Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agnes Cindy Nathania Usman
Abstrak :
Antibiotik profilaksis adalah antibiotik yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi. Antibiotik yang biasa digunakan memiliki spektrum sempit, toksisitas rendah, memiliki sifat bakterisidal dan spesifik. Tujuan penelitian ini adalah melihat kesesuaian penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien yang dilakukan pembedahan di Instalasi Bedah Sentral RSUP Fatmawati periode Januari ndash; Maret 2017 dengan PPAB RSUP Fatmawati tahun 2016 dan ASHP Guidelines tahun 2013. Metode penelitian ini dilakukan secara deskriptif analitik dengan pengambilan data secara retrospektif. Pengambilan sampel dengan teknik total sampling. Pasien yang paling banyak dilakukan pembedahan adalah pasien perempuan 57,54 dan kelompok usia yang paling banyak adalah >45-55 tahun. Rencana pembedahan yang paling banyak dilakukan adalah elektif 73,75 . Divisi pembedahan yang paling banyak dilakukan adalah bedah kebidanan 20,37 . 2.191 pasien mendapatkan antibiotik profilaksis sebelum pembedahan dan persentase divisi pembedahan yang paling banyak menggunakan antibiotik profilaksis adalah bedah digestif 89,15 . Antibiotik profilaksis yang paling banyak digunakan adalah penggunaan tunggal sefazolin 41,05 . Kesesuaian penggunaan antibiotik profilaksis dengan PPAB RSUP Fatmawati tahun 2016 sebesar 51,92 dan kesesuaian penggunaan antibiotik profilaksis dengan ASHP Guidelines 2013 sebesar 43,13.
Prophylactic antibiotics are antibiotics used to prevent infection. Commonly used antibiotics have a narrow spectrum, low toxicity, have a bactericidal activity and specific. The purpose of this study is to see the suitability of the use of prophylactic antibiotics in surgical patients at the Central Surgery Installation of Fatmawati Central General Hospital January March 2017 with Antibiotic Guidelines from Fatmawati Central General Hospital 2016 and ASHP Guidelines 2013. This research method is done analitical descriptively with retrospective retrieval data. Sampling with total sampling technique. Patients most widely performed surgery were female 57.54 and the age group most was 45 55 years. The most widely performed surgical plan was elective 73.75 . The most widely performed surgical division was midwifery surgery 20.37 . 2,191 patients received prophylactic antibiotics before surgery and surgery division percentage of the most widely used surgical antibiotic prophylaxis was digestive 89.15 . The most widely used prophylactic antibiotic is cefazoline 41.05 . The compliance of prophylactic antibiotic usage with Antibiotic Guidelines from Fatmawati Central General Hospital 2016 was 51,92 and compliance of antibiotic prophylaxis with ASHP Guidelines 2013 was 43,13.
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S69649
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Anitasari Angwarmase
Abstrak :
ABSTRAK
Patah dasar tulang tengkorak terjadi sekitar 3,5 ndash; 24 dari cedera kepala. Patah tulang dasar tengkorak menyebabkan robekan duramater sehingga berisiko terjadinya meningitis sekitar 9,2 . Pelayanan pasien patah tulang dasar tengkorak pada perawatan Neurologi RSCM menyarankan pemberian antibiotik profilaksis dalam upaya pencegahan meningitis bakterialis, dimana menggunakan ceftriaxon. Hal ini masih kontroversial. Penggunaan antibiotik tanpa indikasi yang tepat akan mengakibatkan resistensi antibiotik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat pemberian antibiotik profilaksis selama 7 hari pada pasien patah tulang dasar tengkorak. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan disain Randomized Clinical Trial, untuk mengetahui perbandingan profil cairan otak pada penderita patah tulang dasar tengkorak dengan atau tanpa pemberian antibiotik profilaksis. Analisis data menggunakan SPSS for Windows versi 20.0. Diperoleh 14 sampel, 7 pasien perlakuan yakni diberikan Ceftriaxon, sisanya kontrol. Sebanyak 57,1 pasien perlakuan, memiliki profil cairan otak yang normal, 42.9 lainnya memiliki profil cairan otak abnormal, bukan meningitis. Pada kelompok kontrol, 57,1 pasien memiliki profil cairan otak yang normal, 42.9 memiliki memiliki profil cairan otak abnormal, bukan meningitis. Dengan uji Chi ndash; Square diperoleh perbedaan yang tidak signifikan p=1,000 . Sebagai kesimpulan, terdapat kesamaan profil cairan otak pada pasien patah tulang dasar tengkorak dengan atau tanpa pemberian antibiotik profilaksis.
ABSTRACT
Skull base fracture is commonly happened in head injury, with 3,5 ndash 4,0 prevalence.The skull base fracture frequently caused meninges tear and risk of meningeal infection. Ceftriaxone is antibiotic of choice in prevention of meningeal infection. Department of Neurology, Cipto Mangunkusumo Hospital had accepted prophylactic Ceftriaxone in skull base fracture. Its use is still a controversy though. Antibiotic rsquo s use without proper indication may cause resistancy. The aim of this study is to find out the benefit of 7 days rsquo prophylactic antibiotic in skull base fracture. It is an experimental study with Randomized Clinical Trial design, to observe the difference of cerebrospinal fluid analysis between two groups, with or without prophylactic antibiotic use. Data analysis using SPSS for Windows Version 20.0. Fourteen patients was included in this study. Seven patients were in antibiotic group, the rest in control group. In antibiotic group, 57,1 of patients had normal cerebrospinal fluid analysis, while 42,9 had abnormal results, but not meningitis. In control group, 57,1 of patients had normal results, while 42,9 had abnormal results, but not meningitis. Chi ndash Square test found no significance difference between two groups p 1,000 . We found similarity of cerebrospinal fluid analysis in skull base fracture patients from both group.
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasha Supartono
Abstrak :
ABSTRAK Laringektomi total merupakan prosedur yang umum dilakukan pada karsinoma sel skuamosa laring. Infeksi luka operasi merupakan salah satu komplikasi yang sering dan dapat memberikan dampak yang besar terhadap kualitas hidup pasien. Penggunaan antibiotika profilaksis merupakan salah satu cara pencegahan ILO namun belum ada literatur pasti yang menyebutkan penggunaan antibiotika profilaksis pada laringektomi total sebaiknya digunakan selama berapa lama. Penelitian ini merupakan suatu studi eksperimental kuasi dengan kontrol yang diambil secara retrospektif untuk melihat kejadian infeksi pasca operatif pada penggunaan Sefazolin sebagai antibiotika profilaksis perioperatif selama 5 hari pada kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol statik dari data retrospektif yang menggunakan Sefazolin 30 menit sebelum insisi dan diteruskan dengan antibiotika yang berbeda selama lebih dari 12 hari di Divisi Laring Faring Departemen THT-KL FKUI-RSCM. Tiga dari 12 subyek mengalami infeksi pada kelompok eksperimen dan 2 dari 24 subyek mengalami infeksi pada kelompok kontrol. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna proporsi angka kejadian ILO pada kedua kelompok. Analisis univariat dan bivariat dilakukan untuk menilai beberapa faktor risiko dan studi ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara penyakit ginjal dan penyakit komorbid >1 dengan angka kejadian ILO.
ABSTRACT Total laryngectomy is a common procedure in laryngeal squamous cell carcinoma. Surgical site infection is one frequent complication and it can have a major impact on patient rsquo s quality of life. The use of prophylactic antibiotics is one of the prevention of surgical site infections but there is no definite literature mentioning the use and how long should the prophylactic antibiotics be used in total laryngectomy. This study was a quasi experimental study with retrospective controls to look at the incidence of postoperative infection on the use of Cefazolin as the perioperative prophylactic antibiotics for 5 days on the experimental group compared to the static control group from retrospective data using Cefazolin 30 minutes before incisions and continued with different antibiotics for more than 12 days in Larynx Pharynx Division of ORL HNS Department of Medical Faculty of Universitas Indonesia. Three of 12 subjects had an infection in the experimental group and 2 of 24 subjects had an infection in the control group. There was no significant difference in the proportion of incidence of surgical site infections in both groups. Univariate and bivariate analyzes were performed to assess several risk factors and this study showed a significant association between renal disease and comorbid disease 1 with the incidence rate of surgical site infections.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58971
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Najwa Rokhmah
Abstrak :
Kejadian infeksi luka operasi menjadi salah satu jenis infeksi nosokomial yang sering banyak terjadi di beberapa negara. Belum maksimalnya penggunaan antibiotik profilaksis ditandai dengan penggunaannya yang tidak sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan secara nasional maupun internasional mengakibatkan meningkatnya resiko kejadian infeksi luka operasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai dan mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan antibiotik profilaksis bedah terhadap kejadian infeksi luka operasi yang dievaluasi selama 23 hari di RS Marzoeki Mahdi Bogor. Penelitian menggunakan desain penelitian cross sectional. Pengambilan sampel secara total sampling dan retrospektif dengan menggunakan data sekunder (rekam medis). Sampel penelitian sebanyak 577 rekam medis pasien sejak Januari 2013-Desember 2013. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat 6 kejadian infeksi luka operasi (1,04%) dengan penggunaan antibiotik profilaksis tidak sesuai dengan Kepmenkes no 2046 tahun 2011. Tidak terdapat hubungan antara jenis dan waktu penggunaan antibiotik terhadap kejadian infeksi luka operasi serta tidak terdapat hubungan antara faktor resiko dengan kejadian infeksi luka operasi. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa kejadian infeksi luka operasi di RS Dr H Marzoeki Mahdi cukup rendah dibandingkan penelitian lain yang pernah dilakukan dan tidak terdapat pengaruh signifikan antibiotik profilaksis serta faktor resiko terhadap kejadian infeksi luka operasi. ......Surgical site infection is one of nosocomial infection that frequently happened in some countries. Unappropriate used of prophylactic antibiotic signed by the used of antibiotic not accordance with local or international guidelines and it caused surgical site infection increase. This study aim to assesed and evaluated factors that affect antibiotic prophylactic use to surgical site infection in Marzoeki Mahdi Hospital Bogor. The design of this study cross sectional with total sampling, and data collected retrospectively. Sample of this study are 577 patient from January 2013- December 2013. The result showed surgical site infection occur in 6 patients (1,04%), the used od prophylactic antibiotic is not appropriate Kepmenkes No 2046. There is no relationship between types and duration of prophylactic antibiotic to surgical site infection cases and also there is no relation between risk factors and surgical site infection cases. In this study we can conclude incidence of surgical site infection in Dr. H. Marzoeki Mahdi Hospital was low and there is no significant relation between prophylactic antibiotic used and risk factors with surgical site infection cases.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
T42543
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library