Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang S. P.
"Perubahan yang tidak terprediksi (Unpredictable Change) dan berlangsung sangat cepat dalam dunia bisnis dan industri, menuntut Pertamina berusaha keras untuk dapat bersaing. Untuk bisa bersaing, proses dalam kilang harus dioperasikan secara efiesien, handal, dan aman untuk menghindari terjadinya kegagalan operasi (Operation Failfure).Tuntutan yang berat itu memerlukan support Kinerja Keselamatan yang maksimal (The Best Safety Performance). Meningkatnya kesadaran masyarakat dunia terhadap masalah keselamatan manusia dan peralatan telah mendorong para ahli keselamatan tingkat dunia untuk mengembangkan teknik pengelolaan keselamatan yang lebih baik dan terintegrasi yang dikenal dengan Manajemen Keselamatan Proses/Process Safety Management. Pertamina bidang Pengolahan Direktorat Hilir mulai tahun 1996 menyatakan komitmen untuk menerapkan MKP diseluruh unit operasinya. Perubahan dan perkembangan yang ada sekarang telah menempatkan penerapan MKP sebagai suatu strategis dalam pencegahan insiden. Sistem Manajemen Keselamatan Proses merupakan sistem manajemen yang mengindentifikasi, memahami, dan mengendalikan bahaya operasi guna mencegah dan menanggulangi kecelakaan, kebakaran, dan peledakan atau kerugian lain terhadap manusia, peralatan maupun lingkungan sekitar.
Untuk mengetahui pelaksanaan penerapan MKP di unit operasi dimana sampai saat ini pelaksanaan MKP belum sepenuhnya dan merupakan tugas sampingan bagi para pekerja. Untuk memeriksa dan membimbing penerapan MKP agar sesuai dengan pedoman MKP dan referensi MKP, maka diperlukan evaluasi sampai dimana tingkat pelaksanaan MKP dan sekaligus memberikan saran, rekomendasi dalam upaya pengembangan MKP secara berkesinambungan.

Implementation of Process Safety Management in Operation Unit II Dumai Riau Pertamina 2002 The rapid and unpredictable changes in business and industry, pursue Pertamina to work hard for the competition. To be able to compete, refinery process has to be operated efficiently, reliably and safely to avoid the operation failure. Great demand of it ne to be supported by the best safety performance.
The increasement of people awareness for the safety of human as well as the equipments has forced the world class safety specialist to develop the techniques for better and integrated safety system, known as Process Safety Management. Started in 1996, Pertamina Bidang Pengolahan Direktorat Hilir stated the commitment to implement the Process Safety Management as a strategy in avoiding incident.
Process Safety Management System identifies, is aware of and anticipating measures to prevent and overcome accidents, fires, explosions, and other detrimental consequences f losses to people, equipment, as well as the surrounding environment.
To know the implementation of Process Safety Management in the operation units, which is until now hasn't been done entirely and only a side job of the workers to check and lead the implementation of Process Safety Management, need to be evaluated how far the implementation of Process Safety Management as well as giving suggestions and recommendations in the effort of developing Process Safety Management Continuously.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T1143
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Chandra
"Secara umum industri petrokimia merupakan industri dengan tingkat potensi bahaya kecelakaan proses sangat berbahaya bagi para pekerja, masyarakat dan lingkungan sekitar. PT. XYZ sebagai perusahaan produsen Pupuk Urea (NH₂)₂CO merupakan salah satu pabrik petrokimia di Indonesia dimana dalam menjalankan proses bisnis PT XYZ tidak terlepas dari berbagai ancaman risiko bahaya proses yang tinggi baik dari hulu (proses pengolahan bahan baku gas alam menjadi bahan baku setengah jadi) hingga hilir (proses produksi Pupuk). Maka dari itu dibutuhkan suatu sistem manajemen khusus untuk mengidentifikasi, mitigasi, mengendalikan hingga merepson bahaya dari semua aktifitas maupun proses produkti di tempat kerja. Process Safety Management (PSM) merupakan suatu sistem manajemen keselamatan berbasis proses proaktif dalam mengidentifikasi, mitigasi, mengendalikan serta merespon bahaya dari semua aktifitas ataupun proses produksi di tempat kerja yang banyak digunakan industry petrokimia yang diimplementasikan PT XYZ di salah satu pabriknya yaitu pabrik 2B. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis tingkat maturitas penerapan PSM pada pabrik 2B PT XYZ yang terdiri dari 14 elemen yaitu Process Safety Information (PSI), Process Hazard Analysis (PHA), Operating Procedure (OP), Employee Participation (EP), Training (TRA), Contractor (CTR), Pre Startup Safety Review (PSSR), Mechanical Integrity (MI), Permit To Work (PTW), Management Of Change (MOC), Incident Investigation (II), Emergency Response and Planning (ERP), Compliance Audit (CA), dan Trade Secret (TS) dimana tingkat maturitas penerapan PSM penting bagi organisasi agar dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan dari setiap elemen yang telah mereka terapkan agar dapat mengidentifikasi dan menetapkan tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penerapan elemen PSM sehingga dapat menurunkan potensi kecelakaan proses. Dalam melakukan penilaian tingkat maturitas PSM penelitian menggunakan metode mix methode analisis deskriptif semi kualitatif dengan melakukan pendekatan sumber informasi kunci yang diperoleh melalui kuesioner, wawancara, observasi lapangan dan tinjauan dokumen perusahaan dengan jumlah sample 93 orang. Hasil penelitian didapatkan penilaian terhadap 14 elemen PSM di pabrik 2B PT XYZ berada pada commited to excellence dimana dari 14 elemen tersebut hanya terdapat 4 elemen berada pada level compliant.

Commonly, petrochemical industry is the type of industry with a high level of potential process accident hazards that can affect workers, the community and the surrounding environment. PT. XYZ as a producer of Urea Fertilizer (NH₂)₂CO is one of the petrochemical industry in Indonesia and their business processes cannot be separated from upstream process hazards (processing natural gas raw materials into semi-finished raw materials) to downstream process hazards (fertilizer production process). Therefore, a special management system is needed to identify, mitigate, control and respond to hazards from all products and processes activity in the workplace. Process Safety Management (PSM) is a proactive process-based safety management system in identifying, mitigating, controlling and responding to hazards from all activities or production processes in the workplace that are widely used by the petrochemical industry which is implemented by PT XYZ in one of its factories, it’s 2B plants. The purpose of this study is to analyze the maturity level of PSM implementation at PT XYZ's 2B plants which consists of 14 elements, namely Process Safety Information (PSI), Process Hazard Analysis (PHA), Operating Procedure (OP), Employee Participation (EP), Training (TRA). ), Contractor (CTR), Pre Startup Safety Review (PSSR), Mechanical Integrity (MI), Permit To Work (PTW), Management Of Change (MOC), Incident Investigation (II), Emergency Response and Planning (ERP), Compliance Audit (CA), and Trade Secret (TS) where the maturity level of PSM implementation is to be able to identify the advantages and disadvantages of each element implemented in order to identify and determine actions that can be taken to improve the implementation of PSM elements so as to reduce the potential for the accident process. In conducting research to assess PSM implementation maturity level, the research uses a mixed method of semi-qualitative descriptive analysis by approaching the sources of information obtained through questionnaires, interviews, and observations field and research company documents with a sample of 93 people. The results of the assessment research on 14 PSM elements at PT XYZ's 2B factory are committed to excellence where from these 14 elements there are only 4 elements at the compliant level."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhica Shashica Danasa
"ABSTRAK
Penelitian berlokasi di Pabrik Amonia 1A, Industri Pupuk Urea, PT XYZ. Fasilitas ini telah mengimplementasikan beberapa penilaian kinerja, seperti Jam Kerja Selamat dan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan (PROPER). Akan tetapi, penilaian kinerja tersebut belum dapat dijadikan indikator bahwa kedepannya perusahaan tidak akan mengalami Major Accident. Dalam rangka pencegahan dan penanggulangan potensi Major Accident di lingkungan industri, Presiden Republik Indonesia melalui Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengeluarkan regulasi dengan Nomor 74 Tahun 2019 tentang Program Kedaruratan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun dan/atau Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan penilaian risiko pelepasan dan dispersi amonia dengan skenario Tank Rupture pada tangki penyimpanan amonia dengan kapasitas terbesar. Pengumpulan data dilakukan dengan berbagai instrumen, meliputi Process Safety Management Checklist, Universal Assessment Instrument, Safety Culture Assessment Checklist, dan Emergency Response Procedure Checklist. Metode yang digunakan adalah metode pembobotan berdasarkan Key Risk Indicator (KRI) dan analisis kepatuhan (prosedur, dokumentasi, dan implementasi), pemodelan konsekuensi (perangkat lunak ALOHA), analisis spasial (perangkat lunak QGIS), dan matriks risiko. Hasil penelitian menunjukkan bahwa likelihood yang direpresentasikan oleh Effectiveness of Control (EOC) berada pada tingkat Effective. Sementara, konsekuensi terbesar terjadi pada skenario lubang kebocoran 30 cm di dasar tangki ketika rilis terjadi pada malam hari. Skenario tersebut menghasilkan Zona AEGL-3 (Red Zone) seluas 41,2 km2 serta melingkupi 14 desa. Dalam rangka mengendalikan faktor risiko tersebut, diperlukan pencapaian EOC yang maksimal (High Effective), yaitu dengan upaya mitigasi pada elemen-elemen Process Safety Management (PSM), meliputi Pre-startup Safety Review (PSSR) dan Management of Change (MoC). Tindakan mitigasi tersebut dapat menurunkan tingkat risiko dari Medium to High Risk menjadi Medium Risk, sehingga Residual Risk berada pada Zona ALARP (As Low as Reasonably Practicable).

ABSTRACT
This research is located at Ammonia Plant 1A, Urea Fertilizer Industry, PT XYZ. The facility implements performance measurement programs include, Safety Man Hours and Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan (PROPER). Nevertheless, those programs do not guarantee that the facility is free of Major Accident. Considering that the increasing activities of development in various sector particularly industry, the use of hazardous and toxic substances tends to increase the potential of Major Accident. The President of Republic Indonesia decided to stipulate a regulation on hazardous and toxic substances management namely The Ministry of Environment and Forestry Regulation No. 74-2019. Hence, this study aims to conduct a risk assessment due to ammonia release and dispersion by simulating a worse-case Tank Rupture scenario at the largest capacity storage tank. Data collecting were done by utilizing several instrumentations comprise of Process Safety Management Checklist, Universal Assessment Instrument, Safety Culture Assessment Checklist, and Emergency Response Procedure Checklist. Key Risk Indicator (KRI) and compliance analysis (procedure, documentation, and implementation) are weighted to calculate the likelihood while consequence is simulated by using several tools include, ALOHA and QGIS Software. Risk is determined by using risk matrix. The study shows that the likelihood which represented as an Effectiveness of Control (EOC) is calculated at a level of Effective. Whilst, the worst consequence is forecasted at a 30 cm leakage diameter scenario located at the bottom of the tank with time release is night. The scenario exposes about 41,2 km2 AEGL-3 Zone (Red Zone) and suffering 14 villages. In order to mitigate risk, EOC should be improved by upgrading the quality of Process Safety Management (PSM) elements covering Pre-startup Safety Review (PSSR) and Management of Change (MoC). It is expected by conducting these actions that the calculated risk (Medium to High Risk) can be reduced to be a Medium Risk which is an As Low as Reasonably Practicable (ALARP) Zone.
"
2020
T54594
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ispranto Kurnia Adhy
"Pembangkit lislrik panas bumi berkembang pesat pada saat ini, karena merupakan salah satu sumber energi pengganti selain migas. PT XYZ dalam hal ini juga ikut berperan aktif dalam tahapan engineering, procurement, konstruksi industry energi PLTP ini. Dalam kegiatan konstruksi tersebut PT XYZ mempunyai potensi keuntungan maupun resiko kerugian terhadap kegiatan ini. Pada 5 tahun terakhir ini PT XYZ mengalami kerugian akibat kecelakaan pada tahapan commissioning, meskipun hal ini sudah diasuransikan, antara lain data kecelakaan sebagai berikut : a. Kerusakan Furnish pada saat commissioning di proyek Blue Sky Refenery pada tahun 2005 b. Bocomya Reaklor Urea pada saat commissioning di proyek Kujang I B di tahun 2005. c. Pada proyek PLTP Kamojang- 4 terjadi kerusakan pada separator dan pipe line pada tahapan kegiatan commissioning pada tahnn 2007, Dalarn hal iui resiko perusabaau unruk mendapat potensi kerugian dari kegitan commissioning ini cukup besar, jika dilihat darl pengalaman proyek-proyek sebelumnya tahapan commissioning menyumbang banyak kecelakaan yang menimbulkan potensi kerugian pada peruaahaan, meskipun dalam hal ini proteksi kesehatan dan keselamatan kerja melalui process safety management sudah dilakukan. Oleh karena itu perlu dilakukan evalusi terhadap process safety management yang digunakan sebagai proteksi terhadap hazards/bahaya-bebeya yang ada pada kegiatan commissioning ini. Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar tingkat efektivitas proteksi K3 yang dilakukan untuk menoegah kerugian perusahaan pada tahapan kegiatan commissioning pipa sags pada pembangunan PLTP.

Geothermal power energy rapidly grow in this time because as one of energy source substitution besides oil and the reserve gas is progressively attenuate. PT XYZ in this case also contribute is active in industrial construction of this geothermal power energy. In the activity of construction, PT XYZ have loss risk and also advantage potency to this activity. At 5 the last year PT XYZ experience loss of accident effect at step commissioning, though this thing have been insured, for example accident data as follows : 1. Damage of Funish at commissioning in project of Blue Sky Refenery in 2005 th 2. Damage of area Reactor at commissioning in project ujang I B in 2005 th 3. At project of PLTP Kamojang - 4 happened damage at separator and pipe line atstep of commissioning activities in the year 2007th. Therefore require to be done by evaluation to protection system process safety management (K3) which applied as protection to Hazards on the this commissioning activity. In general purpose of research is to how know big level of protection effectiveness process safety management (K3) which done to prevent loss of company at phases of pipe sags commissioning activities at geothermal power energy development."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T20859
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library