Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Burhannuddin
"Mortalitas yang disebabkan oleh Tuberkulosis (TB) masih tinggi dan saat ini hanya tersedia vaksin BCG untuk mencegah TB. Lebih dari 90 % individu yang terinfeksi adalah laten, bakteri dalam kondisi tersebut dorman, namun dapat terjadi reaktivasi saat imunitas melemah atau bakteri mengalami resusitasi. Vaksin BCG menunjukkan efikasi yang bervariasi pada orang dewasa dan tidak dapat mencegah reaktivasi pada TB laten. Protein RpfB yang disekresikan M. tuberculosis dalam tahap resusitasi diketahui imunogenik, sehingga berpotensi dikembangkan sebagai kandidat vaksin TB. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi, mempurifikasi, dan mengetahui imunogenitas protein rekombinan RpfB hasil konstruksi Departemen Mikrobiologi FK UI secara invitro pada splenosit mencit. Protein rekombinan RpfB diekpresikan dalam strain bakteri MRB4 (E. coli BL21 pGEX6p-1 RpfB). Protein diekstraksi dengan sonikasi dan sentrifugasi bertahap kemudian disolubilisasi dengan dapar urea 8M. Protein direnaturasi dalam dapar refolding kemudian diisolasi dengan kolom kromatografi afinitas terhadap GST. Keberadaaan protein dikonfirmasi dengan SDS-PAGE dan Western Blot kemudian dihitung konsentrasinya menggunakan metode Bradford. Uji imunogenitas dilakukan secara invitro menggunakan kultur splenosit mencit yang distimulasi masing-masing dengan 25 μg/ml protein rekombinan RpfB, 25 μg/ml protein GST, 1-2 % mitogen PHA, dan satu kelompok kultur tidak stimulasi sebagai kontrol negatif. Selanjutnya dilakukan booster pada jam ke-24 dan ke-72. Supernatan kultur splenosit dikoleksi pada jam ke-96 kemudian digunakan untuk menganalisis respon IFNγ, IL-12, IL-4, dan IL-10 dengan kit ELISA. Perbedaan respon yang dihasilkan dianalisis secara statistika menggunakan uji T independen pada nilai P<0.05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa protein rekombinan RpfB terekspresi dalam bentuk badan inklusi dengan berat molekul sekitar 66 kDa dan berhasil dipurifikasi dengan konsentrasi 53 μg/ml. Uji imunogenitas menunjukkan protein rekombinan RpfB dapat menstimulasi respon IFNγ dan IL-12, namun tidak menstimulasi respon IL-4 dan IL-10 pada splenosit mencit.

Mortality rate caused by tuberculosis (TB) is high all over the world and only BCG vaccine is currently available. More than 90% of TB infection is latent, where Mycobacterium tuberculosis in dormant state that can be active when host immune response is insufficient or the bacteria promote resucitation. As a vaccine, BCG shows varied efficacy in adults and can not give protection against resucitation of latent TB infection. Resucitation Promoting Factor B (RpfB) is one protein produced by M.tuberculosis in resucitation state and proved to be immunogenic as make it suitable to be use as TB vaccine. Microbiology Department, University Indonesia has successfully construct recombinant pGEX6p-1-RpfB plasmid in BL21 E.coli (known as MRB4 strain) as the aim of this study is to isolate, purify, and analyze recombinant RpfB-GST protein in mice splenocytes in-vitro. After induction with IPTG, protein was extracted by sonication and differential centrifugation then solubilized with buffer contain 8M urea. Protein then renaturated followed by purification with GST chromatography. Protein was confirmed by SDS-PAGE and Western blot using anti-GST. Concentration of isolated protein was measured using Bradford method. Each group of mice splenocytes was treated with 25 μg/ml of recombinant protein RpfB, GST, PHA, and one culture group without treatment; and boosted twice at 24h and 72h. Cell supernatant was collected at 96h and level of IFNγ, IL-12, IL-4, and IL-10 was measured by ELISA. The results showed that RpfB recombinant proteins expressed in the form of inclusion bodies with a molecular weight of about 66 kDa and purified at 53μg/ml. Based on independent t-test analysis, RpfB can stimulate IFNγ and IL-12 but not IL-4 and IL-10."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Aderni
"Latar belakang: Beta defensin diekspresikan terutama oleh sel epitel pada permukaan mukosa berbagai organ seperti kulit, usus, mulut dan saluran genital. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa Beta defensin 30 (Defb30) terekspresi spesifik di epididimis. Defb30 merupakan peptida kationik berukuran kecil yang diduga berperan penting pada proses pematangan spermatozoa di epididimis dan juga memiliki kemampuan untuk membunuh mikroba. Untuk mempelajari aktivitas antimikroba Defb30 ini diperlukan analisis pada tingkat protein dan hal tersebut memerlukan protein dalam jumlah yang cukup. Karena itu perlu dilakukan suatu rekayasa genetika berupa perancangan gen yang mengkode Defb30, pengklonaan dan ekspresi untuk pembuatan protein rekombinan DEFB30. Metode: Gen sintetik penyandi protein DEFB30 yang telah dioptimasi kodonnya diklona ke dalam vektor pQE-80L. Plasmid rekombinan yang mengandung sisipan gen target dikonfirmasi dengan analisis enzim restriksi dan sekuensing untuk selanjutnya diekpresikan ke dalam E. coli BL21 dan diinduksi menggunakan IPTG (Isopropyl-1-Thio-d-Galactopyranoside) dengan berbagai waktu inkubasi. Deteksi protein rekombinan dilakukan dengan SDS-PAGE dan westernblotting. IMAC (Immobilized Metal Affinity Chromatography) digunakan untuk mempurifikasi protein rekombinan. Uji antimikroba protein rekombinan dilakukan dengan cara pengukuran nilai optical density (OD) dan dianalisis hasilnya menggunakan uji one way anova. Hasil: Gen sintetik penyandi protein rekombinan DEFB30 berhasil dikonstruksi pada plasmid pQE-80L. Ekspresi ke dalam E. coli BL21 menghasilkan suatu protein fusi setelah diinduksi menggunakan IPTG selama 4 jam. Hasil analisis protein rekombinan dengan westernblotting menggunakan antibodi Anti-His G-HRP menunjukkan terbentuk pita tebal yang berukuran diatas 10 kDa (±12 kDa). Uji antimikroba protein rekombinan DEFB30 menunjukkan bahwa protein tersebut dapat menghambat pertumbuhan bakteri Eschericia coli dan Bacillus subtilis.
Kesimpulan: Gen sintetik penyandi beta defensin 30 berhasil diklona ke dalam plasmid pQE-80L. Ekspresi protein rekombinan DEFB30 menghasilkan suatu protein fusi berukuran ±12kDa. Protein rekombinan DEFB30 terbukti memiliki sifat antimikroba terhadap Eschericia coli dan Bacillus subtilis.

Background: Beta defensins are primarily expressed by epithelial cells at mucosal surfaces, such as those in skin, gut, mouth and genital tract. Previous studies have demonstrated that beta defensin 30 (Defb30) is exclusively expressed in the epididymis. Defb30 is known as a small cationic antimicrobial peptide which plays an important role in epididymal sperm maturation and also acts as a host defence against microbial infection. Study of Defb30 role in the antimicrobial activity requires generating DEFB30 protein for characterization. For the purpose of this study, Defb30 gene was designed, synthesized, cloned, and expressed for the manufacture of the DEFB30 recombinant protein. Method(s): In this study, according to the preferred codon in E. coli, the Defb30 gene was optimized and synthesized. The gene was cloned into pQE-80L vector and subsequently expressed in E. coli BL21; using IPTG (Isopropyl-1-Thio-d-Galactopyranoside) as an inducer. Detection of recombinant protein was carried out by using SDS-PAGE and westernblotting. IMAC (Immobilized Metal Affinity Chromatography) was used to purify recombinant protein. Optical density measurement was used to analyze antimicrobial property of the DEFB30 recombinant protein. Results: The synthetic gene was successfully constructed into pQE-80L plasmid and expression of the recombinant protein in E. coli BL21 produced a fusion protein after being induced by IPTG for 4 hours. Westernblotting analysis using Anti-His G-HRP antibody showed band above 10kDa (±12kDa). Antimicrobial assay for DEFB30 recombinant protein showed inhibition towards growth rates of Eschericia coli and Bacillus subtilis. Conclusion: Defb30 synthetic gene was succesfully cloned into pQE-80L plasmid. Expression of recombinant DEFB30 produced a fusion protein of ±12kDa. This recombinant protein has antimicrobial property towards Eschericia coli and Bacillus subtilis."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitepu, Ferdi Anda
"Gejala infeksi virus chikungunya dapat menjadi hambatan sosioekonomi sehingga diperlukan deteksi dini infeksi tersebut. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) memulai pengembangan kit diagnostik infeksi virus chikungunya berbasis imunologi menggunakan Rapid Diagnostic Test dari antibodi monoklonal envelope 1 (E1). Penelitian kloning dan ekspresi gen E1 virus chikungunya dari isolat Jambi bertujuan untuk memperoleh plasmid rekombinan pYES2-E1 dan protein rekombinan E1 dari host Saccharomyces cerevisiae INVSc1. Teknik yang digunakan yaitu kloning DNA plasmid pembawa gen E1 yang akan ditransformasikan ke Escherichia coli dan S. cerevisiae. Analisis hasil ekpresi protein E1 rekombinan menggunakan teknik western blot. Hasil dari penelitian ini menunjukkan plasmid rekombinan pYES2-E1 diperoleh menggunakan verifikasi teknik PCR dan double digestion. Hasil ekspresi protein rekombinan E1 pada S. cerevisiae INVSc1 menunjukkan terdapat band yang berukuran 34—43 kDa menggunakan teknik western blot. Protein E1 rekombinan yang berhasil terekspresi pada S. cerevisiae diperlukan validasi menggunakan antibodi monoklonal E1. Hasil isolasi plasmid pYES2-E1 dilanjutkan dengan verifikasi sekuensing DNA.

Symptoms of chikungunya virus infection can be a socioeconomic challenges, so early detection of the infection is needed. The Agency for the Assessment and Application of Technology (BPPT) began the development of an immunology-based chikungunya virus infection diagnostic kit using the Rapid Diagnostic Test from monoclonal envelope 1 (E1) antibodies. Research on cloning and expression of the chikungunya virus E1 gene from the Jambi isolate aimed to obtain recombinant pYES2-E1 plasmids and E1 recombinant proteins from the host Saccharomyces cerevisiae INVSc1. The technique used is to clone plasmid DNA E1 gene carriers which will be transformed into Escherichia coli and S. cerevisiae. Analysis of recombinant E1 protein expression using the western blot technique. The results of this study indicate that the recombinant pYES2-E1 plasmid was obtained using PCR verification techniques and double digestion. The results of E1 recombinant protein expression in S. cerevisiae INVSc1 showed a band of 34—43 kDa using western blotting technique. The recombinant E1 protein in S. cerevisae that was successfully expressed required validation using monoclonal E1 antibodies. The results of the pYES2-E1 plasmid isolation were followed by verification of DNA sequencing."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andriani Setyowati
"Transduksi sinyal merupakan proses penyampaian informasi dari luar
sel sampai ke dalam inti sel melewati protein-protein yang bekerja secara
berantai. ERK2 termasuk dalam golongan enzim MAP Kinase yang berada
dalam rantai bagian atas proses transduksi sinyal. STAT3 adalah protein
yang berada paling bawah dalam proses ini yang punya kemampuan
berikatan dengan DNA untuk dapat mengatur ekspresi gen yang dikode DNA
itu. STAT3 dan ERK2 berasal dari sel eukariot. Untuk mempelajari aspek
biokimia dan biofisika diperlukan protein STAT3 dan ERK2 dalam jumlah
banyak yang dapat diperoleh dengan menggunakan DNA rekombinan.
Organisme yang membawa DNA rekombinan akan mensintesis protein.
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan ekspresi protein rekombinan
transduksi sinyal STAT3 dan ERK2 dengan menggunakan IPTG sebagai
induser dalam E. coli DH5 dalam skala produksi 500 mL. Untuk
mendapatkan proteinnya, maka sel pelet bakteri harus dipecah. Supernatan
yang didapat dipurifikasi (dimurnikan ) dengan menggunakan kolom terbuka
metode kromatografi penukar anion (DEAE- Sepharose) dan kromatografi
kolom hidrofobik (Phenyl -Sepharose ). Hasil elusi selanjutnya dikonfirmasi
dengan menggunakan SDS ? PAGE. Dari hasil percobaan, protein
rekombinan STAT3 dan ERK2 berhasil diekspresikan dalam sel inang E.coli
DH5 dan berada dalam supernatan. Pita rekombinan STAT3 dengan berat molekul sebesar  66 kDa dan ERK2 sebesar  41 kDa yang telah
dimurnikan dengan matriks DEAE-Sepharose dan Phenyl-Sepharose belum
dalam bentuk pita tunggal."
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, ], [2005, 2005]
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Syah Ramadhan
"Human Epidermal Growth Factor (hEGF) merupakan polipeptida yang terdiri atas 53 asam amino. Protein hEGF berfungsi untuk proliferasi sel epitel dan epidermis secara in vitro dan in vivo. Protein hEGF dikode oleh gen EGF. Gen EGFsyn telah dikonstruksi secara sintetik untuk optimasi kodon pada Escherichia coli. Optimasi kodon berfungsi untuk meningkatkan ekspresi protein rekombinan pada E. coli. Subkloning gen EGFsyn ke plasmid pJ404 yang mengandung gen peptida sinyal endoxylanase sangat diperlukan dalam ekspresi protein hEGF rekombinan pada E. coli. Kendala ekspresi protein rekombinan pada E. coli yaitu terbentuknya badan inklusi di sitoplasma. Peptida sinyal endoxylanase digunakan untuk mentranslokasi protein ke periplasma. Digesti gen EGFsyn dan vektor pJ404 dengan enzim NheI dan BamHI diperlukan untuk persiapan subkloning dan ekspresi protein hEGF ke periplasma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gen EGFsyn dan plasmid pJ404 berhasil dipotong dan siap digunakan untuk subkloning.

Human Epidermal Growth Factor (hEGF) is a polypeptide consisted of 53 amino acids. Its function is to promote epithel and epidermis cells proliferation in vitro and in vivo. It is encoded by EGF gene. An EGFsyn has been constructed to optimize codon usage in Escherichia coli. Codon optimization enhances recombinant protein expression in E. coli. Subcloning EGFsyn gene to a plasmid carrying endoxylanase signal peptide gene is important for recombinant hEGF expression in E. coli. One of the problem expressing recombinant protein in E. coli is the accumulation of inclusion bodies in cytoplasm. Endoxylanase signal peptide is used to translocate protein to periplasm. Digestion of EGFsyn gene and plasmid pJ404 by enzyme NheI and BamHI is needed for preparation of subcloning and hEGF expression to periplasm. The results showed that EGFsyn gene and plasmid pJ404 was digested and can be used for subcloning."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S61737
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nunung Iswatun Chasanah
"Indonesia adalah negara yang memiliki tingkat endemik tinggi terhadap demam tifoid, maka diperlukan vaksin tifoid yang paling aman, efektif dan efisien. Vaksin dari protein rekombinan lebih potensial dibandingkan dengan vaksin konvensional. Tujuan dari penelitian adalah untuk melakukan uji standar mutu protein rekombinan native Fim-C Salmonella typhi meliputi, uji stabilitas fisik, kimia dan uji aktivitas serta uji keamanan protein pada hewan uji Mus musculus DDY. Analisis stabilitas fisik protein rekombinan native FIM-C S. typhi stabil pada semua parameter pengukuran tanpa mengalami perubahan yang berarti. Uji stabilitas warna menunjukan bahwa variasi suhu penyimpanan memiliki pengaruh dibandingkan lama penyimpanan p < 0,05. Uji stabilitas kimia menunjukkan protein rekombinan native Fim-C S. typhi mengalami degradasi terkecil pada suhu 4°C sebesar 6,7. Analisis Western Immunobloting bahwa protein rekombinan masih aktif setelah penyimpanan ditunjukkan dengan adanya interaksi antara protein dan antibodi primer anti Fim-C S. typhi. Hasil penelitian untuk uji keamanan menunjukkan bahwa parameter berat badan, hematologi, biokimia, setelah uji statistik menggunakan annova tidak berbeda nyata antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol P>0.05. Uji organ secara makroskopis berdasarkan berat organ hati, ginjal dan limpa dan morfologinya tidak ada kelainan, maka protein rekombinan native Fim-C S. typhi aman sebagai kandidat vaksin tipus.

Indonesia is a country with high endemic level of typhoid fever, for curative purposes needed the typhoid vaccine that most safety, effective and efficien. Vaccine produced from protein recombinant is more potential compare to the convensional one. Stability analysis of the recombinant protein was kept in room temperature 25-28°C, refrigerator 4°C and freezer 20°C, the parameter was monitored on the stability of the homogenicity, color, odor, pH for 10 days incubations showed that the recombinant native protein was stabil under assays condition without any changes as a native protein. Western Immunobloting also confirmed that the protein recombinant as a candidate vaccine indicated the interaction protein and primer antibody anti Fim C S. typhi. The results of safety test revealed that the parameters body weight, hematology, biochemistry, after statistical tests using Annova was not significantly different between the treatment group and control group P 0.05. Abnormality organs test based on the weight and morphology of organs liver, kidneys and spleen was normal. So that the native recombinant protein Fim C S. typhi is safe as typhoid vaccine candidate.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T47164
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devia Puspita Natalicka
"Salah satu terapi COVID-19 adalah plasma konvalesen yang disiapkan Unit Transfusi Darah dari donor yang telah sembuh dari COVID-19. Plasma konvalesen mengandung antibodi netralisasi yang menghambat interaksi antara protein S dengan reseptor ACE2 dengan persyaratan minimal titer 1:160 sehingga diperlukan sistem deteksi antibodi netralisasi seperti tes serologi berbasis ELISA kompetitif yang mudah, murah, cepat dan tidak membutuhkan BSL 3 atau 2. Uji ini membutuhkan protein rekombinan spike S1 yang dapat diekspresikan pada sistem ekspresi mamalia. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi antibodi spesifik SARS-CoV-2 pada plasma konvalesen COVID-19 menggunakan protein rekombinan Spike S1.Penelitian ini menggunakan plasmid pD609 sebagai vektor ekspresi yang terdapat gen spike S1. DNA ditransfeksi secara transien ke sel CHO. Immunostaining dilakukan setelah transfeksi untuk melihat ekspresi protein rekombinan spike S1 pada sel CHO. Supernatan media sel CHO post transfeksi dianalisis dengan western blot dan ELISA untuk melihat reaktifitas terhadap serum konvalesen COVID-19. Hasil immunostaining menunjukkan plasmid pD609 S1 Spike Foldon-His dapat mengekspresikan protein rekombinan spike S1 SARS-CoV-2 pada sel CHO. Hasil Western Blot dan ELISA menunjukkan supernatan media sel kultur CHO post transfeksi reaktif terhadap serum konvalesen COVID-19. Protein rekombinan spike S1 memiliki potensi untuk dikembangkan dan digunakan dalam uji antibodi spesifik namun hasil ekspresi protein masih rendah.

One of the therapies for COVID-19 is convalescent plasma prepared by the Blood Transfusion Unit from donors who have recovered from COVID-19. Convalescent plasma contains neutralizing antibodies that inhibit the interaction between S protein and ACE2 receptors with a minimum requirement of a titer of 1:160 so that a neutalizing antibody detection system is needed such as a competitive ELISA-based serological test that is easy, inexpensive, fast, and does not require BSL 3 or 2. S1 spike recombinant protein that can be expressed in mammalian expression systems. This study aims to detect SARS-CoV-2 specific antibodies in COVID-19 convalescent plasma using recombinant Spike S1 protein. This study used the pD609 plasmid as an expression vector containing the spike S1 gene. DNA was transiently transfected into CHO cells. Immunostaining was performed after transfection to see the expression of the S1 spike recombinant protein in CHO cells. The post-transfected CHO cell media supernatans were analyzed by western blot and ELISA to see the reactivity to COVID19 convalescent serum. Immunostaining results showed that the plasmid pD609 S1 Spike Foldon-His could express the SARS-CoV-2 spike S1 recombinant protein in CHO cells. The results of Western blot and ELISA showed that the post-transfection CHO cell culture media supernatant was reactive to COVID-19 convalescent serum. S1 spike recombinant protein has the potential to be developed and used in specific antibody assays, but the results of protein expression is still low."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Tresna Amalia Ilmi
"Infeksi human papillomavirus tipe 16 (HPV16) dapat menyebabkan kanker servikk, penyebab kematian no 2 di dunia. Salah satu pencegahannya adalah dengan imunisasi. Vaksin komersil saat ini merupakan vaksin viral like particles (VLP) diproduksi pada sistem ekspresi yeast dan baculovirus. Sebagai upaya penyediaan vaksin dengan harga lebih ekonomis telah dilakukan pengembangan vaksin DNA dan protein rekombinan L1 HPV16 yang diekspresikan di prokariota. Antigenitas vaksin DNA dan L1 rekombinan diujikan dalam peneltian ini. Penelitian dimulai dari pemindahan L1 dari pUC L1 HPV16 ke pCDNA3.1, ekspresi L1 rekombinan dalam prokariota, pengamatan pembentukan VLP oleh L1 rekombinan dengan transmission electron microscope (TEM), pengujian antigenitas kombinasi vaksin DNA dan protein rekombinan pada BALB/c. Hasil menunjukkan pcDNA3.1 L1 berhasil diperoleh yang dibuktikan dengan analisis enzim restriksi dan sekuensing. L1 rekombinan berhasil membentuk VLP, vaksin komposisi 12,5 μg pcDNA3.1 L1 dikombinasikan 2 μg L1 rekombinan menginduksi titer antibodi endpoint tertinggi pada pengambilan serum terakhir yaitu 23.55 (p<0.05) dibandingkan vaksin 12,5 μg pcDNA3.1 L1 (2.775) dan 2 μg L1 rekombinan (10.45) yang diberikan secara terpisah setelah 3 kali imunisasi. Sebagai kesimpulan pCDNA3.1L1 berhasil diperoleh, protein L1 rekombinan dapat membentuk VLP dan pemberian kombinasi pcDNA3.1 L1 dan L1 rekombinan menginduksi respon kekebalan tubuh lebih bagus dibandingkan pemberian secara terpisah.

Infection with human papillomavirus type 16 (HPV16) can cause cervical cancer, the second cause of death in the world. One way to prevent it is with a barrier. The current commercial vaccine is a viral like particle (VLP) vaccine produced on yeast and baculovirus expression systems. As an effort to provide a vaccine at a more economical price, a DNA vaccine and a recombinant L1 HPV16 protein that are expressed in prokaryotes have been developed. The antigenicity of recombinant DNA and L1 vaccines was tested in this study. The research started with the transfer of L1 from pUC L1 HPV16 to pCDNA3.1, expression of recombinant L1 in prokaryotes, assessment of VLP formation by recombinant L1 with transmission electron microscopy (TEM), testing the antigenicity of a combination of DNA vaccines and recombinant protein on BALB/c. The results showed that pcDNA3.1 L1 was successfully obtained, as evidenced by restriction enzyme analysis and sequencing. The recombinant L1 succeeded in forming a VLP, the composition of the vaccine 12.5 µg PCDNA3.1 L1 combined 2 µg L1 recombinant induced the highest endpoint antibody titer (10.45) which was given 23.55 (p <0.05) compared to the 12.5 µg vaccine PCDNA 3.1 L1 (2,775) and 2 µg L1 recombinant (10.45) given by 3 times. As a conclusion, pCDNA3.1L1 was successfully obtained, recombinant L1 protein can form VLP and provide a combination of recombinant pcDNA3.1 L1 and L1 induce an immune response better than administration separately."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Rahmawati
"Human Granulocyt Colony-Stimulating Factor (HG-CSF) is a protein hormone that is categorized as human cytokine and has a very important therapeutic applications. as an important regulator in the formation of white blood cells (neutrophils) or granulopoiesis and some mature neutrophil granulocyte cell functions. Granulocyt Colony Stimulating Factor (GCSF) is a single polypeptide chain containing 174 amino acid residues, with molecular weight around 18,800 Da and isoelectric point (pI) 6.1, encoded by a single gene CSF3. Recombinant protein G-CSF is hydrophobic, easily aggregated and generally formed inclusion bodies precipitate.
The aim of this study is to obtain G-CSF proteins from E. coli BL21(DE3)pLysS containing pET 21b-CSF3syn plasmid. This studies started from inoculum preparation and cell culture, and solution extraction and then isolating the target protein by affinity chromatography using metal chelating matrix nickel (Ni-NTA). Isolation was also done for the soluble part is to using affinity chromatography with cobalt metal chelating matrix (Talon).
The results obtained from affinity chromatography were then analyzed to identify target proteins by SDS-PAGE and Western blot for protein G-CSF in E. coli BL21(DE3)pLysS. The results showed 18.8 kDa protein identified by the marker.

Human Granulocyt Colony-Stimulating Factor (hG-CSF) adalah protein hormon manusia yang tergolong sebagai sitokin dan memiliki aplikasi terapeutik sangat penting. Protein tersebut merupakan regulator penting dalam pembentukan sel darah putih (neutrofil) atau granulopoiesis dan beberapa fungsi sel granulosit neutrofil matang. Granulocyt Colony Stimulating Factor (GCSF) merupakan sebuah rantai polipeptida tunggal yang mengandung 174 residu asam amino, dengan berat molekul sekitar 18.800 Da dengan titik isoelektrik (pI) 6,1, disandi oleh satu gen tunggal CSF3. Protein G-CSF rekombinan merupakan protein yang bersifat sangat hidrofobik, mudah teragregasi dan umumnya membentuk endapan sebagai badan inklusi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan protein G-CSF dari E. coli BL21(DE3)pLysS yang mengandung plasmid pET 21b-CSF3syn. Penelitian ini dimulai dari persiapan inokulum, kultur sel, ekstraksi pelarut dan kemudian mengisolasi protein target dengan kromatografi afinitas menggunakan matriks pengkhelat logam nikel (Ni-NTA). Isolasi juga dilakukan untuk bagian terlarut dengan menggunakan kromatografi afinitas menggunakan matriks pengkhelat logam kobalt (Talon).
Hasil yang diperoleh dari kromatografi afinitas dan kemudian dianalisa untuk mengidentifikasi protein target G-CSF dengan SDS-PAGE dan Western blot dalam sel E. coli BL21(DE3)pLysS. Hasil penelitian menunjukkan 18,8 kDa telah diidentifikasi dengan penanda."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S33092
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Cempaka
"Protein Jembrana Superficial Unit (JSU) dapat dijadikan sebagai vaksin untuk pengobatan penyakit Jembrana. Protein JSU, yang dikode oleh gen env, disisipkan ke dalam plasmid pGEX-6P1 dan diekspresikan melalui Escherichia coli strain BL21 sebagai inangnya. Tujuan penelitian adalah untuk meneliti berbagai pengaruh konsentrasi IPTG terhadap ekspresi protein rekombinan JSU pGEX-6P1. Sel E. coli (pembawa konstruk pGEX-6P1) ditumbuhkan pada medium Luria Betani (LB) cair 50 ml dan diinkubasi pada shaker incubator hingga mencapai kepadatan sel (OD) OD600 0,6. Induksi Isopropyl-β-Dthiogalactopyranoside (IPTG) selama 1 jam dengan tiga konsentrasi perlakuan, yaitu 100 μM, 150 μM, dan 200 μM. Sel dipecah dengan dua metode, yaitu Freeze and thaw dan sonikasi kemudian pelet hasil pemecahan sel dikoleksi sebagai inclusion body. Solubilisasi protein dilakukan dengan menambahkan solubilize buffer pada pelet kemudian dilution buffer untuk tahap refolding. Protein dimurnikan melalui Gluthatione Sepharose 4B dengan metode batch capture. Hasil analisis SDS-PAGE menunjukkan ukuran protein JSU pGEX-6P1 yang tepat, yaitu ± 60 kDa pada setiap perlakuan (konsentrasi) IPTG. Pita pada induksi IPTG 100 μM terlihat lebih tebal dibandingkan dengan pita pada induksi 150 μM dan 200 μM. Hasil penelitian disimpulkan bahwa induksi IPTG 100 μM menghasilkan protein rekombinan JSU pGEX-6P1 yang optimal.

Jembrana Superficial Unit (JSU) protein can be used as a vaccine material for controlling Jembrana disease. JSU protein that encoded by the env gene was inserted into the plasmid pGEX-6P1 and expressed through the Escherichia coli strain of BL21 as a host. The aim of this study was to determine the effect of IPTG concentrations against the expression of JSU pGEX-6P1 recombinant protein. E. coli cells (pGEX-6P1 constructs carrier) were grown in 50 ml Luria Bertani (LB) liquid medium and was incubated on a shaker incubator until it reaches the cell density (OD) OD600 0.6. Induction of Isopropyl-β-Dthiogalactopyranoside (IPTG) for 1 hour with three concentrations of the treatment, there are 100 μM, 150 μM, and 200 μM. The cells was disrupted by two methods of cell lysis, Freeze and thaw and sonication, then the pellet was collected as inclusion body. Protein is solubilized by adding a buffer into the pellet and using dilution buffer for refolding step. Proteins purified using Gluthatione Sepharose 4B by batch capture method. The analysis of SDS-PAGE was shown exactly the protein size of JSU pGEX-6P1 ± 60 kDa for each treatment (concentration) IPTG. Band at 100 μM IPTG induction seems thicker than the band on the induction of 150 μM and 200 μM. The study was concluded that 100 μM IPTG induction produces an optimal of JSU pGEX-6P1 recombinant protein."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1294
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>