai representasi perempuan pada film animasi Disney tentang “Princess” tahun 1950-1990-an menunjukkan masih kental stereotip gender berbasis konstruksi feminitas pada perempuan, dan maskulinitas pada laki-laki. Sementara pada kurun 2000an hingga akhir 2000an film film Disney menunjukkan konstruksi perempuan sebagai pemberontak dan ambisius. Seiring dengan wacana pergeseran konstruksi kepada pencairan gender di masyarakat, pertanyaannya apakah Disney juga mempresentasikannya dalam film filmnya? Melalui kajian terhadap film Disney bergenre princess, “Raya and The Last Dragon” (2021) akan digali apakah film tersebut sudah lebih progresif dalam merepresentasikan isu gender? Dalam arti, film tersebut mengkonstruksikan suatu gagasan tentang feminitas dan maskulinitas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif semiotika oleh Roland Barthes untuk menganalisis makna representasi dalam tanda/simbol. Teknik dokumentasi dilakukan dengan teknik screencapture sebagai pengumpulan data. Hasil Penelitian menunjukkan bagaimana adanya tiga representasi, antara lain: (1) Raya sebagai Pendekar Perempuan; (2) Raya sebagai PemimpinPerempuan; (3) Raya sebagai Perempuan Mandiri. Hasil kajian menunjukkan bahwa perempuan direpresentasikan sebagai karakter yang maskulin, digambarkan dengan sifat tangguh, dominan, dan mandiri. Konstruksi gender tradisional yang cenderung stereotip kini bergeser ke arah yang lebih progresif.
This study aims to explore and reveal how gender construction is represented in the Disney Princess animated film "Raya and the Last Dragon" through characterizations, scenes and narratives (monologue or dialogue). Previous studies on the representation of women in Disney's animated film “Princess” in the 1950s-1990s show a strong gender stereotype based on the construction of femininity in women and masculinity in men. While Disney films in the early 2000s to the late 2000s showed the construction of women as rebellious and ambitious. Along with the discourse of shifting construction to gender disbursement in society, the question is how does Disney present it in its films? Through a study of the Disney princess film genre, “Raya and The Last Dragon” (2021), it will be explored whether the film is more progressive in representing gender issues and ideas about femininity and masculinity? The method used in this research is Roland Barthes' qualitative semiotics to analyze the meaning of representation in signs/symbols. Documentation technique with screen capture technique as data collection. The results of the study show how there are three representations, including: (1) Raya as a female warrior; (2) Raya as Female Leader; (3) Raya as an Independent Woman. The results of the study show that women are represented as masculine characters, described as tough, dominant, and independent. The traditional gender construction that tends to stereotype has shifted to a more progressive direction. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dam Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Mawarfaatin Ryana Putri
"
ABSTRAKSalah satu produk media dan budaya yang memiliki banyak penonton hingga saat ini adalah kartun. Produk-produk media tersebut, tidak hanya kartun, sering menggambarkan perempuan sebagai karakter yang membutuhkan pertolongan dari laki-laki atau sebagai karakter yang sering diremehkan. Adventure Time adalah salah satu kartun Amerika yang popular dan memiliki karakter-karakter laki-laki sebagai pemeran utamanya: Finn the Human (Finn si Manusia) dan Jake the Dog (Jake si Anjing). Namun, di dalam kartun tersebut terdapat karakter perempuan bernama Princess Bubblegum yang menunjukkan kebalikan dari karakter-karakter perempuan yang tradisional dan konvensional. Tujuan dari jurnal ini adalah untuk meneliti karakter-karakter yang dimiliki oleh Princess Bubblegum untuk membuktikan dekonstruksi dari peran perempuan di dalam kartun Adventure Time. Penelitian ini menggunakan analisis tekstual dan pendekatan peran gender. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa karakter Princess Bubblegum telah mendekonstruksi peran perempuan di dalam kartun ini karena karakter-karakter laki-laki yang muncul pada Princess Bubblegum lebih dominan daripada karakter-karakter perempuan konvensional.
ABSTRACTOne of media and cultural products which hold many audiences until the present time is cartoon. Those media products, not only cartoon, often depicts female as character that needs help from male or often underrated. Adventure Time is one of American popular cartoon that has male characters as the protagonist: Finn the Human and Jake the Dog. However, there is a female character in Adventure Time named Princess Bubblegum which shows the opposite of traditional and conventional female characteristics. The objective of this paper is to examine the characteristics of Princess Bubblegum in order to prove the deconstruction of female role in Adventure Time. Textual analysis and gender role approach are conducted to this research. The findings of the study reveal that Princess Bubblegum deconstructed the female role because the male characteristics that appear in her are more dominant than the female characteristics."
2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Dewi Fatimah Adzir Maulana
"Penggambaran kecantikan seorang putri direfleksikan pada karya sastra dan relief. Adapun kisah-kisah yang didalamnya terdapat figur seorang putri dan dipahatkan pada relief yaitu kisah Sri Tanjung, Panji, dan Sudhamala. Kisah tersebut di antaranya dipahatkan pada Batur Pendopo II Candi Panataran, Candi Surawana, Candi Tegowangi, Candi Jabung, Candi Mirigambar, dan Candi Sukuh. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggambaran ideal seorang putri berdasarkan relief dan karya sastra sezaman. Tahapan metode yang digunakan yakni tahapan pengumpulan data, analisis data, interpretasi data, dan narasi. Hasil perbandingan antara penggambaran seorang putri pada relief dan naskah Sri Tanjung, Panji, dan Sudhamala memperlihatkan suatu penggambaran yang hampir sama, meskipun keduanya diciptakan pada media yang berbeda. Hal ini dapat menjadi ciri dan konsep untuk mengetahui penggambaran kecantikan ideal seorang putri yang diciptakan masyarakat pada masa itu.
The depiction of a princess's beauty is reflected in both literary works and reliefs. Notably, stories featuring a princess character, such as the tales of Sri Tanjung, Sudhamala, and Panji, are carved into the reliefs at Batur Pendopo II in Candi Panataran, Candi Surawana, Candi Tegowangi, Candi Jabung, Candi Mirigambar, and Candi Sukuh. This study aims to analyze the ideal portrayal of a princess based on these reliefs and contemporary literary works. The methodology includes stages of data collection, data analysis, data interpretation, and narration. The comparison between the depiction of a princess in the reliefs and the manuscripts shows a nearly identical portrayal, despite being created in different mediums. This similarity can serve as a characteristic and concept to understand the ideal representation of a princess's beauty as conceived by the society of that time."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library