Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Analysis of radiation dose to radiation worker in IEBE according to rule of ICRP 60/1990 and PP No. 33/2007. Analysis of radiation dose to radiation worker in IEBE have been done...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Subawa
"Pendahuluan
En-blok reseksi femur distal dan dilakukan extracorporeal irradiation autograft dengan menyertakan kartilago sendi dalam rekontruksi limb salvage prosedur merupakan metoda pilihan dalam penanganan kasus keganasan tulang terutama pada negara miskin dan berkembang, dimana tehnik lain tidak tersedia karena alasan finansial atau tehnikal. Pajanan ECI dosis tinggi perfraksi tunggal yaitu 50 Gy, 150 Gy dan 300 Gy untuk sterilisasi allograf diprosedur ini juga mempengaruhi kartilago dari femur distal. Walaupun ada literatur yang menyatakan radiasi menyebabkan kerusakan terhadap kartilago dalam prosedur ini. Sesuai dengan kondisi di atas, kami berusaha melakukan penelitian eksperimental pada tulang femur distal sprague rats untuk membandingkan gambaran histopatologi efek pajanan ECI dosis tinggi perfraksi tunggal 50 Gy, 150 Gy dan 300 Gy serta resiko terjadinya osteoartritis sendi.
Metode
Desain penelitian adalah studi post test control group design. Sampel yang digunakan adalah lima puluh enam tikus putih Sprague Dawley yang telah mengalami maturasi skeletal (8-12 minggu), dibagi menjadi dua kelompok dan tujuh subkelompok, tiap tikus akan dilakukan tindakan en-blok reseksi di bagian femur distal, kemudian kelompok kontrol langsung diperiksa histopatologi kartilagonya, kelompok perlakuan diberikan pajanan ECI 50 Gy, 150 Gy, 300 Gy. Semua kelompok juga dilakukan pemeriksaan tingkat kerusakan kartilago berupa terjadinya osteoarthritis.
Hasil
Efek pajanan ECI terhadap kerusakan kartilago dianalisis dengan menggunakan uji non parametik Kruskal Walis, menunjukkan hasil analisis didapatkan tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) skor di masing-masing kelompok perlakuan yaitu kelompok pasca pajanan ECI, baik untuk permukaan kartilago (p = 0,13), matriks (p = 1,0), distribusi sel (p=0,25), viabilitas sel (p=0,40) dan tulang subkondral (p=0,35). Untuk melihat perbedaan antara kelompok kontrol dengan 50 Gy, kelompok kontrol dengan 150 Gy, dan kelompok kontrol dengan 300 Gy, dilakukan analisis non-paramterik mann-Whitney, juga menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna skor untuk permukaan, matriks, distribusi sel, viabilitas sel, dan tulang subkondral baik di kelompok kontrol dengan kelompok ECI (p>0,05). Sedangkan untuk terjadinya osteoartritis perbedaan skor grade osteoartritis di tulang rawan antara yang segera pasca pajanan ECI dan pasca reimplantasi digunakan analisis statistik nonparameterik kruskal walis. Hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan bermakna skor grade osteoartritis di tulang rawan segera pasca pajanan ECI di tiap-tiap kelompok perlakuan, yaitu ECI 50 Gy (p=0,001), 150 Gy (p=0,001), 300 Gy (p=0,001)
Simpulan
Pajanan radiasi dosis tinggi perfraksi tunggal tidak menyebabkan terjadinya kerusakan kartilago baik segera setelah pajanan radiasi dan tidak bermakna secara statistik. Pajanan radiasi dosis tinggi perfraksi tunggal menyebabkan terjadinya osteoartritis dan bermakna secara statistik

Introduction
Distal femur en-blok resection and extracorporeal irradiation autograft with the articulation cartilage enclose is one of many methods in limb salvage surgery or recontruction for the bone malignancies, especially in developing countries where other methods are not feasible due to financial and tehnical. The procedur is usually done single fraction high dose 50 Gy, 150 Gy and 300 Gy to allograft sterilization, also affected distal femur cartilages. Althought some studies claim radiation causes cartilages damage in this procedur. Bases on those facts, we decided to do an experimental studies in distal femur of sprague rat to compare the difference histopatologycally finding between bone subjected 50 Gy, 150 Gy, 300 Gy doses irradiation and the risk of articular osteoarthritis.
Material and Methods
The research design is post test control group using fivety six skeletally matured Sprague Dawley rats, divided into two groups and sevens sub group and en-block resection of distal femur in al samples. eight rats were randomly assigned to each irradiation sub group, which directly in control group check the histopathologic, after irradiation group and after reimplatation group maitenence 8 week and check the histopathologic. Check of osteoarthritis occurences in all groups.
Results
Analysis of cartilages damage after irradiation usually with Kruskal Walis non parametric test is no statistically significant (p>0,05) in all group to cartilage surface (p = 0,13), matrix (p = 1,0), cells distribution (p=0,25), cell viablel (p=0,40), and subchondral bone (p=0,35). Mann-Whitney non parametric test no statistically significant (p>0,05) between group comparation. Kruskal walis non parametric analysis test is statistically significant (p<0,005) to osteoarthritis in all groups after irradiation 50 Gy (p=0,001), 150 Gy (p=0,001), 300 Gy (p=0,001)
Conclusion
The cartilage damages have not occurs after irradiation in all groups 50 Gy. 150 Gy and 300 Gy . Single fraction high dose irradiation causes osteoarthritis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Munthe, Charles A.
"Instrumen pemantauan dosis radiasi sinar-x untuk para pekerja radiasi berhasil dikembangkan. Instrumen ini dapat mengukur densitas dan dosis radiasi yang direkam oleh film badge yang dikenakan oleh para pekerja radiasi. Sistem instrumentasi dirancang menggunakan sensor cahaya, DAQ, dan PC dengan menggunakan perangkat lunak LabVIEW. Film badge yang digunakan mempunyai tiga jenis filter yaitu Plastik, SnPb dan Dural. Sensor cahaya yang dipakai mempunyai kemampuan deteksi antara 5-500 lux. Data atenuasi intensitas cahaya oleh film badge yang dideteksi oleh sensor cahaya dirubah ke digital dan diolah oleh DAQ. Data ini kemudian dianalisis dan disimpan di data based beserta identitas pekerja, densitas film, dosis radiasi, dan waktu pengukuran. Data dapat diakumulasi sehingga riwayat paparan radiasi dari pekerja dapat dimonitor dan tersimpan dengan baik. Kalibrasi instrument dilakukan dengan menggunakan kalibrator film densitas. Hasil pengukuran densitas film kalibrator sudah mendekati nilai densitas yang sudah disertifikasi. Instrumen ini dapat dioperasikan dan menunjukkan hasil ukur secara langsung yang dapat dimonitor melalui GUI yang dirancang secara interaktif.

The instrument monitoring radiation doses for the workers in a radiology department at the hospital have been successfully developed. These instruments could measuring density and the radiation doses recorded by film badges worn by radiation workers. Instrumentation system is designed using a light sensors, DAQ, and a PC by LabVIEW software. Film badges that are used had three types of filters ie Plastics, SnPb and Dural. The light sensor has a detection capabilities used between 500-500 lux. A data attenuation of light intensities by film badge detected by light sensors to digital converted and processed by DAQ. This data is then analyzed and stored in a data-based workers and their identity, the film density, radiation doses, and time measurement. The data can be accumulated so that a history of radiation exposure from workers could be monitored and saved fine. The instrument calibration performed using film density calibrator. This instrument can operate and shows the results of direct measurement that can be monitored via a GUI that is designed interactively."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S816
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wida Setiawati
"Tujuan: menilai prevalensi katarak terinduksi radiasi, serta menghubungkannya
dengan dosis paparan radiasi dan penggunaan perlengkapan proteksi radiasi.
Metode: Studi potong lintang dan studi kasus-kontrol. Seratus delapan puluh subyek
berpartisipasi dalam penelitian. Prevalensi katarak terinduksi radiasi dinilai
menggunakan analisis Scheimpflug pada alat Pentacam®-Oculus. Dosis paparan
radiasi kumulatif dan penggunaan perlengkapan proteksi radiasi pada subyek
diidentifikasi melalui kuesioner dan personal dosimeter.
Hasil: Prevalensi katarak terinduksi radiasi sebanyak 16.7%. Median dosis radiasi
kumulatif berdasarkan kuesioner menunjukkan median 0,8 (0.1- 35.6) Gy. Hubungan
korelasi positif didapatkan antara dosis radiasi kumulatif dengan densitas lensa (R
Spearman= 0.64). Sebanyak 83.9% subyek menggunakan tabir pada 71-100% masa
kerjanya, tetapi mayoritas subyek penelitian (40.6%), tidak menggunakan kacamata
pelindung. Peningkatan risiko katarak terinduksi radiasi meningkat secara bermakna
seiring dengan kepatuhan penggunaan proteksi radiasi yang kurang. Subyek dengan
proteksi tabir radiasi 31-50% dari masa kerjanya meningkatkan risiko katarak 10.80
kali lipat (IK 95% 1.05-111.49, p=0.044). Sementara itu, kelompok proteksi tabir
radiasi 51-70% meningkatkan risiko katarak 8.64 kali lipat (p=0.001). Subyek yang
tidak memakai kacamata pelindung memiliki OR 164.3 (IK 95% 19.81-1363)
dibandingkan dengan kelompok pengguna kacamata pelindung.
Kesimpulan: Katarak terinduksi radiasi pada pekerja radiasi bidang kardiologi
intervensi tergantung pada dosis paparan radiasi dan penggunaan proteksi radiasi.
Oleh karena itu, kepatuhan pekerja radiasi perlu ditingkatkan sesuai ketentuan
proteksi radiasi.

Objectives: to determine the prevalence of radiation-induced cataract and correlate
with radiation exposure dose and radiation protection use among radiation workers of
interventional cardiology.
Methods: A cross-sectional and retrospective case-control study. One hundred and
eighty subjects were included. Prevalence of radiation-induced cataract was assessed
using Scheimpflug analysis on the Pentacam®-Oculus. Individual cumulative
radiation exposure dose and radiation protection use of subjects were identified from
questionnaire and personal dosimeter.
Results: The prevalence of radiation-induced cataract was 16.7%. Median cumulative
radiation dose was 0.8 (0.1-35.6) Gy. A positive correlation was found between
cumulative radiation dose and lens density (RSpearman=0.64). This study showed that
83.9% of subjects used ceiling-suspended shield in 71-100% of their working period,
however the majority of subjects (40.6%) did not wear protective eyewear.
Statistically significant increasing risk of cataract was found along with unresponsive
use of radiation protection. The subjects using ceiling-suspended shield in 31-50% of
their working period were increasing their cataract risk by 10.80 times (95% CI 1.05-
111.49, p=0.044). Meanwhile, the subjects using protective eyewear in 51-70% of
their working period were increasing their cataract risk by 8.64 times (p=0.001).
Subjects who did not wear protective eyewear had an OR 164.3 (95% CI 19.81-1363)
compared to those who wore protective eyewear.
Conclusion: Radiation-induced cataract among radiation workers of interventional
cardiology was depend on radiation exposure dose and radiation protection.
Therefore, the compliance of radiation safety recommendation should be improved."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library