Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Seger Handoyo
"ABSTRAK
Penelitian ini berhasil memperoleh model interpretasi isu organisasi di perguruan tinggi yang lebih komprehensif daripada model sensemaking in administration academic dari Gioia & Thomas (1996). Model interpretasi isu organisasi di perguruan tinggi menjelaskan peran kompleksitas kognitif sebagai konteks individu, serta skema struktural dan skema politik dalam proses interpretasi isu organisasi. Model Gioia & Thomas hanya menjelaskan peran skema struktural saja. Variabel dalam skema struktural adalah identitas organisasi, struktur pemrosesan informasi, dan strategi organisasi. Aktivitas politik organisasi menjadi variabel dalam skema politik.
Penelitian ini mengkombinasikan pendekatan penelitian kualitatif dan kuantitaf. Penelitian kualitatif digunakan untuk mengkonfirmasi atau berfungsi sebagai penjelasan hasil kuantitatif (Weinrich, 2005). Penelitian kuantitatif adalah studi berdasarkan survei (survei-based study) dengan responden berjumlah 132 Dekan dan Pembantu Dekan dari 44 fakultas pada 7 universitas negeri dan swasta di Surabaya dan Malang. Sementara itu, penelitian kualitatif dilakukan setelah hasil penelitian kuantitatif dengan focus group discussion. Peserta focus group discussion berjumlah 6 dosen dari universitas negeri dan swasta dengan variasi pada usia dan jabatannya.
Secara singkat, kesimpulan penelitian ini dapat diringkaskan menjadi lima hal, yaitu: (1) Kompleksitas kognitif, sebagai konteks individu, tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap interpretasi strategis, namun berpengaruh tidak langsung melalui struktur pemrosesan informasi; (2) Kompleksitas kognitif tidak mempunyai pengaruh terhadap interpretasi politik, baik secara langsung maupun tidak langsun; (3) Skema struktural mempunyai pengaruh besar terhadap interpretasi strategis; (4) Skema struktural, khususnya identitas otonom-profesional mempunyai pengaruh yang relatif kecil terhadap interpretasi politis; dan (5) Skema politis mempunyai pengaruh langsung yang relatif besar terhadap interpretasi politis, namum tidak berpengaruh terhadap interpretasi strategis, baik secara langsung maupun tidak langsung.
DI samping kesimpulan di atas, penelitian ini memperoleh beberapa temuan yang menarik dalam konteks Indonesia. Pertama, terbukti secara empiris, manajer puncak perguruan tinggi di Indonesia juga mengkategorikan interpretasi isu organisasi menjadi dua kategori, yaitu interpretasi strategis dan interpretasi politis. Kedua, data tentang identitas organisasi perguruan tinggi di Indonesia tidak memberikan dukungan empiris pada identitas tunggal utilitarian-normatif sebagaimana dikemukakan oleh ALbert &Whetten (1985) dan Gioia & Thomas (1996). Ketiga, formalitas tinggi berdasarkan data empiris menjadi indikasi kapasitas pemrosesan informasi yang diajukan oleh Thomas & McDaniel (1990). Terakhir, terdapat kolerasi positif yang signifikan antara usia dengan interpretasi politis dan perbedaan interpretasi politis antara perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta.
Pembahasan hasil penelitian dan saran penelitian dipaparkan secara mendalam. Implikasi praktis yang penting juga disampaikan untuk perkembangan perguruan tinggi di Indonesia menyambut tantangan pemerintah tahun 2010, yaitu mempunyai universitas yang memiliki reputasi dan menjadi salah satu 100 besar di Asia atau 500 besar dunia, serta memberikan sumbangan pada peningkatan daya saing bangsa."
2006
D1785
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ziglar, Zig
Jakarta: Binarupa Aksara, 1996
658.409 ZIG tt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Seger Handoyo
"Penelitian ini berhasil memperoleh model interpretasi isu organisasi di perguruan tinggi yang lebih komprehensif daripada model sensemaking in administration academic dari Gioia & Thomas (1996). Model interpretasi isu organisasi di perguruan tinggi menjelaskan peran kompleksitas kognitif sebagai konteks individu, serta skema struktural dan skema politik dalam proses interpretasi isu organisasi. Model Gioia & Thomas hanya menjelaskan peran skema struktural saja. Variabel dalam skema struktural adalah identitas organisasi, struktur pemrosesan informasi, dan strategi organisasi. Aktivitas politik organisasi menjadi variabel dalam skema politik.
Penelitian ini mengkombinasikan pendekatan penelitian kualitatif dan kuantitaf. Penelitian kualitatif digunakan untuk mengkonfirmasi atau berfungsi sebagai penjelasan hasil kuantitatif (Weinrich, 2005). Penelitian kuantitatif adalah studi berdasarkan survei (survei-based study) dengan responden berjumlah 132 Dekan dan Pembantu Dekan dari 44 fakultas pada 7 universitas negeri dan swasta di Surabaya dan Malang. Sementara itu, penelitian kualitatif dilakukan setelah hasil penelitian kuantitatif dengan focus group discussion. Peserta focus group discussion berjumlah 6 dosen dari universitas negeri dan swasta dengan variasi pada usia dan jabatannya.
Secara singkat, kesimpulan penelitian ini dapat diringkaskan menjadi lima hal, yaitu: (1) Kompleksitas kognitif, sebagai konteks individu, tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap interpretasi strategis, namun berpengaruh tidak langsung melalui struktur pemrosesan informasi; (2) Kompleksitas kognitif tidak mempunyai pengaruh terhadap interpretasi politik, baik secara langsung maupun tidak langsun; (3) Skema struktural mempunyai pengaruh besar terhadap interpretasi strategis; (4) Skema struktural, khususnya identitas otonom-profesional mempunyai pengaruh yang relatif kecil terhadap interpretasi politis; dan (5) Skema politis mempunyai pengaruh langsung yang relatif besar terhadap interpretasi politis, namum tidak berpengaruh terhadap interpretasi strategis, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Di samping kesimpulan di atas, penelitian ini memperoleh beberapa temuan yang menarik dalam konteks Indonesia. Pertama, terbukti secara empiris, manajer puncak perguruan tinggi di Indonesia juga mengkategorikan interpretasi isu organisasi menjadi dua kategori, yaitu interpretasi strategis dan interpretasi politis. Kedua, data tentang identitas organisasi perguruan tinggi di Indonesia tidak memberikan dukungan empiris pada identitas tunggal utilitarian-normatif sebagaimana dikemukakan oleh ALbert &Whetten (1985) dan Gioia & Thomas (1996). Ketiga, formalitas tinggi berdasarkan data empiris menjadi indikasi kapasitas pemrosesan informasi yang diajukan oleh Thomas & McDaniel (1990). Terakhir, terdapat kolerasi positif yang signifikan antara usia dengan interpretasi politis dan perbedaan interpretasi politis antara perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta.
Pembahasan hasil penelitian dan saran penelitian dipaparkan secara mendalam. Implikasi praktis yang penting juga disampaikan untuk perkembangan perguruan tinggi di Indonesia menyambut tantangan pemerintah tahun 2010, yaitu mempunyai universitas yang memiliki reputasi dan menjadi salah satu 100 besar di Asia atau 500 besar dunia, serta memberikan sumbangan pada peningkatan daya saing bangsa."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
D631
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mooryati Soedibyo
"ABSTRAK
Perusahaan keluarga telah menjadi penggerak penting bagi modemisasi industri (Hall, 1988), seperti perusahaan keluarga Camegy di Amerika Serikat, Louis Vuitton di Eropa, Li Ka-Shing di Hong Kong, Sumitomo di Jepang. Berbagai pemerintahan dunia juga memberi perhatian pada peran perusahaan keluarga untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran (Zahra dan Shanna, 2004).
Namun penelitian tentang perusahaan keluarga belum banyak dilakukan seperti bidang lain dalam disiplin manajamen (Neubauer dan Lank, 1998), karena adanya pandangan negatif tentang perusahaan keluarga, seperti berskala kecil, tidak mampu berinovasi, bersikap tertutup (Astrachan er al., 2001). Studi ini melakukan penelitian kuantitatif, dengan memfokus pada suksesi perusahaan keluarga dalam rangka mencari faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan perusahaan keluarga.
Masalah yang dihadapi perusahaan keluarga adalah kesinabungan (sustainabilily) dari generasi ke generasi (Kotter, 1996). Salah satu faktor yang mempengaruhi sukses perusahaan jangka panjang adalah efektivitas kepemimpinan CEO (Chief Executive Officer) serta para penerusnya. Proses utama dari peralihan kepemimpinan adalah suksesi, dimana penyiapan CEO baru merupakan kebijakan strategis (Collins, 2001).
Penelitian ilmiah perusahaan keluarga di Indonesia pada saat ini baru dari adalah Sekarbumi (2001), yang mempelajari proses pra-suksesi dengan metode kualitatif pada 20 pendiri dan 10 penerus perusahaan keluarga. Namum belum ada penelitian di Indonesia yang mempelajari proses terjadinya suksesi yang menjadi aset penting bagi keberhasilan perusahaan keluarga secara jangka panjang.
Penelitian ini bertitik tolak dari pendekatan manajemen strategik, dengarl mengacu pada model de Wit dan Meyer (2004) tentang langkah penciptaan keunggulan daya persaingan perusahaan, yang beijalan mulai dari konteks, proses sampai konten (kinerja). Penelitian ini menganalisis suksesi perusahaan keluarga di Indonesia, dengan model proses suksesi yang komprehensif dalam 3 (tiga) komponen; yaitu, konteks suksesi (succession context), kualitas alih kepemimpinan (quality leadership transferred), Serta kinerja yang dihasilkan oleh pemimpin baru dari hasil suksesi (succession perjformance).
Konteks suksesi menerangkan kondisi yang ada di perusahaan, yang mempengaruhi suksesi kepemimpinan pada perusahaan keluarga. Konteks tersebut dilihat dari sudut intensi CEO pendahulu (predecessor intention), maupun kemampuan penerus (successor ability) (Wasserman, 1995; Le Breton Miller et al., 2004).
Sedangkan kualitas alih kepemimpinan mempelajari berbagai jenis transfer aspek-aspek kepemimpinan perusahaan dalam proses suksesi; yaitu, pengaruh dari visi dan misi perusahaan; pengetahuan dan kompetensi manajemen; serta nilai dan norma yang menjadi faktor utama perusahaan (Dyer, 1986). Akhimya, penelitian ini mengkaji hasil alih kepemimpinan, yang mencakup dua segi; yaitu, kinerja individu pemimpin baru dan kinerja organisasi yang dipengaruhi oleh pemimpin baru (Dalton dan Kesner, 1985).
Untuk konflrmasi dan penyempumaan pemahaman proses suksesi pada pembentukan model penelitian ini, telah dilakukan studi eksplorasi melalui wawancara mendalam dengan 8 CEO penerus pada 8 perusahaan di Jakarta. Selanjutnya, instrumen peneletian disempumakan dengan uji coba pada 10 responden CEO perusahaan keluarga di Jakarta. Pengujian empiris pada model penelitian dilakukan terhadap 170 responden perusahaan keluarga berbagai industri di Indonesia (dari 500 responden yang disurati); yang mencakup para CEO penerus perusahaan keluarga dengan sampel Jakarta, Semarang, Surabaya; Medan, Serta Makasar.
Pengujian kolerasi bivariat, memperlihatkan bahwa intensi CEO pendahulu berpengaruh positif terhadap kemampuan penerus, dan terhadap kualitas alih kepemimpinan; dernikian juga kemampuan penerus berpengaruh positif terhadap kualitas alih kepemimpinan; juga kualitas alih kepemimpinan terhadap kinerja penerus, serta kinerja penerus terhadap kinerja organisasi.
Sementara dengan analisis regresl ganda univariat, pengujian data tidak mendukung hipotesis tentang pengaruh kemampuan penerus tcrhadap kinerja individu, yang tergantung pada kualitas alih kpemimpinan; juga tidak mendukung bahwa pengaruh kinerja individu terhadap kinerja organisasi tergantung pada kualitas alih kepemimpinan
Dalam hal kontribusi teoritikal, hasil penelitian ini konsisten dengan model langkah strategik perusahaan bahwa suksesi kepemimpinan puncak perusahaan keluarga perlu dilakukan secara simultan, dari konteks, proses, dan konten (De Wit dan Meyer, 2004). Sedangkan kontribusi manajerial dapat disimpulkan bahwa CEO pendahulu dan penerus, keduanya memiliki peranan yang sangat penting terhadap keberhasilan suksesi perusahaan keluarga. Pendahulu perlu membagi cita-citanya pada penerus melalui proses alih kepemimpinan yang terbuka. Penerus harus memiliki motivasi bahwa perusahaan keluarga yang telah dibangun oleh pendahulu sebagai warisan perlu dipertahankan Keterbatasan penelitian ini adalah tidak mengkaji faktor ?budaya? yang merupakan fenomena penting perusahaan keluarga. Saran penelitian selanjutnya menggunakan variabel corporate culture, untuk menganalisis perbedaan suksesi CEO perusahaan keluarga menurut konteks budaya perusahaan yang berbeda antar daerah."
2007
D869
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Monty P. Satiadarma
"ABSTRAK
Penampilan puncak adalah perilaku seseorang yang lebih superior daripada perilakunya pada umumnya. Dalam bidang olahraga, indikator penampilan puncak seorang atlet adalah prestasi terbaiknya yang paling sesuai dengan hasil latihan dan potensi yang dimilikinya. Dimensi penampilan puncak meliputi perasaan a)relaks fisik dan b) mental, c) optimis, d) terpusat pada kekinian, e) merasa tergugah, f) waspada, g) terkendali h) in the cocoon (terseludang). Selama ini hanya sebagian kecil atlet yang berhasil mencapai penampilan puncak dan usaha untuk membantu atlet mencapai penampilan puncak dilakukan antara lain dengan latihan self hypnosis dan visualisasi yang diselenggarakan secara terpisah. Self hypnosis bersifat konvergen, dan bersifat divergen. Padahal, dalam gelanggang pertandingan, aspek konvergen dan divergen berlangsung secara simultan. Oleh karena itu latihan self-hypnosis dan visualisasi harus dijalankan secara simultan dan terintegrasi agar mampu membantu lebih banyak atlet mencapai penampilan puncak.
Penelitian kualitatif ini diikuti oleh 10 atlet nasional (7 atlet panahan dan 3 atlet angkat besi). Para atlet diberikan pelatihan self-hypnosis dan visualisasi. Mereka diminta uniuk menjelaskan pengalaman mereka selama menjalani latihan tersebut. Enam dari 10 atlet mengalami delapan dimensi penampilau puncak dan semua atlet menunjukkan peningkatan prestasi. Tiga atlet angkat besi yang melanjutkan sendiri latihan tersebut memecahkan rekor nasional. Kondisi ini menunjukkan bahwa latihan self hypnosis dan visualisasi harus dilakukan secara simultan dan terintegratif guna membantu atlet untuk mencapai penampilan puncak.

Abstract
Peak performance is behavior which exceeds one's average performance (Privette, 1982) or an episode of superior functioning (Privette, 1983). The highest sport achievement obtained based on the athlete?s optimum capacity and training program indicates athlete?s peak performance. An athlete?s peak performance contains eight aspects which are (a) physically relaxed, (13) mentally relaxed, (c) feeling optimist, (d)
feeling at present, (e) feeling (f) alert, (g) in control, and (h) in the cocoon. Currently only small numbers of athletes experience peak performance. Many athletes try to experience peak performance by engaging- in self-hypnosis or visualization training separately. These two training programs are usually conducted separately since the characteristic of self-hypnosis is convergent, and visualization is divergent.
Self-hypnosis converts one?s sensation and cognition into a particular-spot within the self; and visualization expands one's) imagination into alternatives of action. However, in sport competition these convergent and divergent aspects interact simultaneously. Therefore, for the sake of peak performance in sport, self-hypnosis and visualization training should not be given and practiced separately.
These two training programs must be integrated. In order to help more athletes to achieve peak performance. Ten (10) national athletes (7 archers and 3 weight-lifters) participate in this research. All participants practice the integrated program of self-hypnosis and visualization. They were asked to explain their subjective -during the All athletes improved their score in sport achievement 'Six (6) of 10 athlete experienced the 8 aspects of peak performance. All 3 weight-litters break records. These conditions indicate that the integrated program of self hypnosis and visualization is necessary to help athletes achieve peak performance.
"
2006
D1240
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradnya Paramita
"Tujuan: Tujuannya mendapatkan model kompetensi manajer puncak RS Swasta se JABODETABEK, 2010. Kompetensi ini akan menjadi ciri kualitas untuk kinerja yang unggul dari manajer puncak RS yang digunakan di seluruh proses manajemen kinerja yang terkait fungsi SDM di RS.
Desain / metodologi / pendekatan: Penggunaaan metode delphy, dan analisis KJ dikombinasikan dengan wawancara pemilik dan para pakar untuk memproses pengembangan model kompetensi. Dengan menggunakan analisis jalur dari manajer puncak RS dari 165 RS Swasta se JABODETABEK diperoleh model akhir dari kompetensi manajer puncak RS Swasta yang dapat digunakan untuk penerimaan mereka dalam memimpin serta mengelola RS.
Temuan: Kompetensi teridentifikasi oleh lima variabel keterampilan, sikap, tujuan, sifat dan pengetahuan dengan sepuluh subvariabel yaitu kepemimpinan, manajemen tim, manajemen perubahan, hubungan personal, karakter, fokus pada hasil, komunikasi, komitmen manajemen, manajemen projek, kemampuan diri.
Penelitian keterbatasan / implikasi: Jumlah kepustakaan mengenai kompetensi manajer puncak serta keterbatasan waktu manajer puncak RS dan peneliti, maka penelitian perlu dilanjutkan para peneliti selanjutnya.
Implikasi Praktis: Penelitian memberikan gambaran yang berguna dari konsep manajemen kinerja dan merangkum kekuatan dan kelemahan kompetensi manajemen berbasis kinerja.
Orisinalitas/nilai: Penelitian menyajikan gambaran tentang manajemen kinerja berbasis kompetensi seperti yang diterapkan di luar negeri sesuai dengan kepustakaan dan dipayungi dengan peraturan UU No. 44, 2009 tentang RS dan Peraturan MENKES No.971/Menkes/Per/XI/2009 tentang standar kompetensi pejabat struktural kesehatan. Kompetensi inti yang menjadi ciri kualitas yang diperlukan untuk kinerja yang unggul dari staf perpustakaan dijelaskan.

Purpose: the purpose of this research is to find a competency model for top-level managers of private hospitals in Jabodetabek, 2010. This competency will become the quality requirements for high performance of top-level hospital managers used in every performance management process related to the function of human resources in hospitals.
Design/methodology/approach: Using the delphy approach and KJ analysis combined with interviewing the owners and experts on competency development process. By using pathway analysis of top-level hospital managers from 165 private hospitals in Jabodetabek, we obtained a final model. obtained a final model of the competence of top managers of private hospitals. This model can be used for their acceptance in leading /managing the hospital.
Findings: Competence is identified with five variables skills, attitude, purpose, behavior and knowledge with ten sub-variables which are leadership, team management, change management, personal relationship, character, focus on results, communication, management commitment, project management, self capacity.
Research limitations/implication: The number of literature review on competencies of top-level managers as well as time limitations of top-level hospital managers and the researcher, thus the research needs to be continued by the next researchers.
Practical implication: The research provides a useful overview of the performance management concept and summarizes the strength and weaknesses of performance-based management.
Originality/value: The research provides an overview of competency-based performance management as implemented abroad according to literature review and is under the umbrella of Law No. 44 year 2009 on Hospitals and MENKES Regulation No. 971/Menkes/Per/XI/2009 on competency standard of medical structural official. The core competency that becomes the quality criteria needed for top performance from the library staff is explained.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
D1346
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
A. Antoni Reswanto
"Tesis ini membahas tentang waktu puncak (peak time) judul buku untuk mencapai penjualan tertinggi melalui analisis siklus hidup yang ternyata membutuhkan waktu 3-4 bulan dan apakah Market Maven dapat dijadikan alat untuk meningkatkan penjualan judul buku baru dan bestseller selama rentang waktu sejak diperkenalkan sampai waktu puncak penjualannya. Dengan menggunakan data dari 120 pengunjung TB. Gramedia Mal Taman Anggrek, ada individu yang mempunyai sikap sebagai MarketMaven, hanya saja mereka belum dapat dijadikan alat optimal untuk meningkatkan penjualan buku bestseller dikarenakan belum diketahui karakteristik Market Maven tersebut, sehingga aktivitas pemasaran yang selama ini dilakukan Manajemen TB. Gramedia MTA masih dapat dijadikan altematif yang baik untuk meningkatkan penjualan buku bestseller.

This study is about the peak time for reaching the highest book sale through a 3-4 month life cycle, and whether Market Mavens can be used as a tool to increase the sale of new and/or bestselling titles from the time when they are thrown into the market until the sales peak. Based on our data of 120 visitors of the Gramedia Mal Taman Anggrek Bookstore, several persons are marked as Market Mavens, yet they had not been brought optimally to increase the sales of bestselling titles because their characteristics are still unidentified. Consequently, the marketing activities applied so far in the Gramedia Mal Taman Anggrek Bookstore is still reliable to increase the sales of bestselling titles."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T26366
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Bhinneka Tunggal Ika yang secara harfiah diartikan sebagai bercerai berai tetapi satu merupakan ilustrasi dari jati diri bangsa Indonesia yang secara natural dan sosial - kultural dibangun di atas keanekaragaman (etnis, bahasa,budaya dll)...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Maryatul Qiptiah
"Tesis ini disusun untuk mengetahui korelasi antara derajat kebiasaan merokok dengan Arus Puncak Batuk, Arus Puncak Ekpirasi dan kekuatan otot kuadriceps pada laki-laki dewasa muda perokok aktif. Penelitian menggunakan desain uji potong lintang (crosssectional). Subjek penelitian merupakan pasien laki-laki keturunan asli Indonesia, perokok tembakau aktif minimal 6 bulan, usia 18-40 tahun, tidak obesitas dan memiliki kekuatan otot ekstremitas bawah dengan penilaian MRC 5 tanpa ada riwayat kelemahan sebelumnya. Semua subjek (n=41) dilakukan penilaian derajat kebiasaan merokok berdasarkan Indeks Brinkman, pengukuran Arus Puncak Batuk (APB) dan Arus Puncak Ekspirasi (APE) dengan Peak Flow Meter serta pengukuran kekuatan otot kuadriceps dengan Hand-held dynamometer sesuai dengan prosedur di Poliklinik Departemen Rehabilitasi Medik RSCM Jakarta. Selain itu, dilakukan pengukuran fungsi respirasi menggunakan Spirometri. Hasil keluaran penelitian ini berupa derajat kebiasaan merokok subjek, yaitu 27 perokok ringan dan 14 perokok sedang, serta didapatkan nilai APE, APB, dan kekuatan otot kuadriceps. Selain itu berdasarkan hasil spirometri didapatkan 3 subjek dengan gangguan obstruksi, 1 subjek gangguan restriktif dan sisanya dalam batas normal. Pada karakteristik pekerjaan, didapatkan terbanyak pada kategori manual (58,5%), diikuti non-manual (24,4%) dan bidang jasa (17,1%). Analisa statistik uji korelasi Spearman dilakukan untuk menilai korelasi antara derajat kebiasaan merokok dengan nilai APB, APE dan kekuatan otot kuadriceps. Kesimpulan penelitian menyatakan bahwa terdapat korelasi bermakna secara statistik antara Indeks Brinkman dengan nilai APE, tapi tidak demikian pada nilai APB dan kekuatan otot kuadriceps. Rerata nilai APE pada subjek dewasa muda perokok ringan dan perokok sedang sebesar 429,76±76,89 L/menit dengan nilai p = 0,026. Sedangkan rerata nilai APB dan kekuatan kuadriceps masing-masing sebesar 445,61±73,38 L/menit dan 19,36±4,28 kg pada kaki kanan, serta 18,92±4,03 kg pada kaki kiri, tanpa ada korelasi yang signifikan. Penelitian lebih lanjut mencakup subjek perokok berat dan faktor level aktivitas fisik serta marker biomolekuler diperlukan untuk menilai dampak merokok terhadap fungsi respirasi dan kekuatan otot.

This thesis was aimed to determine correlation between the degree of cigarrette smokers to peak cough flow, peak expiratory flow and quadriceps muscle strength in young adults male active smokers. The design was cross-sectional. The subjects were Indonesian male, actively cigarette smoking for at least 6 months, aged 18-40 years, not obesity and had lower limb muscle strength with MRC value 5 and no history of weakness. All subjects (n=41) were assessed the degree of smoking habits based on the Brinkman Index, measurements of Peak Cough Flow and Peak Expiratory Flow with Peak Flow Meters and measurements of quadriceps muscle strength with a Hand-held dynamometer according to procedures at Polyclinic of the Medical Rehabilitation Department at the RSCM Hospital Jakarta. In addition, the respiratory function measurements were taken using Spirometry. The study results include the degree of smoking habits, 27 subject mild smokers and 14 subject moderate smokers, the value of peak cough flow, peak expiratory flow, and quadriceps muscle strength on both legs. Based on spirometry examination, there are 3 subjects with obstructive, 1 subject restrictive and the others within normal limits. Based on working type, the highest on manual category (58,5%), followed by nonmanual (24,4%) and services (17,1%). Statistical analysis was performed to assess the correlation between Brinkman Index with the three variables. The study concludes that the higher Brinkman Index value, the lower peak expiratory flow value, but not on the peak cough flow and quadriceps muscle strength results. The average peak expiratory flow value in young adult subjects with mild and moderate smokers was 429.76 ± 76.89 L/min with significant difference was obtained with p value = 0.026. While the average peak cough flow and quadriceps muscle strength were 445.61 ± 73.38 L / min and 19.36 ± 4.28 kg in the right leg, and 18.92 ± 4.03 kg in the left leg, with no significant correlation. Further research including heavy smoker subjects, evaluation of physical activity level and biomolecular markers is needed to assess the impact of smoking on respiration function and muscle strength"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>