Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohamad Thoha Rohimi
Abstrak :
Teknisium memiliki peranan yang sangat penting dalam dunia Kedokteran Nuklir Salah satu aplikasinya adalah 99mTc koloid sulfur yang berfungsi sebagai agen diagnosis penunjang status fungsionalitas hati dan limpa Tujuan penelitian ini adalah melakukan formulasi sediaan radiofarmaka 99mTc koloid sulfur serta uji stabilitas dan biodistribusi Sediaan radiofarmaka 99mTc koloid sulfur dibuat dengan mereaksikan Na99mTcO4 dengan Na2S2O3 5H2O dalam asam serta menggunakan gelatin sebagai stabilisator Dilakukan optimasi terhadap lama waktu pemanasan dan pH sediaan serta uji stabilitas in vitro selama 6 jam pasca rekonstitusi Uji biodsitribusi dilakukan dengan menyuntikkan 0 05 ndash 0 15 mCi 99mTc koloid sulfur secara intra vena pada tiga ekor kelinci domestik Oryctolagus cuniculus domestica jantan Kelinci di scan menggunakan kamera gamma single head dengan mode dinamik selama 20 menit dilanjutkan dengan mode statik selama 5 menit sebanyak tiga kali dengan interval waktu 10 menit Hasil penelitian menunjukkan sediaan radiofarmaka 99mTc koloid sulfur memiliki kemurnian radiokimia optimum untuk lama waktu pemanasan selama 13 menit dan pada pH 6 3 Uji stabilitas menunjukkan bahwa 99mTc koloid sulfur stabil selama 2 jam pasca rekonstitusi ditunjukkan dengan kemurnian radiokimia yang tinggi yaitu sebesar 92 93 2 14 n 3 Aktivitas maksimum 99mTc koloid sulfur lebih dari 80 ditemukan pada hati dan limpa kelinci pada saat 6 ndash 12 menit setelah injeksi. ......Technetium has a wide applications for Nuclear Medicine One of it application is as radiopharmaceutical 99mTc sulfur colloid used for liver and spleen imaging The aim of this research is to formulating radiopharmaceutical 99mTc sulfur colloid and to studying stability and biodistribution profile Radiopharmaceutical 99mTc sulfur colloid was made by using spesific reaction of Na99mTcO4 and Na2S2O3 5H2O on acid environment then stabilized by gelatin Optimation was done for heating period final pH and chemical stability using in vitro method during 6 hours post reconstitution Biodistribution profile was characterized by intravenously injection of 0 05 ndash 0 15 mCi 99mTc sulfur colloid to 3 male domestic rabbits Oryctolagus cuniculus domestica Rabbit was scanned using single head gamma camera with dynamic mode for 20 minutes and then by static mode for 5 minutes with interval 10 minutes The results showed that 99mTc sulfur colloid got optimum radiochemical purity during 13 minutes heating at final pH 6 3 Stability testing showed that 99mTc sulfur colloid stable for 2 hours post reconstitution showed by high radiochemical purity 92 93 2 14 n 3 Maximum activity of 99mTc sulfur colloid over than 80 was found at liver and spleen at 6 ndash 12 minutes after injection.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S52373
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
99mTc-siprofloksasin merupakan salah satu radiofarmaka yang digunakan untuk mendiagnosis infeksi. Kedokteran nuklir rumah sakit juga telah memanfaatkan 99mTc-siprofloksasin untuk mengetahui efektivitas terapi dengan suatu antibiotik. Tujuan dari penelitian ini adalah mensintesis dan menganalisis 99mTc-siprofloksasin, serta menentukan uptake bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus yang resisten siprofloksasin. Pembuatan kit kering siprofloksasin dilakukan secara aseptis dengan cara liofilisasi, kemudian ditandai dengan 99mTcO4- sesaat sebelum digunakan. Uji kualitas 99mTc-siprofloksasin dilakukan dengan menentukan persentase kemurnian radiokimia menggunakan metode kromatografi. Fase diam Whatman1 dengan fase gerak etil-metil-keton akan memisahkan pengotor 99mTcO4- , sedangkan fase diam ITLC-SG dengan fase gerak campuran etanol:air:ammonia (2:5:1) akan memisahkan pengotor 99mTcO2. Kemurnian radiokimia yang diperoleh sebesar 85,670,98% (n=4). Escherichia coli wild-type dan Staphylococcus aureus wild-type yang resisten siprofloksasin diperoleh dengan cara diberikan siprofloksasin pada konsentrasi dibawah Kadar Hambat Minimal (KHM) secara berturut-turut selama 4 hari untuk Staphlylococcus aureus wild-type dan 5 hari untuk Escherichia coli wild-type. Bakteri yang telah resisten terhadap siprofloksasin kemudian dilihat uptake-nya terhadap 99mTc-siprofloksasin. Bakteri Staphylococcus aureus wild-type yang telah resisten siprofloksasin memberikan uptake sebesar 42,0910,35% (n=6). Bakteri Escherichia coli wild-type yang telah resisten dengan siprofloksasin memberikan uptake sebesar 32,76  3,80% (n=6).
Universitas Indonesia, 2010
S33103
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kiki Rizki Lestari
Abstrak :
Radiofarmaka 99mTc-siprofloksasin merupakan salah satu radiofarmaka yang dikembangkan oleh BATAN untuk mendiagnosis infeksi dan mengetahui efektivitas terapi infeksi dengan suatu antibiotik. Resistensi bakteri terhadap suatu antibiotik menjadi suatu masalah bagi penggunaan radiofarmaka ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mensintesis, menganalisis radiofarmaka 99mTcsiprofloksasin, dan menentukan uptake bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus wild-type yang telah dibuat resisten terhadap kotrimoksazol. Bakteri dibuat resisten dengan memberikan antibiotik kotrimoksazol dibawah kadar hambat minimumnya selama berturut-turut lima hari untuk Escherichia coli dan empat hari untuk Staphylococcus aureus yang selanjutnya ditentukan uptake terhadap 99mTc-siprofloksasin. Radiofarmaka siprofloksasin dibuat dalam bentuk kit-kering secara aseptis dengan proses liofilisasi. Preparasi radiofarmaka 99mTc-siprofloksasin dilakukan dengan penambahan radionuklida 99mTc, aktivitas 2-13 mCi ke dalam kit-kering siprofloksasin sesaat sebelum digunakan. Kontrol kualitas radiofarmaka dilakukan dengan menentukan pH, sterilitas, dan kemurnian radiokimia dengan metode kromatografi. Fase diam ITLC-SG dengan fase gerak larutan etanol, aquabidest, ammonia (2: 5: 1) memisahkan pengotor 99mTcO4 - sedangkan fase diam Whatman 1 dengan fase gerak Etil Metil Keton memisahkan pengotor 99mTcO2. Kemurnian radiokimia 99mTc-siprofloksasin yang didapat sebesar 87,45 ± 3,88% (n= 3). Bakteri Staphylococcus aureus yang resisten kotrimoksazol memberikan uptake sebesar 41,94 ± 7,17% (n= 6) dan bakteri Escherichia coli yang resisten kotrimoksazol memberikan uptake sebesar 37,12 ± 6,54% (n= 6).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33144
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Faturrahman Jundi
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian dalam mengevaluasi fungsi ginjal pada kasus diabetes melitus menggunakan kamera gamma dan radiofarmaka 99mTc-DTPA. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perbedaan korelasi nilai Glomerular Filtration Rate GFR antara pasien diabetes dengan pasien non-diabetes yang dikalkulasi menggunakan metode Gates dan metode Inoue, peta biodistribusi radiofarmaka 99mTc-DTPA, dan radioaktivitas selama pemeriksaan Renogram. Penelitian dilakukan menggunakan pesawat SPECT dan 99mTc-DTPA pada 53 pasien dengan usia di atas 40 tahun, dan 22 diantaranya memiliki riwayat diabetes melitus tipe 2. Nilai GFR terukur mGFR dibandingkan dengan perhitungan manual eGFR menggunakan metode Gates dan Inoue. Pemetaan biodistribusi diambil dari citra statik pada region of interest ROI organ jantung, hati, kedua ginjal, dan kandung kemih. Radioaktivitas dikuantifikasi secara kasar menggunakan nilai cacahan pada peta biodistribusi dan faktor kalibrasi kamera gamma. Korelasi mGFR terhadap eGFR menggunakan metode Gates dan metode Inoue yaitu strongly positive. Peta biodistribusi radiofarmaka menunjukkan nilai cacahan pasien diabetes lebih tinggi pada organ ginjal kiri dan ginjal kanan, dan lebih rendah pada organ jantung dan hati relatif terhadap pasien non-diabetes. Organ kandung kemih tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada kedua grup. Untuk radioaktivitas radiofarmaka, aktivitas rata-rata tertinggi terletak pada kedua ginjal.
Research has been conducted to evaluate the renal function on diabetes mellitus case using gamma camera and 99mTc DTPA. The evaluation was performed to determine the difference of correlation of Glomerular Filtration Rate GFR values between diabetic patients and non diabetic patients which were calculated using Gates method and Inoue method, radiopharmaceutical biodistribution of 99mTc DTPA, and radioactivity during Renogram examination. The research was conducted using SPECT and 99mTc DTPA in 53 patients with over 40 years of age, and 22 of them had diabetes mellitus type 2. The measured GFR mGFR values were compared with manual calculations eGFR using Gates and Inoue method. The biodistribution was taken from the static image in the region of interest ROI of the heart, liver, kidneys, and bladder. The radioactivity was quantified roughly using the counts value in biodistribution map and calibration factor. The correlation of mGFR to eGFR using Gates method and Inoue method is strongly positive. The biodistribution map in diabetic patients showed higher values on left and right kidney, and lower values on heart and liver. The bladder showed no significant difference of biodistribution map in both groups. For radioactivities, the highest average activity lies in both kidneys.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library