Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alparet Renaldo
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan konsep revolusi mental bagi Ir. Joko Widodo yang dikomunikasikan melalui pidato-pidato kenegaraannya dalam kurun waktu 20 Oktober 2014 mdash;20 Oktober 2015. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan analisis wacana. Hasil penelitian diperoleh dengan menganalisis tuturan dalam bentuk proposisi. Penelitian ini menggunakan teori proposisi Van Dijk untuk menentukan proposisi makro. Selanjutnya, penelitian ini juga menggunakan teori tindak tutur Searle untuk menemukan daya ilokusioner yang dibangun oleh setiap proposisi makro tersebut. Hasil penelitian menemukan sembilan gagasan revolusi mental, dan empat tindak tutur, yaitu tindak tutur asertif, direktif, deklaratif, dan ekspresif. Gagasan revolusi mental yang ditawarkan Ir. Joko Widodo berkaitan dengan ajakan persatuan. Sedangkan daya ilokusi tindak tutur menunjukkan bahwa Ir. Joko Widodo berupaya untuk meyakinkan masyarakat Indonesia pentingnya perubahan mental.

ABSTRACT
The purpose of this study is to reveal the ideas of mental revolution that are conveyed by Joko Widodo, The President of Republic of Indonesia, through his state speech during the period of 20 October 2014 mdash 20 October 2015. This is the qualitative research by using discourse analysis approach. The concepts of mental revolution are required by analysing macropropositions contained in Joko Widodo rsquo s speech. To find the macropropositions, this research uses the propositions theory proposed by Van Dijk. Beside that, this research also uses speech act theory proposed by Searle to find the illocutionary force of each macroproposition. As the result of this research, there are nine concept of mental revolution and four types of speech act that become the pragmatic strategy used by Joko Widodo in his mental revolution concepts delivery. The concept of mental refers to the invitation to be unity in being Nation Building. The illocutionary speech acts shows that Joko Widodo attempts to convince Indonesian society the importance of mental change."
2016
T47020
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febri Taufiqurrahman
"Perbedaan makna toleransi yang diyakini dalam tiap diri anggota masyarakat memunculkan pelbagai tindakan yang berbeda-beda. Toleransi yang terlalu ketat akan menimbulkan tindakan radikal, sedangkan toleransi yang terlalu lebar akan menimbulkan tindakan liberal. Disertasi ini membahas konsep toleransi yang digagas oleh K.H. A. Hasyim Muzadi dalam ceramah yang dilakukan selama tahun 1999—2017. Untuk dapat menemukan proposisi-proposisi mengenai toleransi, peneliti menyusun definisi operasional toleransi terlebih dahulu atas dasar banyaknya pengertian toleransi. Adapun definisi operasional toleransi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada tujuh elemen toleransi, yaitu (1) memiliki rasa hormat, (2) bersikap adil, (3) bertanggung jawab, (4) menerima perbedaan, (5) mengendalikan diri, (6) tidak memaksakan kehendak, dan (7) menciptakan suasana damai. K.H. A. Hasyim Muzadi mengungkapkan topik-topik pengalaman yang secara ideasional, interpersonal, dan tekstual (metafungsional) direalisasikan dalam klausa-klausa yang mengacu pada tujuh elemen toleransi. Topik-topik pengalaman tersebut membangun gagasan-gagasan yang direpresentasikan dalam proposisi-proposisi makro yang terungkap dalam ceramah K.H. A. Hasyim Muzadi. Himpunan gagasan tersebut merealisasikan konsep toleransi yang mengacu pada tujuh elemen toleransi sebagai berikut. Pada ketujuh elemen toleransi tersebut, K.H. A. Hasyim Muzadi mengungkapkan gagasan religiositas diri dan sosial yang direalisasikan dalam konsep perlindungan negara dan kebebasan agama, gagasan keadilan yang direalisasikan dalam konsep sama rata sama rasa, gagasan pemerataan yang direalisasikan dalam konsep sama-sama merasakan, gagasan keberagaman yang direalisasikan dalam konsep yang beda jangan disamakan, yang sama jangan dibedakan, gagasan integritas diri yang direalisasikan dalam konsep kesalehan pribadi harus menjadi kesalehan sosial, gagasan nasionalisme yang direalisasikan dalam konsep payung untuk semua, gagasan ketertiban yang direalisasikan dalam konsep nilai universal agama masuk ke negara dan negara melindungi agama. Temuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa konsep toleransi yang digagas oleh K.H. A. Hasyim Muzadi lebih luas dan komprehensif. Artinya, konsep toleransi tidak hanya berkaitan dalam bidang agama, tetapi juga dalam bidang hukum, pendidikan, ekonomi, budaya, bangsa, negara, dan hubungan internasional.

Perbedaan makna toleransi yang diyakini dalam tiap diri anggota masyarakat memunculkan pelbagai tindakan yang berbeda-beda. Toleransi yang terlalu ketat akan menimbulkan tindakan radikal, sedangkan toleransi yang terlalu lebar akan menimbulkan tindakan liberal. Disertasi ini membahas konsep toleransi yang digagas oleh K.H. A. Hasyim Muzadi dalam ceramah yang dilakukan selama tahun 1999—2017. Untuk dapat menemukan proposisi-proposisi mengenai toleransi, peneliti menyusun definisi operasional toleransi terlebih dahulu atas dasar banyaknya pengertian toleransi. Adapun definisi operasional toleransi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada tujuh elemen toleransi, yaitu (1) memiliki rasa hormat, (2) bersikap adil, (3) bertanggung jawab, (4) menerima perbedaan, (5) mengendalikan diri, (6) tidak memaksakan kehendak, dan (7) menciptakan suasana damai. K.H. A. Hasyim Muzadi mengungkapkan topik-topik pengalaman yang secara ideasional, interpersonal, dan tekstual (metafungsional) direalisasikan dalam klausa-klausa yang mengacu pada tujuh elemen toleransi. Topik-topik pengalaman tersebut membangun gagasan-gagasan yang direpresentasikan dalam proposisi-proposisi makro yang terungkap dalam ceramah K.H. A. Hasyim Muzadi. Himpunan gagasan tersebut merealisasikan konsep toleransi yang mengacu pada tujuh elemen toleransi sebagai berikut. Pada ketujuh elemen toleransi tersebut, K.H. A. Hasyim Muzadi mengungkapkan gagasan religiositas diri dan sosial yang direalisasikan dalam konsep perlindungan negara dan kebebasan agama, gagasan keadilan yang direalisasikan dalam konsep sama rata sama rasa, gagasan pemerataan yang direalisasikan dalam konsep sama-sama merasakan, gagasan keberagaman yang direalisasikan dalam konsep yang beda jangan disamakan, yang sama jangan dibedakan, gagasan integritas diri yang direalisasikan dalam konsep kesalehan pribadi harus menjadi kesalehan sosial, gagasan nasionalisme yang direalisasikan dalam konsep payung untuk semua, gagasan ketertiban yang direalisasikan dalam konsep nilai universal agama masuk ke negara dan negara melindungi agama. Temuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa konsep toleransi yang digagas oleh K.H. A. Hasyim Muzadi lebih luas dan komprehensif. Artinya, konsep toleransi tidak hanya berkaitan dalam bidang agama, tetapi juga dalam bidang hukum, pendidikan, ekonomi, budaya, bangsa, negara, dan hubungan internasional."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heidyanne Rahajeng Kaeni
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai-nilai moral yang terungkap
dalam cerita rakyat Betawi pada buku teks “Pendidikan Lingkungan Budaya
Jakarta (PLBJ)” untuk siswa SD. Ancangan penelitian ini didasarkan pada teori
Analisis Wacana Kritis Van Dijk (2008; 2009) yang menggunakan pendekatan
sosiokognitif untuk menunjukkan kesesuaian atau pertentangan pemahaman
wacana dengan konteks sosial. Beberapa teori lain seperti teori Alwi, et. al. (2003)
tentang pemerian kalimat dalam tata bahasa baku Bahasa Indonesia serta teori
proposisi makro dan skema naratif Van Dijk (1980) juga diterapkan untuk
mengalisis struktur teks. Sementara itu, kesesuaian atau pertentangan pemahaman
wacana dengan kesepakatan sosial atas nilai-nilai moral diuji dengan
menggunakan prinsip moral dasar Magnis-Suseno (1987). Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa pembaca diarahkan untuk memahami tindakan-tindakan
dalam teks sebagai tindakan yang bernilai positif. Namun, temuan menunjukkan
bahwa tindakan tokoh-tokoh dalam teks cenderung digambarkan dengan kata-kata
berkonotasi negatif dan beberapa teks cenderung menggunakan kekerasan atau
perkelahian sebagai konsekuensi atas tindakan tertentu. Dari temuan yang
diperoleh, terlihat bahwa tindakan tokoh-tokoh yang terungkap dari teks cerita
rakyat Betawi dalam buku PLBJ untuk siswa SD melanggar nilai-nilai moral yang
menjadi kesepakatan sosial.

ABSTRACT
The objective of this paper is to analyze the moral values of Betawi folktales in
“Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta (PLBJ)” textbook for elementary
students. This study employs Van Dijk’s Critical Discourse Analysis (2008; 2009)
as the core theory which applied sosiocognitive approach to explain how
comprehension of the discourse and social context corresponds or contradicts each
other. In addition, other theories such as sentence division in Bahasa Indonesia
grammar by Alwi, et. al. (2003) and macroproposition as well as narrative schema
by Van Dijk (1980) are applied to analyze the text structures while basic moral
principles by Magnis-Suseno (1987) is used to examine the moral values of the
stories. The results demonstrate that character behaviours in the stories can be
viewed as examples with positive values by readers. Meanwhile, those behaviours
are likely described using words with negative connotation and some texts tend to
utilize violence as consequences to certain behaviours. These findings suggest that
the behaviours in Betawi folktales in “Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta”
textbook for elementary students fail to comply with basic moral principles thus
cannot be consented by society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T39069
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library