Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Made Djaja
"Makanan dengan kandungan zat gizinya sangat dibutuhkan oleh mahluk hidup termasuk manusia untuk tumbuh dan berkembang biak. Sebaliknya melalui makanan dapat juga dipindahkan beberapa penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti diare dan keracunan makanan. Tingkat kontaminasi makanan masih cukup tinggi (oleh E. coli 65,5%) dan prevalensi penyakit diare sebanyak 116.075 kasus tahun 1995 dan Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan makanan juga masih tinggi yaitu 31.919 kasus tahun 1997, dengan angka kematian kasus (CFR) 0,15%. Penelitian prospektif dilakukan pada 255 buah Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang terdiri dari 3 jenis TPM yaitu masing-masing sebanyak 85 buah TPM dari jenis Pedagang Kakilima, Rumah Makan dan Restoran dan Jasaboga. Makanan yang diteliti adalah makanan dari daging yang dimasak dengan air sebagai bahan penunjang pengolahan makanan (daging berkuah), dengan bakteri E. coli sebagai indikasi kontaminasi makanan. Data dianalisis dengan analisis multi variabel regresi logistik ganda untuk mengetahui faktor kontaminasi makanan. Tingkat kontaminasi makanan disajikan oleh E. coli 12,2%. Kontaminasi makanan baru matang oleh E. coli 7,5%. Kontaminasi bahan makanan oleh E. coli 40,0%. Kontaminasi air oleh E. coli 12,9%. Kontaminasi tangan pengolah oleh E. coli 12,5%. Kontaminasi pewadahan oleh E. coli 16,9%. Suhu pemasakan makanan adalah 99,5 oC dan lamanya pemasakan makanan 20,6 menit. Suhu penyimpanan 28,9 oC, lamanya penyimpanan makanan matang 409,2 menit dan suhu penyajian adalah 28,7 oC. Kontaminasi oleh E. coli pada makanan yang disajikan dipengaruhi oleh suhu pemasakan dan Jenis TPM (Pedagang Kakilima dengan resiko 3,5 kali dibandingkan dengan Jasaboga dan Restoran).

Food with its nutrient constituencies is important and needed by all biological organisms including human live. On theaters hand through food could transfer some of diseases agent that could cause gastro-intestinal disorder and food intoxication. Food contamination prevalence is still height (by E. coli 65.5%) and diarrhea cases 116.075 in 1995, food out break intoxication 31.919 occur in 1997, and with CFR 0.15%. Prospective study has been done in order to identify the E. coli food contamination rate on food serve by food establishment in South Jakarta. Sample size of 255, with 85 food establishment each type food establishment group such as street food vendor, catering, and restaurant. Meat with height water activities is used for food sample and E. coli contamination on food is used as an indicator for pathogenic bacterial food contamination. Data analysis using multiple logistic regression, to identify food contamination factors. E. coli served food contamination was 12.2%, fresh cooked food E. coli contamination was 7.5%, row food E. coli contamination was 40.0%, water contamination was 12.9%, food handler hand contamination was 12.5%, and kitchen utensil especially for cooked food container contamination was 16.9%. Cooking processing temperature was 99.5 0C, average cooking period was 20.6 minute, food storage temperature and period were 28.9 0C and 409.2 minute, and room temperature of food served was 28.7 0C. Factors involved on E. coli served food contamination were cooking temperature and street food vendor (with OR=3.5 compare with restaurant and catering)."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Angling Yunanto
"Pendahuluan dan Tujuan: Transplantasi ginjal telah menjadi terapi pengganti ginjal pilihan untuk penyakit ginjal kronis stadium akhir. Di Indonesia, belum ada penelitian yang pernah membahas mengenai kualitas hidup resipien transplantasi ginjal pasca operasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan dalam kualitas hidup resipien sebelum dan sesudah operasi transplantasi ginjal. Metode: Ini adalah studi prospektif yang menggunakan kuesioner KDQoL-SF sebelum dan sesudah operasi (pada bulan ke-1, 3, dan 6). Sampel diambil secara berurutan sejak bulan Januari hingga Mei 2016 dan dilanjutkan sampai Desember 2016. KDQoL-SF telah divalidasi dalam bahasa Indonesia dan sudah banyak digunakan untuk menilai kualitas hidup resipien (cronbach alfa> 0,6). Data dianalisis dengan menggunakan software statistik SPSS versi 21.0. Dalam penelitian ini, repeated Anova dengan perbandingan post hoc Bonferroni digunakan. Hasil: Terdapat 33 pasien yang disertakan dalam penelitian ini yaitu dari Januari - Desember 2016. Usia rata-rata pasien adalah 44,6 ± 12,88 tahun. Mayoritas pasien adalah laki-laki (n = 24; 72,7%). Rata-rata IMT pasien adalah 23,8 ± 3,74 kg/m2. Komorbid yang paling sering terjadi adalah hipertensi (n = 32; 97%) kemudian diikuti oleh diabetes melitus (n = 11; 33,3%), dan dislipidemia (n = 5; 15,2%). Biaya operasi transplantasi ginjal dan pengobatannya sebagian besar menggunakan biaya pribadi (n = 14; 42,4%) (n = 14; 42,4%) kemudian diikuti oleh asuransi swasta (n = 8; 24,2 %) (n = 10; 30,3%), dan asuransi pemerintah (n = 6; 18,2%) (n = 5; 15,2%). Hampir semua resipien tidak mengeluh dengan biaya biaya tersebut ketika dan setelah operasi (n = 29; 87,9%). Dibandingkan dengan kondisi awal, kualitas hidup pada penerima meningkat pada bulan pertama, ketiga, dan keenan setelah operasi. Perubahan utama pada kualitas hidup terlihat diantara tahap pra operasi (median: 50%, IQR: ±20) dan 1 bulan setelah operasi (median: 90%, IQR: 0), sedangkan pada tahap berikut tidak ada peningkatan yang signifikan pada skor median pada bulan ketiga (median: 90%, IQR: ± 7,5) dan bulan keenam (median: 90%, IQR: ± 10) setelah operasi. Terdapat perbaikan signifikan secara statistik pada gejala, efek penyakit ginjal, beban penyakit ginjal, status kerja, fungsi kognitif, kualitas interaksi sosial, kualitas tidur, kepuasan pasien, fungsi fisik, peran fisik, kesehatan umum, kesejahteraan emosional, peran emosional, dan perbaikan pada kondisi kelelahan, skor sebelum dan sesudah transplantasi ginjal (p <0,01). Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan dalam dukungan sosial (p = 0,656), nyeri (p = 0,274), fungsi seksual (p = 1), dan skor fungsi sosial (p = 0,01) sebelum dan sesudah operasi. Angka keberhasilan transplantasi ginjal di RSCM sama dengan pusat transplantasi ginjal lainnya di dunia, yaitu sekitar 95%. Kesimpulan: Studi ini menunjukkan bahwa ada perbaikan yang signifikan pada hampir semua aspek kualitas hidup resipien setelah transplantasi ginjal. Kualitas hidup pasien setelah transplantasi ginjal di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Indonesia sama baiknya dengan di negara lain. Ini bisa menjadi database untuk studi lebih lanjut di pusat transplantasi ginjal. ……Introduction and Objectives: Kidney transplantation has become the chosen kidney replacement therapy for end stage chronic kidney disease. In Indonesia, no study about quality of life in kidney transplantation recipient after surgery has been done. This study aims to determine whether there is a significant difference in the recipient’s quality of life before and after kidney transplantation surgery. Methods:This was a prospective study KDQoL-SF questionnaire before and after surgery (1st, 3rd, and 6th month). Samples were consecutively taken from January until May 2016 and followed up to December 2016. KDQoL-SF has been validated in Indonesian language and widely used to assess recipient’s quality of life (Cronbach alfa >0,6). The data were analyzed using SPSS statistical software 21.0 version. In this study, repeated Anova with post hoc comparison Bonferroni was used. Results: There were 33 patients included in this study from January–December 2016. The average age of patients was 44,6 ± 12,88 years old. The majority of patients were males (n=24; 72,7%). Mean BMI of the patients was 23,8 ± 3,74 kg/m2. The most frequent comorbid of the patients was hypertension (n=32;97%) then followed by diabetes mellitus (n=11;33,3%), and dyslipidemia (n=5;15,2%). The cost fee of kidney transplantation surgery and its following medication mostly covered by personal financial support (n=14;42,4%), (n=14;42,4%) then followed by private insurance (n=8;24,2%), (n=10;30,3%), and governmental insurance (n=6;18,2%), (n=5;15,2%). Almost all the recipients did not complain with those cost fee during and after surgery (n=29; 87,9%). Compared to baseline, the quality of life in recipients increased at 1st, 3rd, and 6th month after operation. Major changes in the perceived QOL were noted only between the preoperative stage (median: 50%, IQR: ±20) and 1 month after operation (median: 90%, IQR: 0), while in the following stage there was no significant improvement in median score at 3 month (median: 90%, IQR: ± 7,5) and 6 month (median: 90%, IQR: ± 10) after operation. There were statistically significant improvements in symptoms, effect of kidney disease, burden of kidney disease, work status, cognitive function, quality of social interaction, quality of sleeping, patient satisfaction, physical functioning, role-physical, general health, emotional well-being, role-emotional, and improvement in fatigue, score before and after kidney transplantation (p<0,01). This study also showed that there were no significant differences in social support (p=0,656), pain (p=0,274), sexual function (p=1), and social function score (p=0,01) before and after surgery. Successful rate of kidney transplantation in Indonesia was about 95%, it was equal to transplantation in other countries. Conclusions: This study showed that there were significant improvements in almost all aspect in recipient’s quality of life after kidney transplantation. Patient’s quality of life after kidney transplantation in Cipto Mangunkusumo Hospital Indonesia is as good as in other country. It could become the database for further studies in kidney transplantation centers."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library