Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anis Nahdi
"Proton exchange membrane fuel cell (PEMFC) merupakan tipe fuel cell yang paling banyak digunakan dalam aplikasi. Efisiensi dan performa merupakan hal yang sangat penting dalam pengembangan PEMFC. Elektrokatalis memiliki peranan penting dalam menentukan performa fuel cell. Penelitian katalis baru untuk peningkatan aktifitas, stabilitas, daya tahan, dan mengurangi biaya (40% biaya satu unit fuel cell) merupakan tantangan teknologi dan komersialisasi fuel cell. Makalah ini, efisiensi dan performa PEMFC telah dipelajari menggunakan katalis Pt/C (kontrol) dan beberapa katalis bimetal (Pt-Co/C, Pt-Ni/C, and Pt-Ru/C), menggunakan single stack PEMFC standar, luasan aktif 25 cm2 dan bipolar plate paralel. Sistem operasi diatur dengan kecepatan alir H2 dan O2 100 mL/menit, tekanan 0.1 bar dan temperatur 50°C. Performa PEMFC diukur dengan electronic discharge meter, 3300 C Electronic Load Mainframe ®Prodigit 3311D 60V/ 60A, 300V. Pt-Co/C pada katoda menghasilkan performa PEMFC tertinggi (0,445 V, 0,131 A, 0,058 W) dimana Pt-Co/C > Pt-Ni/C > Pt-Ru/C, dan pada anoda, Pt-Ru/C menghasilkan performa PEMFC tertinggi (0,403 V, 0,101 A, 0,041 W) dimana Pt-Ru/C > Pt-Co/C > Pt-Ni/C. Transfer massa dan efisiensi konsumsi H2 telah dihitung berdasarkan energi bebas Gibbs dan potensial selnya. Dari transfer massa, diperoleh efisiensi 57,51 % untuk Pt-Co/C di katoda dan 53,54 % untuk Pt-Ru/C di anoda.

Proton exchange membrane fuel cell (PEMFC) is the most available fuel cell type in various applications. Efficiency and performance are important focus on developing proton exchange membrane (PEM) fuel cell. Electrocatalysts and their corresponding catalyst layers thus play critical roles in fuel cell performance. Therefore, exploring new catalysts, improving catalyst activity, stability, durability, and reducing catalyst cost (40% for 1 unit fuel cell) are currently the major tasks in fuel cell technology and commercialization. In this paper, efficiency and performance of PEM fuel cell were studied with Pt/C catalyst as control and some bimetal catalyst (Pt-Co/C, Pt-Ni/C, and Pt-Ru/C) as electrode materials The membrane electrode assembly (MEA) was made using those catalyst then used with standard PEM fuel cell single stack 25 cm2 active areas with parallel bipolar plate. System operation was running in flow rate of 100 ml/min for hydrogen and oxygen at pressure 0.1 Bar and temperature was set constantly at 50°C. Performance of PEM fuel cell has measured by electronic discharge meter, 3300 C Electronic Load Mainframe ®Prodigit 3311D 60V/ 60A, 300V. Using Pt-Co/C on cathode was obtained the highest performance of PEMFC (0,445 V, 0,131 A, 0,058 W) whereas Pt-Co/C > Pt-Ni/C > Pt-Ru/C. Using Pt-Ru/C on cathode was obtained the highest performance of PEMFC (0,403 V, 0,101 A, 0,041 W) whereas Pt-Ru/C > Pt-Co/C > Pt-Ni/C. Mass transfer reaction and efficiency of H2 consumption in cell has been calculated by Gibbs free energy and open circuit voltage. Efisiensi was calculated based on mass transfer reaction and obtained 57,51% for Pt-Co/C as cathode material and 53,54% for Pt-Ru/C as anode material in PEMFC."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30515
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Proton Exchange Membran Microbial Fuel Cell (PEMMFC) adalah
seperangkat alat yang memanfaatkan jasa mikroba sebagai katalis dalam
mengoksidasi senyawa organik dan anorganik untuk menghasilkan arus
listrik. Mikroba dapat digunakan untuk memproduksi listrik karena dalam
metabolisme selnya melibatkan proses transfer elektron. Dengan adanya
mediator yang berperan melakukan penetrasi ke dalam membran plasma
mikroba, lalu mengambil elektron dari rantai transfer elektron mikroba
tersebut dan membawanya menuju ke permukaan elektroda maka akan
dihasilkan aliran listrik. Dalam proses metabolismenya Pseudomonas
aureginosa secara alami menghasilkan senyawa pyosianin yang dapat
berperan sebagai mediator transfer elektron bagi dirinya sendiri dan bakteri
lain (Escherecia coli) untuk memproduksi listrik dalam PEMMFC, sehingga
pada PEMMFC menggunakan kultur campuran Pseudomonas aureginosa
dan Escherecia coli tidak diperlukan lagi penambahan mediator dari luar
sistem.
Uji cyclic voltametry terhadap pyosianin hasil ekstraksi menunjukkan
potensial oksidasi -0,08 mV dan potensial reduksi pada -0.16 mV yang
menandakan pyosianin bersifat elektroaktif reversibel, sedangkan uji aktivitas
antimikroba terhadap pyosianin hasil ekstraksi dan pyosianin yang dihasilkan
di kompartemen anoda hanya sedikit sekali menghambat pertumbuhan E. coli. Produksi listrik rata-rata pada metode 1 menggunakan medium LB
sekitar 8,21 A ; 272,3 mV, sementara dengan metode 2 sekitar 4,53 A;
242,5 mV. Produksi listrik pada metode 1 menggunakan medium PB (untuk
P. aureginosa) dan LB (untuk E. coli) sekitar 9,83 A; 254,6 mV, sementara
dengan metode 2 sekitar 9,72 μA ; 236,6 mV. Penambahan substrat glukosa
pada saat terjadi penurunan arus dan voltase pada metode 2 menggunakan
medium PB (untuk P. aureginosa) dan LB (untuk E. coli), meningkatkan
produksi arus rata-rata dari 9,72 A menjadi 14,76 A dan voltase dari
236,6 mV menjadi 290,8 mV."
Universitas Indonesia, 2007
S30636
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library