Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Aspergillus flavus merupakan mikroorganisme potensial penghasil asam kojat (5-hidroksi-2-hidroksimetil-γ-piron). Asam kojat antara lain digunakan sebagai pemutih dan pelindung kulit dari sinar ultraviolet (UV), serta sebagai zat pencegah pencoklatan pada makanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan A. flavus menjadi mutan unggul yang menghasilkan asam kojat lebih tinggi dari galur induknya menggunakan mutagen kimia dan fisika. Mutagenesis dilakukan dengan menggunakan N-metil-N’-nitro-N-nitrosoguanidin (NTG) yang dikombinasi dengan radiasi ultraviolet setelah preparasi protoplas. Skrining mutan dilakukan dengan pereaksi FeCl3 1% dan KLT densitometri. Mutan potensial yang diperoleh dilanjutkan ke proses fermentasi menggunakan 100 ml medium YES dalam Erlenmeyer 250 ml yang diinkubasi pada suhu 28°C dengan kecepatan pengocokan 180 rpm. Analisis asam kojat dan aflatoksin B1 dalam kultur fermentasi dilakukan dengan menggunakan KLT densitometri. Dari hasil mutagenesis diperoleh sepuluh galur mutan yang potensial, salah satu di antaranya adalah A. flavus NTGA7A4E2UVB3 yang menghasilkan asam kojat paling tinggi, yaitu sebesar 5,9785 g/l."
Universitas Indonesia, 2006
S32561
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Celinna
"Kemampuan menghadapi cekaman abiotik, termasuk radiasi UV-B menentukan kemampuan kolonisasi tumbuhan invasif Synedrella nodiflora (L.) Gaertn. yang tumbuh di tempat ternaung dan terbuka. Synedrella nodiflora diduga toleran terhadap intensitas UV-B yang relatif tinggi. Peningkatan ekspresi gen-gen penyandi Heat Shock Protein 70 (Hsp70) merupakan salah satu respons pertahanan tumbuhan terhadap cekaman UV-B. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian untuk membandingkan tingkat ekspresi gen penyandi Hsp70 di sitoplasma, mitokondria, dan plastida (Hsp70, mtHsc70-1, dan cpHsc70-2) pada daun Synedrella nodiflora terhadap kondisi lingkungan dengan intensitas radiasi UV-B yang berbeda. Penelitian dan pengukuran faktor lingkungan dilakukan di area kampus Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok. Real-time PCR digunakan untuk kuantifikasi cDNA Hsp70, mtHsc70-1, dan cpHsc70-2. Kuantitas cDNA tiap gen dinormalisasi terhadap gen TUB sebagai reference gene. Tingkat ekspresi gen relatif dianalisis dengan metode Pfaffl. Lokasi kontrol, ternaung, dan terbuka secara berturut-turut memiliki rerata intensitas radiasi UV-B sebesar 18,4 ± 0,1, 44,1 ± 0,6, dan 260,1 ± 78,3 mW/m2. Daun S. nodiflora dari lokasi ternaung memiliki tingkat ekspresi gen Hsp70, mtHsc70-1, dan cpHsc70-2 yang meningkat 85,54; 2,41; dan 30,58 kali relatif terhadap TUB. Daun dari lokasi terbuka memiliki tingkat ekspresi gen Hsp70, mtHsc70-1, dan cpHsc70-2 yang meningkat 2,01, 9,46, dan 2,50 kali relatif terhadap TUB. Tingkat ekspresi Hsp70 dan cpHsc70-2 relatif lebih tinggi pada daun yang dikoleksi dari lokasi ternaung, sedangkan mtHsc70-1 relatif lebih rendah. Sebaliknya, tingkat ekspresi Hsp70 dan cpHsc70-2 relatif lebih rendah padadaun yang dikoleksi dari lokasi terbuka, sedangkan mtHsc70-1 relatif lebih tinggi. Synedrella nodiflora di lokasi terbuka diduga telah teraklimatisasi terhadap kondisi lingkungan dengan suhu, intensitas cahaya, dan intensitas UV-B yang relatif lebih tinggi. Hal tersebut menyebabkan S. nodiflora di lokasi terbuka mengalami peningkatan suhu, intensitas cahaya, dan intensitas UV-B minimum yang dibutuhkan untuk menginduksi peningkatan ekspresi gen Hsp70 dan cpHsc70-2. Gen Hsp70, mtHsc70-1, dan cpHsc70-2 memiliki pola ekspresi yang berbeda pada kondisi lingkungan tumbuh Synedrella nodiflora, baik kondisi ternaung maupun terbuka (intensitas radiasi UV-B yang berbeda). Tingkat ekspresi Hsp70, mtHsc70-1, dan cpHsc70-2 diduga juga dipengaruhi oleh faktor lain, di antaranya suhu dan intensitas cahaya.

The ability to deal with abiotic stresses, including UV-B radiation determines the colonizing ability of an invasive plant species, Synedrella nodiflora (L.) Gaertn. that grows in shaded and open places. Synedrella nodiflora may possibly tolerant to relatively high UV-B intensity. Increased expression levels of genes encoding Heat Shock Protein 70 (Hsp70) are one of the plant defense responses against UV-B stress. Therefore, the study aimed was to compare expression levels of genes encoding cytosolic, mitochondrial, and plastid Hsp70 (Hsp70, mtHsc70-1, and cpHsc70-2) in Synedrella nodiflora leaves against environmental conditions with different UV-B radiation intensities. Research and measurement of environmental factors were carried out in Faculty of Mathematics and Natural Sciences campus area, Universitas Indonesia, Depok. Real-time PCR was used to quantify Hsp70, mtHsc70-1, and cpHsc70-2 cDNA. cDNA quantity of each gene was normalized to TUB gene as reference gene. Relative gene expression levels were analyzed using Pfaffl method. Average UV-B intensity radiation in control, shaded, and open locations were 18,4 ± 0,1, 44,1 ± 0,6, and 260,1 ± 78,3 mW/m2, respectively. Synedrella nodiflora leaves from shaded location had Hsp70, mtHsc70-1, and cpHsc70-2 expression levels that increased 85,54; 2,41; and 30,58-fold relative to TUB. Leaves from open location had Hsp70, mtHsc70-1, and cpHsc70-2 expression levels that increased 2,01, 9,46, dan 2,50-fold relative to TUB. Expression levels of Hsp70 dan cpHsc70-2 were relatively higher in leaves that collected from shaded location, while mtHsc70-1 was relatively lower. Inversely, expression levels of Hsp70dan cpHsc70-2 were relatively lower in leaves that collected from open location, while mtHsc70-1 was relatively higher. Synedrella nodiflora in open location is possibly have acclimatized to environmental conditions with relatively higher temperature, light intensity, dan UV-B intensity. This acclimatization caused S. nodiflora in open location experienced an increase in minimum temperature, light intensity, and UV-B intensity required to induce an increase in Hsp70 dan cpHsc70-2 gene expression. The Hsp70, mtHsc70-1, dan cpHsc70-2 genes have different expression patterns under growth conditions of S. nodiflora, both shaded and open conditions (different UV-B radiation intensities). The expression levels of Hsp70, mtHsc70-1, dan cpHsc70-2 may also influence by another factors, including temperature and light intensity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Candra Asih
"ABSTRACT
Stres oksidatif merupakan kondisi dimana terjadi ketidakseimbangan antara jumlah radikal bebas yang menyerang tubuh dengan jumlah antioksidan sebagai mekanisme pertahanan tubuh. Stres oksidatif akan menyerang molekul biologis seperti lipid, protein, dan DNA sehingga memicu penyakit neurodegeneratif dan penyakit parah lainnya. Radiasi UV dari matahari menjadi salah satu faktor penyumbang terbesar terjadinya stres oksidatif. Di sisi lain, ditemukan fakta bahwa di dalam propolis ditemukan sifat antioksidan yang merupakan mekanisme pertahanan melawan stres oksidatif. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian tentang efek proteksi propolis wax dari lebah jenis Tetragonula sp terhadap sel yang dipapar radiasi UV. Sel yang digunakan adalah HEK293T dan Fibroblas cell line dimana dilakukan 4 uji untuk mengklarifikasi hipotesis yang dibuat: uji proliferasi sel dengan pengukuran absorbansi warna yang dihasilkan oleh WST-8; uji viabilitas sel dengan pengamatan melalui mikroskop fluoresens pada sel yang diwarnai dengan Hoechst dan PI, uji LDH/apoptosis sel dengan pengukuran absorbansi warna yang dihasilkan oleh WST-8, dan uji jumlah radikal bebas yang diproduksi sel dengan mengukur intensitas fluoresens yang dihasilkan oleh diklorofloresen. Variabel bebas yang digunakan adalah konsentrasi propolis wax. Penulis juga menganalisis senyawa yang terkandung dalam propolis wax menggunakan metode LC-MS. Hasil yang didapat sesuai dengan hipotesis yang dibuat dimana dari keempat uji yang dilakukan didapati sifat proteksi propolis wax terhadap sel yang terpapar radiasi UV namun pada range konsentrasi propolis yang lebih besar memiliki kecenderungan memberikan efek toksik ke sel. Sedangkan pada hasil LC-MS didapat sekitar 85 senyawa dimana 35 diantaranya merupakan senyawa turunan flavonoid dan polifenol sehingga memiliki sifat antioksidan. Selain itu, juga ditemukan 5 senyawa yang dapat menyebabkan apoptosis pada sel. Kesimpulannya, propolis wax dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan stres oksidatif dan penyakit yang terkait dengannya di masa mendatang serta perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan konsentrasi optimum propolis sehingga tidak menyebabkan efek toksik ke sel.

ABSTRACT
Oxidative stress is a condition where there is imbalance condition between the number of free radicals that attack the body with the number of antioxidants as the body 39 s defensive mechanism. Oxidative stress will attack biological molecules such as lipids, proteins, and DNA that trigger neurodegenerative diseases and other severe diseases. UV radiation from the sun is one of the biggest contributing factors of oxidative stress. On the other hand, it was found antioxidant properties in propolis that can be used as a defense mechanism against oxidative stress. Therefore, the authors conducted a study on the effect of propolis wax protection from Tetragonula sp bees to cells exposed to UV radiation. Cells used were HEK293T and Fibroblast cell line where 4 tests were performed to clarify the hypothesis made cell proliferation test with color absorbance measurements produced by WST 8 the cell viability test by observation through a fluorescence microscope on cells stained with Hoechst and PI LDH apoptotic cell test with color absorbance measurements produced by WST 8, and free radicals produced on cells test by measuring the intensity of fluorescence produced by dichlorofluorescent. The independent variable used is propolis wax concentration. The author also analyzed the components contained in propolis wax using the LC MS method. The results obtained in accordance with the hypothesis that is made of the four tests conducted to find the nature of propolis wax protection against cells exposed to UV radiation but in the greater concentration range of propolis has a tendency to give toxic effects to cells. While on the results of LC MS obtained about 85 compounds in which 35 of them are compounds derived flavonoids and polyphenols that have antioxidant properties. In addition, also found 5 compounds that can cause apoptosis in cells. In conclusion, propolis wax can be used as an alternative treatment of oxidative stress and related diseases in the future and further research is needed to determine the optimum concentration of propolis to prevent from cells toxicity."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library