Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Halliwell, Barry
Oxford: Oxford University Press, 2015
616.070 154 HAL f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hardi Darmawan
Abstrak :
Selama beberapa puluh tahun terakhir, banyak peneliti mempelajari penyebab-penyebab infertilitas pria, yang difokuskan pada peranan spesies oksigen reaktif (SOR). Spesies oksigen reaktif adalah suatu zat pengoksidasi yang sangat reaktif dan tergolong dalam kelompok radikal bebas. Bila kadar SOR meningkat, maka terjadi stres oksidatif yang menghasilkan oksigen dan oksidan derivat oksigen, yang pada gilirannya meningkatkan kerusakan sel. Pada manusia, SOR diproduksi oleh beberapa komponen semen, dan antioksidan pada cairan seminalis akan menjaga keseimbangan kadar SOR tersebut. Fungsi SOR dalam jumlah sedikit akan membantu kemampuan fertilisasi spermatozoa. Banyak penelitian menunjukkan bahwa SOR menyerang integritas DNA pada nukleus sperma dengan cara modifikasi basa, memutuskan untai DNA, dan menyebabkan ?chromatin cross linking?. Kerusakan DNA meningkatkan kadar SOR dan dapat mempercepat proses apoptosis sel germinal yang berakibat menurunnya jumlah sperma yang berkaitan dengan kasus infertilitas pria. Makalah ini menelaah asal molekular/selular SOR pada semen, bagaimana SOR merusak DNA nukleus sperma, dan bagaimana kerusakan DNA berperanan dalam infertilitas pria. Peningkatan produksi SOR oleh spermatozoa berkaitan dengan penurunan potensial membran mitokondria (PMM), yang merupakan indikator penting untuk integritas fungsional spermatozoa. Apoptosis sel germinal penting untuk fungsi spermatogenesis normal dan gangguan regulasinya akan mengakibatkan infertilitas pria. Pemahaman penyebab dan mekanisme apoptosis sel germinal merupakan hal penting dalam mencegah masalah reproduksi pria. Tingkat apoptosis pada spermatozoa matang yang berkorelasi secara signifikan dengan kadar SOR cairan seminalis yang ditentukan oleh pemeriksaan kemiluminesens menunjukkan adanya hubungan antara SOR dan masalah fertilitas. (Med J Indones 2007; 16:127-33).
Over the past few decades many researchers studying the causes of male infertility have recently focused on the role played by reactive oxygen species (ROS) ? highly reactive oxidizing agents belonging to the class of free radicals. If ROS levels rise, oxidative stress (OS) occurs, which results in oxygen and oxygen derived oxidants, and in turn increases the rates of cellular damage. In human, ROS are produced by a variety of semen components, and antioxidants in the seminal fluid keep their level balance. Small amounts of ROS help spermatozoa acquire their necessary fertilizing capabilities. Many researches showed that ROS attack DNA integrity in the sperm nucleus by causing base modification, DNA strand breaks, and chromatin cross linking. The DNA damage induced excessive levels of ROS and might accelerate the process of germ cell apoptosis leading to a decline in sperm counts associated with male infertility. This paper will review the molecular (cellular) origins of ROS in human semen, how ROS damage sperm nuclear DNA, and how such DNA damage contributes to male infertility. Increased ROS production by spermatozoa is associated with a decreased mitochondrial membrane potential (MMP), which is an important indicator of functional integrity of the spermatozoa. Germ cell apoptosis is essential for normal spermatogenesis and its dysregulation may lead to male infertility. Thus, understanding the causes and mechanisms of germ cell apoptosis is of major importance in preventing male reproductive problems. Levels of apoptosis in mature spermatozoa that were significantly correlated with levels of seminal ROS determined by chemiluminescence assay indicate the linkage between ROS and male fertility problems. (Med J Indones 2007; 16:127-33).
Medical Journal of Indonesia, 2007
MJIN-16-2-AprJun2007-127
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Nurbani
Abstrak :
Ruang lingkup dan metode penelitian: Alcoholic liver disease (penyakit hati alkoholik, ALD) merupakan salah satu komplikasi utama dari penyalahgunaan alkohol. Konsumsi alkohol kronik dapat menginduksi stres oksidatif pada jaringan hati dan ekstrahati karena ketidakseimbangan antara pro-oksidan dan antioksidan, menghasilkan radikal bebas yang dapat merusak komponen selular dan menyebabkan peroksidasi lipid yang mengakibatkan steatosis (perlemakan hati), steatohepatitis (hepatitis alkoholik) sampai sirosis. Penelitian sebelumnya memperlihatkan pemberian likopen sebelum etanol kronik memberikan efek perlindungan pada kerusakan mitokondria hati tikus in vivo. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis bahwa likopen yang diberikan bersamaan dengan alkohol kronik dapat melindungi kerusakan hati tikus akibat alkohol. Untuk menilai efek proteksi likopen sehubungan dengan stres oksidatif yang ditimbulkan alkohol, dilakukan pengukuran kadar peroksida lipid (malondiatdehid, MDA), glutation (GSH), glutamat piruvat transaminase (GPT) jaringan hati dan plasma, serta pemeriksaan histopatologi jaringan hati. Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih galur Sprague-Dawley, yang dibagi menjadi 5 kelompok secara acak, masing-masing terdiri dari 5 ekor. Kelompok I (kontrol), diberikan CMC (Carboxy Methyl Celulose) 1% (b/v) 1 ml/100 gBB/hari; kelompok II diberikan etanol 25% (b/v) 1 ml/gBB (2,5 g/kgBB)/hari; kelompok III, 1V, dan V, masing-masing diberikan etanol (2,5 g/kgBB/hari) dan likopen 50; 100; 200 mg/kgBB/hari selama 4 minggu. Seluruh hewan coba diterminasi dengan cara dekapitasi pada hari ke-28, sebelumnya tikus dipuasakan selama 24 jam. Darah diambil untuk pengukuran kadar MDA, GSH,dan GPT had dan plasma. Selain itu hati lobus kiri diambil untuk pemeriksaan histopatologis, sisanya untuk pengukuran MDA, GSH, dan GPT. Nilai rerata data ± SD kadar MDA, GSH, dan GPT dianalisis dengan uji Anova satu arah dan bila bermakna, dilanjutkan dengan analisa antar kelompok dengan uji Bonferroni. Skor patologi diuji dengan uji Kruskal-Wallis, dan bila bermakna dilanjutkan dengan perbandingan antara kelompok dengan uji Mann-Whitney. Seluruh uji statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS. Hasil - Pertambahan berat badan kelompok EtOH lebih kecil dibandingkan kelompok lainnya (kontrol dan likopen 200 mg/kg BB/hari, p<0.01; likopen 100 mg/kgBB/hari, p<0.05; likopen 50 mg/kgBB/hari p>0.05). - Kadar MDA hati dan plasma meningkat lebih dari 2x lipat pada kelompok EtOH secara bermakna (0.001) dibandingkan dengan kelompok kontrol. Likopen berbagai dosis dapat menurunkan peningkatan kadar MDA hati dan plasma ini secara bermakna (p<0.001). Di samping itu, likopen dosis sedang dan tinggi dapat menurunkan kadar MDA hati dan plasma sampai setara dengan kontrol. - Penurunan kadar GSH hati dan plasma pada kelompok EtOH (p<0.001) dibandingkan dengan kelompok kontrol, dapat ditingkatkan oleh likopen berbagai dosis secara bermakna (p<0.001). Likopen dosis sedang dan tinggi meningkatkan penurunan ini mencapai nilai kelompok kontrol. - Penurunan kadar GPT hati pada kelompok EtOH (p<0.001) dibandingkan dengan kelompok kontrol, dapat ditingkatkan oleh likopen berbagai dosis (p<0.001), likopen dosis tinggi dapat mengembalikan kadar GPT hati setara dengan kelompok kontrol. Peningkatan kadar GPT plasma pada kelompok EtOH walaupun secara klinik tidak bermakna (<3x lipat nilai normal), tapi secara statistik bermakna (p<0.001) dibandingkan dengan kelompok kontrol. Likopen dosis sedang dan tinggi dapat mengembalikan kadar GPT hati setara dengan nilai kelompok kontrol. - Pemberian etanol kronik menyebabkan akumulasi lemak sedang-berat dan nekrosis pada hati (skor patologi 3±0), perubahan patologi ini dicegah secara bermakna oleh likopen dosis rendah (skor patologi 2±0, p<0.01); likopen dosis sedang (skor 1.6± 0.55, p<0.005), dan dosis tinggi (1.4±0.55, p<0.005). Hanya likopen dosis sedang dan tingi yang dapat mengembalikan nilai skor patologi setara dengan kontrol. Kesimpulan 1. Likopen dapat mencegah cedera hati akibat alkohol melalui aktivitas antioksidannya (scavenger radikal peroksida dan quenching oksigen singlet) yang diperlihatkan oleh adanya penurunan stres oksidatif dan perbaikan fungsi hati. 2. Suplementasi likopen dosis sedang (100 mg/kgBB/hari) dan tinggi (200 mg/kgBB/hari) dapat mengembalikan fungsi hati kembali setara dengan kelompok kontrol. Suplementasi likopen dosis kecil (50 mg/kgBB/hari) walaupun sudah dapat memberikan perlindungan dibandingkan dengan kelompok EtOH, tetapi belum dapat mengembalikan fungsi hati kembali setara dengan kelompok kontrol.
Alcoholic liver disease is one of the main complications of alcohol abuse. Consumption of chronic alcohol may induce oxidative stress in liver and extra hepatic tissues because of imbalance between pro-oxidant and antioxidant, this would result in free radical accumulation which destroy cellular component and lipid per oxidation leading to steatosis (fatty liver), steatohepatitis (alcoholic hepatitis), and sirosis. Previous studies showed that lycopene supplementation giving prior to chronic ethanol administration gave protection of liver mitochondria damage in rats in vivo. This study was designed to investigate the effects of lycopene on liver damage in rats given at the same time with chronic alcohol by measuring the MDA, GSH, and GPT of liver tissue and plasma, as well as pathological change of liver tissue. Twenty-five Sprague-Dawley rats were divided randomly into five groups. The first group received CMC 1%, 1ml/100 gBW daily (control); the second group received etanol 25%, 1 ml/gBW (2.5 g/kgBW) daily; the third, fouth, and fift group received ethanol and likopen 50; 100; 200 mg/kgBW daily respectively for 4 weeks. All rats were scarified by decapitation at day 28, after over night fasting. Blood samples were used for measuring MDA, GSH, and GPT. The left lobe of liver was used for histopathological analysis and the remaining liver tissues were used for measuring MDA, GSH, and GPT. One-way ANOVA with Bonferroni's posthoc tests were used for the determination of statistical significance as appropriate; data represented as mean SD. For comparison of pathological scores, the Kruskal-Wallis rank sum test and Mann-Whitney's posthoc test were used. A p value less than 0.05 was selected before the study as the level of significance. All statistical tests were carried out by means of SPSS. Result - Body weight gains in EtOH group was the smallest compared to other groups (control vs lycopene 200 mg/kgBW/d, p<0.01; lycopene 100 mg/kgBW/d, pe0.05; lycopene 50 mg/kgBW/d, p>0.05). - Liver and serum MDA levels in EtOH group were increased significantly (p<0.001) more than 2-fold over control value; various doses of lycopene blunted this increase significantly. Moderate and high doses of lycopene ecreased liver and serum MDA levels, which were not significantly different from that of control values. - Liver and serum GSH levels in EtOH group were decreased significantly (p<0.001) compared to control value; various doses of lycopene blunted this decrease significantly (p<0.001). Moderate and high doses of lycopene increase liver and serum GSH levels, which were not significantly different from that of control values. - Liver GPT levels in EtOH group were decreased significantly (p<0.001) compared to control group; lycopene in various doses blunted this decrease significantly (p<0.001), lycopene high dose blunted this decrease which were not significantly different from that of control values. Serum GPT levels in EtOH group were increased significantly (p<0.001) compared to control group, although not clinically significant (less than 3-fold over control value). Moderate and high doses of lycopene blunted this increase which was not significantly different from that of control values, - Chronic ethanol consumption caused moderate-severe fatty liver and necrosis (pathology score: 3 ± 0). These pathological changes were blunted significantly by small dose (pathological score 2±0, p<0.01); moderate dose (pathological score 1.6± 0.55, p<0.005) and high dose (pathological score 1.4±0.55, p<0.005) of lycopene. Only moderate and high doses of lycopene reversed pathologcal score which were not significantly different from that of control values. Conclusions: 1. Lycopene prevented liver injury induced by alcohol through its antioxidant activities (scavenging peroxide radical and quenching singlet oxygen), showed by decreased oxidative stress and improvement of liver function. 2. Lycopene of moderate dose (100 mg/kgBW daily) and high dose (200 mg/kgBW daily) supplementation reversed liver functions which were not significantly different from that of control values. Although low dose of lycopene (50 mg/kgBW daily) gave protection compare to EtOH group, but it couldn't reverse liver functions which were not significantly different from that of control values.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afif Amir Amrullah
Abstrak :
Penggunaan solven sebagai pelarut zat pewarna dalam industri sandal dan sol sepatu adalah sangat penting Solven digunakan untuk memberi warna ,menghaluskan dan mengeringkan hasil cetakan. Solven yang digunakan merupakan campuran dari 18 macam zat termasuk toluene, methyl iso butil ketone, methyl etil ketone yang dapat menyebabkan kerusakan bagi fungsi tubuh bila terinhalasi. Berdasarkan penelitian efek solven pada hewan coba , mekanisme terjadinya kerusakan organ adalah akibat terbentuknya senyawa radikal bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan inhalasi solven pewarna sepatu terhadap kadar radikal bebas darah. Penelitian dilakukan pada industri sandal dan sol sepatu, peserta adalah karyawan departemen 250 dan berasal dari ruang yang sama dan terpapar oleh solven yang sama, laki-laki ,usia 17-40 tahun, lama bekerja 5 tahun , tidak menderita penyakit kronik, tidak bekerja berat sebelumnya. Jumlah peserta yang memenuhi keriteria adalah menggunakan masker 7 orang , dan 11 orang yang tidak menggunakan masker. Responden diambil darahnya 2cc , kemudian di keringkan dan selanjutnya dihitung jumlah triplet radikal , biradikal ,radikal bebas dengan menggunakan alat elektron spin resonance. Hasil penelitian semua responden mempunyai kadar radikal yang tinggi dan dari uji statistik diperoleh bahwa kadar radikal pada kelompok yang menggunakan masker lebih rendah dibanding kelompok yang tidak menggunakan masker. Dengan demikian penggunaan masker berhubungan dengan peningkatan kadar radikal. Penelitian ini sebaiknya ditindak lanjuti untuk mencari faktor-faktor penyebab tingginya kadar radikal pada pekerja.
The Comparisons of Blood Free Radicals Concentrations Due to Cronic Inhalation of Dipping Solvents Between Workers Who Is Used Masker And Workers No Used Masker In Shoe's Industry.Solven as solutions are important in shoe's Industry.The function are given colour, softener, and dryness of end product. Dipping Solvents are composed Of chemichal substances like toluene, methyl ethyl ketone, methyl iso butil ketone, etc. Many studies of animals have shown toluene, methyl ehtyl ketone, methyl iso butil ketone to be carcinogen and toxic on body . The mechanisme toxic are due to free radicals productions. The purpose study is to showing a link between dipping solvents and blood free radical concentration. Responden are taken from 250 departemen , a man, 17-40 old age, had no cronic disease, did not heavy activity before. A total responden are 7 from masker group and 11 from no masker group. All responden to be taken 2 cc of blood, then dryed it, and count radicals with Electron Spin Resonance later. A result, All responden had highly radicals concentrations. Statisticals test showing a worker used a masker has lower concentrations a blood radicals than workers no used a masker. A conclusions we get a link between used a masker and radicals concentrations. We offer that this research will be confirm for search any factors which caused highly radical concentrations in worker.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12659
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nazib Abdullah Zawawi Alrasyid
Abstrak :
Radiasi merupakan salah satu faktor pembentuk radikal bebas, itu sebabnya petugas yang bekerja di bagian radiasi rentan untuk terpapar radiasi sehingga menimbulkan radikal bebas. Eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui seberepa besar pengaruh radiasi terhadap pembentukan radikal bebas pada sampel kuku dan mempelajari proses peluruhan radikal bebas tersebut. Untuk memudahkan eksperimen ini, sampel kuku diradiasi dengan dosis kecil 0,5 Gy, 1 Gy, 3 Gy, 5 Gy dan 10 Gy. Selain itu, untuk mempelajari peluruhan radikal bebas sampel kuku diradiasi dengan dosis besar yaitu 100, 200, dan 300 Gy, kemudian mengukur ulang dengan ESRsetelah satu jam. Yang terakhir adalah pengukuran kuku pada petugas radiasi di sumber gamma cell. Hasil Electron Spin Resonance (ESR) menunjukan bahwa sampel kuku mengandung jumlah radikal bebas yang sesuai dengan banyaknya dosis yang diberikan dan mengalami penurunan jumlah radikal bebas setelah satu jam.
Radiation is one factor that forming free radicals, thats why radiation employee has a risk to get irradiated by radiation source nearby . This experiment meant to know how much radiation effect to free radical forming and learn process of freeradical decay. To ease this experiment, fingernail samples were irradiated bygamma with variated dose 0,5, 1, 3, 5 and 10 Gy. Beside that, to learn free radicaldecay, fingernails were irradiated with variated dose 100, 200, and 300 Gy, thenfingernails measured by ESR after one hour. The last is ESR measurement forfingernails of radiation employee. Electron Spin Resonance (ESR) result showedthat fingernails contain number of free radicals as much as radiation dose andbeing decreased after one hour irradiated.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54934
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Anissa Cahyani
Abstrak :
Fenol adalah salah satu kandungan berbahaya dalam limbah cair industri yang memiliki toksisitas akut dan sulit untuk didegradasi di lingkungan, maka dari itu diperlukan pengolahan limbah fenol yang efektif. Reaktor  Dielectric Barrier Discharge (DBD) plasma berkonfigurasi silinder spiral digunakan pada penelitian ini untuk mendegradasi limbah sintetik yang mengandung senyawa fenol melalui spesies aktif yang terbentuk dalam reaktor memiliki potensial oksidasi yang tinggi dan dapat menguraikan berbagai polutan organik dalam limbah. Teknik ozonasi juga diaplikasikan pada reaktor DBD dengan tujuan untuk meningkatkan jumlah ozon dan radikal OH sehingga dapat memaksimalkan proses degradasi fenol. Penelitian ini bertujuan untuk mengivestigasi kinerja reaktor DBD plasma dalam mendegradasi fenol dan membandingkan efektivitas reaktor DBD plasma dengan pengaplikasian teknik ozonasi dalam reaktor DBD terhadap proses degradasi. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa proses degradasi dalam 90 menit dengan reaktor DBD plasma mencapai 57,5%. Pengaplikasian teknik ozonasi pada reaktor DBD mampu meningkatkan degradasi fenol menjadi 98,41%. Kondisi optimal diperoleh ketika menggunakan laju alir air limbah 85 mL/menit, laju aliran udara 2,5 L/menit dan tegangan sekunder EPT 13,63 kV. ......Phenol is one of the pollutant contain in industrial wastewater that has high toxicity and persistent in the environment, therefore, it is urgent to develop effective method to  remove phenol from wastewater. Reactor Dielectric Barrier Discharge (DBD) plasma with sylinder coaxial configuration is employed in this study to degrade synthethic wastewater contain phenol, through large chemical active species that has high oxidation potential and able to degrade organic compound in wastewater. Ozonation technique is applied on DBD reactor which aims to increase ozone and OH radicals, thus maximize phenol degradation process. This study aims to investigated DBD reactor performance in phenol degradation and compared DBD plasma reactor effectivity with application of ozonation technique on DBD plasma reactor in degradation process. From experiment result, it was found that in 90 minutes degradation process of phenol with DBD reactor achieve 57.5%. Application of ozonation on DBD reactor was able to increase the degradation of phenol to 98.41%. The optimum condition of the degradation process was obtained by using wastewater flow rate 85 mL/min, air flow rate 2.5 L/min, and secondary EPT voltage 13.63 kV.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Somalinggi, Chelsea Gracia
Abstrak :
Latar belakang: Dewasa ini manusia hidup lebih lama, diperkirakan bahwa 1 dari 6 orang di dunia akan berusia 60 tahun atau lebih pada tahun 2030. Proses penuaan dihubungkan dengan akumulasi radikal bebas yang diproduksi pada proses metabolisme dan menyebabkan kerusakan pada sel dan penurunan antioksidan. Kerusakan oksidatif ditandai salah satunya dengan peningkatan molekul berupa Malondialdehyde (MDA) sebagai penanda peroksidasi lipid. Penggunaan antioksidan bersifat krusial untuk menangkal kerusakan oksidatif dan mencegah penyakit yang disebabkan oleh penuaan. Centella asiatica adalah salah satu tanaman herbal yang memiliki potensi antioksidan. Tujuan: Studi ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan Centella asiatica (CA) dalam menangkal stres oksidatif dengan mengukur kadar MDA pada jaringan otak tikus Rattus norvegicus usia 12, 24, dan 36 minggu. Metode: Studi eksperimental menggunakan sediaan homogenat otak dari tikus Rattus novergicus usia 12, 24, dan 36 minggu yang tidak diberi dan diberi ekstrak CA dengan dosis 300 mg/kgBB selama 30 hari. Pengukuran kadar MDA pada masing-masing kelompok dilakukan dengan menggunakan metode Will’s dan dikelola menggunakan SPSS. Hasil: Didapatkan penurunan kadar MDA otak bermakna pada kelompok tikus 12 minggu yang diberikan CA dibandingkan dengan kelompok tikus yang tidak diberi. Peningkatan kadar MDA otak yang bermakna didapatkan pada kelompok tikus usia 24 minggu yang diberikan CA dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberi. a. Kesimpulan: Pemberian Centella asiatica 300 mg/kgBB selama 30 hari mampu menangkal stres oksidatif pada tikus berusia 12 minggu, namun tidak mampu menangkal stres oksidatif pada tikus berusia 24 dan 36 minggu. ......Introduction: Nowadays, human live longer. It is estimated that by 2030, 1 in 6 people will be 60 years and older. The aging process is linked with accumulation of free radicals produced in the process of aerobic metabolism and cause damage to cell dan decline of antioxidant levels. Oxidative damage can be measured by the increase in MDA, a marker of lipid peroxidation. Antioxidant is crucial to combat oxidative damage and prevent diseases caused by aging. Centella asiatica is an herb plant known for its antioxidant potential. Objective: To assess the ability of Centella asiatica to combat oxidative stress which is measured by the brain Malondialdehyde levels of rats aged 12, 24, and 36 weeks Methods: Brain homogenate of Rattus norvegicus rats divided into 6 groups with 3 different age groups, 3 group were given Centella asiatica extract and 3 group were not. MDA levels was measured using Wills method and the data was analyzed using SPSS . Result: There was significant decrease in brain MDA levels in rats aged 12 weeks given CA compared with the group that was not. There was significant increase in brain MDA levels in rats aged 24 weeks given CA compared with the group that was not. There was no difference in brain MDA levels between 36 weeks old rats. Pemberian Centella asiatica 300 mg/kgBB selama 30 hari mampu menangkal stres oksidatif pada tikus berusia 12 minggu, namun tidak mampu menangkal stres oksidatif pada tikus berusia 24 dan 36 minggu. Conclusion:Administration of CA 300 mg/kg for 30 days can combat oxidative stress in rats aged 12 weeks, but was not able to do the same with rats aged 24 and 36 weeks.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nova Anita
Abstrak :
Ruang Lingkup: Asap rokok kretek terutama asap rokok sampingan dapat mempengaruhi proses spermatogenesis, kualitas semen dan perubahan kadar hormon testosteron. Pengaruh tersebut dapat terjadi melalui dua mekanisme, yaitu pertama komponen dalam asap rokok kretek berupa logam (kadmium dan nikel) dapat mengganggu aktifitas enzim adenilsiklase pads membran sel Leydig yang mengakibatkan terhambatnya sintesis hormon testosteron, kedua nikotin dalam asap rokok dapat menstimulasi medula adrenal untuk melepaskan katekolamin yang dapat mempengaruhi sistem saraf pusat sehingga dapat mengganggu proses spermatogenesis dan sintesis hormon testosteron melalui mekanisme umpan balik antara hipotalamus-hipofisis anterior - testis. Terganggunya proses spermatogenesis dapat juga disebabkan oleh kadar radikal bebas dan kerusakan kadar darah testis. Penelitian ini bertujuan untuk menilai secara kuantitatif perkembangan sel-sel germinal dan frekuensi sebaran stadia epitel seminiferus testis mencit setelah pemajanan asap rokok kretek selama 30 hari; 45 hari dan 60 hari dan menilai ada tidaknya perubahan kadar hormon testosteron total setelah pemajanan tersebut. Cara penelitian: Penelitian menggunakan 36 ekor mencit jantan galur DDY yang dibagi dalam enam kelompok perlakuan yaitu: kelompok kontrol 1 (KKP1); KKP2 dan KKP3 sebagai kontrol untuk kelompok perlakuan I (KP 1); KP2 dan KP3 yang secara berturut-turut diberi asap rokok kretek selama 30 hari; 45 hari dan 60 hari dalam kotak pengasapan selama 90 menit per hari. Pada hari ke 31;46 dan 6 mencit percobaan diisolasi organ testisnya, kemudian dilakukan pembuatan sediaan histologis organ testis dengan metode paraftn dan pengambilan plasma darah mencit melalui aorta jantung. Parameter yang diukur adalah jumlah sel-sel spermatogenik pads stadium V, VII dan XII; frekuensi sebaran stadia epitel seminiferus, kadar hormon testosteron total, berat testis dan ukuran diameter tubulus seminiferus. Hasii dan Kesimpulan: Hasil uji statistik parametrik ANAVA ( cc= 0,05) menunjukkan terjadi penurunan jumlah sel-sel spermatogenik (KP2 dan KP3), perubahan frekuensi sebaran stadia epitel seminiferus (KP3), berat testis (KP2 dan KP3) dan ukuran diameter tubulus seminiferus (KP3) (p < 0,05). Uji non parametrik Mann-Whitney terhadap kadar hormon testosteron total dalam kelompok perlakuan menunjukkan terjadi penurunan kadar hormon testosteron total pada KP3 dibandingkan kontrolnya Melalui uji Kruskal Wallis tidak terdapat perbedaan bermakna kadar hormon testosteron total antar kelompok perlakuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa asap rokok kretek dapat menghambat proses spermatogenesis.
The Alteration in the Distribution of Seminwerous Epithelial Stages, the Reduction of the Number Of Spermatogenic Cells and Total Concentration of Testosterone Hormone in Mice (Musmusculus L.) Strain Ddy Exposed to Kretek SmokeObjectives: kretek smoke, especially sidestream inhaled by passive smokers, can affect the process of spermatogenesis, the quality of semen and the alteration in testosterone concentration. The effects of kretek smoke mentioned occur in two mechanisms. The first mechanism in that the component in kretek smoke (cadmium and nikel) can disturb the activity of adenylciclase enzyme on the membrane of Leydig cells. The disturbance leads the blocking of testosterone synthesis. The second mechanism is that nicotine in kretek smoke will stimulate adrenal medulla to release cathecolamine which can affect central nervous system, which in turn disturb the process of spermatogenesis and the secretion of androgen hormone through the feedback mechanism of hypothalamus-anterior hypofisis -- testis. The disturbance in the process of spermatogenesis is also through to be related with the concentration of free radicals contained in kretek smoke and damages of testicular blood barier. The aim of this study is to quantitavely assess the development of germinal cells and the frequency of distribution of testicular seminiferous ephitelial stages of mice after the exposure to kretek smoke for 30 days, 45 days and 60 days, also to investigate the presence of any alteration in total concentration of testosterone after exposure to kretek smoke. Methods:This study uses 36 male mice (Mus musculus L.) strain DDY which are grouped into 6 study groups: control group I (KKP 1); KKP2 and KKP3 that serve as control for study group 1 (KP 1); KP2 and KP3 which are exposed to kretek smoke for respectively 30 days, 45 days and 60 days in a smoking box, for 90 minutes each day. In the 31"; 46" and 61", the testes of mice used in study are isolated and mice blood plasma is obtained from cardiac aorta. Histological preparation of the testes are then made using the paraffin method. Parameter assessed are the number of spermatogenic cells at stages V, VII and XII, the frequency of the distribution of seminiferous ephitelial stages, total concentration of testosterone, the weight of testes and the diameter of seminiferous tubules. Result and conclusion: The result of parametric ANAVA (a= 0,05) shows that there is significant difference (p < 0,05) or there alteration on the number of spermatogenic cells (KP2 and KP3) , the frequency of the distribution of seminiferous ephitelial stages (KP3), the weight of testes (KP2 and KP3) and the diameter of seminiferous tubules (KP3). Mann- Whitney test done the total concentration of testosterone in the study groups shows the reduction of testosterone in KP3 compared to its control. Non parametric Kruskal Wallis test shows that there is no significance difference of the total concentration of testosterone between study groups. The study found that the exposure to kretek smoke can block the process of spermatogenesis.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13619
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Charion Gibreth Hannes
Abstrak :
Antioksidan diperlukan oleh tubuh untuk menangkal radikal bebas yang ada . Sumber antioksidan dapat diperoleh dari vitamin maupun enzim. Salah satu antioksidan yang baik adalah glutathione (GSH) sintesis, isolasi dari yeast ekstrak hasil fermentasi broth. Karakterisasi yeast ekstrak sebagai antioksidan berupa asam amino. Dalam penelitian karakterisasi yeast ekstrak merujuk pada metode isolasi GSH, dengan memvariasi pelarut dan waktu ekstraksi menggunakan air panas dan etanol 25%. Dari variasi waktu dan pelarut ekstraksi akan diuji kandungan GSH dengan metode alloxan, untuk memperoleh kosentrasi maksimal. Hasil penelitian menunjukkan isolasi asam amino dengan pelarut air panas, pada waktu 15 menit lebih baik. Hasil ini kemudian dilakukan karakterisasi asam amino dengan metode HPLC dan LCMS. Asam amino yang memiliki aktivitas antioksidan ialah methionine, pada pelarut air panas dengan metode HPLC kandungannya 4869,93 ppm dan metode LCMS kandungannya 3402,91 ppm dan pelarut etanol dengan metode LCMS kandungannya 4137,002 ppm. Karakterisasi asam amino nantinya dapat dijadikan sebagai sumber bahan baku kosmetik bernilai jual ekonomis. ...... Antioxidants are needed by the body for scavenge free radicals. Source of antioxidants can be obtained from vitamins and enzymes. One is a good glutathione (GSH) synthesis, isolation of yeast extract from fermented broth. Characterization of yeast extract as an antioxidant in the form of amino acids. In the characterization studies of yeast extract refers to the method of isolation of GSH, by varying solvent and extraction time using hot water and ethanol 25%. From the variation of time and solvent extraction will be tested with the GSH content of alloxan method to obtain the highest concentration. The results show the isolation of amino acids with a hot solvent at the time of 15 minutes is better. These results are then carried out the characterization of amino acids by HPLC and LCMS methods. Amino acid which has antioxidant activity is methionine, the hot water solvents with HPLC method 4869.93 ppm abortion and abortion LCMS method and 3402.91 ppm ethanol with LCMS method implies 4137.002 ppm. Characterization of amino acids can then be used as a source of raw materials economical cosmetics worth selling.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54824
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>