Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Purnama Rismauli
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola keruangan belanja pangan dan sandang penduduk kampung pedalaman dan pesisir di Pulau Rote melalui wawancara dengan 160 responden yang tersebar pada tiap dusun, informasi tentang kebiasaan berbelanja dan kondisi sosial ekonomi nya diolah serta dianalisis dengan menggunakan metode analisis keruangan dan statistik. Hasil analisis menunjukkan pola keruangan belanja kebutuhan pokok (pangan) dan kebutuhan bukan pokok (sandang) yang dilakukan oleh penduduk kampung pedalaman dan pesisir tidak selalu sama. Pola keruangan belanja menurut waktu tempuh dan jenis transportasi, tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, sedangkan berdasarkan jarak tempuh dan biaya transportasi menunjukkan perbedaan yang signifikan, hal ini disebabkan karena aksesibilitas di bagian barat dan utara Pulau Rote lebih baik dibandingkan bagian timur dan selatan. Penduduk kampung pedalaman dan penduduk kampung pesisir memilih pasar yang sama dengan jarak paling jauh 8 Km dari tempat tinggal penduduk kampung pedalaman dan 12 Km dari tempat tinggal penduduk kampung pesisir. Lamanya waktu tempuh tergantung dari jenis transportasi yang digunakan oleh penduduk dalam menempuh pasar. Namun rata-rata penduduk kampung pedalaman dan penduduk kampung pesisir cenderung memilih Ojek. Besarnya biaya transportasi yang dikeluarkan untuk mencapai pasar di kampung pedalaman jauh lebih mahal dibandingkan dengan biaya transportasi yang di keluarkan penduduk kampung pesisir, karena jarak tempuh penduduk kampung pesisir lebih jauh dibandingkan penduduk kampung pedalaman.

ABSTRACT
This study aims to determine the spatial pattern of food and clothing shopping inland and coastal villagers on the island of Rote through interviews with 160 respondents spread in every village, information about shopping habits and socioeconomic conditions of its processed and analyzed using spatial analysis and statistical methods. The analysis showed the spatial pattern of expenditure of basic needs (food) and not the basic needs (clothing) conducted by the inland and coastal villagers are not always the same. Spatial pattern of expenditure according to the travel time and other modes of transport, showed no significant difference, while based on mileage and transportation costs showed a significant difference, this was due to accessibility to the west and north of the island of Rote is better than the east and south. Villagers inland and coastal villagers chose the same market with the most distant 8 Km distance from residence villagers and 12 km inland from coastal villages where residents live. The length of travel time depending on the type of transportation used by residents in the travel market. Yet the average resident population of villages inland and coastal villages tend to choose Ojek. The amount of transportation costs incurred to reach the market in rural villages is much more expensive than the cost of transport in coastal villagers out, because the mileage of the population of coastal villages further inland than the villagers."
2011
S1635
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Noor Fatia Lastika Sari
"Pulau Pasir, atau dikenal Australia dengan nama Ashmore Reef, telah lama menjadi tujuan utama nelayan-nelayan tradisional dari Indonesia Timur, yang salah satunya berasal dari Dusun Papela, Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, sejak abad ke-18. Berubahnya batas-batas wilayah yang disepakati oleh kedua negara turut mempengaruhi aktivitas nelayan tradisional di perairan timur Indonesia yang telah berlangsung berabad-abad tersebut. Di beberapa tahun belakangan ini, muncul sejumlah kasus penangkapan nelayan tradisional Pulau Rote yang dianggap sebagai pelintas batas karena melaut hingga ke perairan utara Australia. Peristiwa lintas batas ini lantas memancing reaksi dari kedua negara yang saling mempertanyakan implikasi kesepakatan yang telah mereka capai melalui Nota Kesepakatan di tahun 1974. Melalui pengkajian terhadap aspek geografis dan historis, serta hukum laut internasional, penelitian ini menunjukkan bagaimana sikap kedua negara dalam menghadapi ketidaksepahaman terkait kasus-kasus pelintas batas ke Ashmore Reef/Pulau Pasir.

Pulau Pasir, an island used to be known by the Australians by the name of Ashmore Reef, has been regularly visited mainly by Indonesian traditional fishermen, especially from the village of Papela, Rote Island, Nusa Tenggara Timur, since the 18th century. The changing sea borders between Indonesia and Australia, which has already been agreed by both of the countries, are certainly affecting the traditional fishermen?s activities in the south-eastern side of Indonesia that has took place for centuries. In these past few years, apprehension of the traditional fishermen came out to the surface. They?ve been subjected as cross-borders due to their sails to the Australian waters. The apprehension of the cross-borders provoke reactions from both countries, questioning the implications of the agreement they?ve signed, the 1974?s Memorandum of Understanding. Through assessing the geographical and historical aspects, as well as understanding the international law of the sea, this thesis presents a complete elaboration concerning on how both countries overcome the issues, the disagreements, and the rising cases of the cross-borders sailing to Ashmore Reef/Pulau Pasir.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S60308
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library