Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ginting, Ananda Wibawanta
"ABSTRAK
Latar Belakang: Diagnosis TBEP memiliki banyak tantangan. Spektrum histopatologi yang bervariasi hingga belum ada standar baku emas untuk penegakan diagnosis. Penegakan diagnosis sering berdasarkan kecurigaan klinis. Sebagian besar TBEP adalah pausibasiler sehingga nilai sensitivitasnya rendah dan sangat bervariasi antar jenis sampel. TCM dilaporkan memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang baik dan WHO telah merekomendasikannya.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa pemeriksaan TCM jaringan dalam penegakan diagnosis TBEP pada orang dewasa. Standar baku emas yang digunakan pada penelitian ini adalah pemeriksaan histopatologi atau BTA jaringan
Metode: Penelitian ini merupakan uji diagnostik dengan rancangan studi potong lintang analitik melibatkan 73 pasien. Pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif pada pasien tersangka TBEP usia 18 tahun di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Pemeriksaan TCM dilakukan dengan mesin GeneXpert MTB/Rif dan dilakukan penilaian sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif, nilai duga negatif, dan akurasi.
Hasil: Sampel yang terdiagnosis sebagai TBEP didominasi oleh TB osteoartikular (28,6%). Gambaran histopatologi peradangan granulomatosa dan TCM positif sebanyak 19 sampel, peradangan non spesifik dan TCM positif sebanyak 1 sampel, peradangan kronik dengan sel atipik dan TCM positif sebanyak 2 sampel, peradangan granulomatosa dan TCM negatif sebanyak 13 sampel. Sensitivitas dan spesifisitas keseluruhan TCM adalah 59,38% dan 92,6%. Nilai duga positif dan nilai negatif TCM adalah 86% dan 74%. Akurasi TCM adalah 78,1%.
Simpulan: Performa pemeriksaan TCM dalam penegakan diagnosis TBEP cukup baik. Sensitivitas dari TCM untuk diagnosis TBEP sangat bervariasi. Hasil TCM negatif tidak menyingkirkan diagnosis TBEP dan integrasi dengan modalitas pemeriksaan lain sangat direkomendasikan. Spesifisitas TCM cukup tinggi sehingga dapat membantu menegakkan diagnosis TBEP.

ABSTRACT
Background: The diagnosis of EPTB has many challenges. The histopathological spectrum varies, until there is no gold standard for diagnosis. The diagnosis is often based on clinical suspicion. Most of the EPTB are paucibacillary so their sensitivity is low and varies greatly between types of samples. Tissue rapid molecular test is reported to have good sensitivity and specificity and WHO has recommended it.
Objective This study aims is to determine the performance of tissue rapid molecular test in the diagnosis of EPTB in adults. The gold standard in this study is histopathology or tissue AFB.
Methods: This study is a diagnostic test with analytic cross-sectional study design involving 73 patients. Sampling was carried out consecutively in patients with EPTB suspects aged 18 years at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital. Tissue rapid molecular test examination is carried out with a GeneXpert MTB/Rif machine and sensitivity, specificity, positive predictive value, negative predictive value, and accuracy are assessed
Results: The diagnosed sample as EPTB is dominated by osteoarticular TB (28.6%). The overview of histopathological findings are granulomatose's inflammation and tissue rapid molecular test positive:19 samples, non-specific inflammation and positive tissue rapid molecular test: 1 sample, chronic inflammation with the atypical cells and positive tissue rapid molecular test: 2 samples, no granulomatose's inflammation and negative rapid molecular test: 13 samples. The overall sensitivity and specificity of rapid molecular test are 59.38% and 92.6%. The positive predictive values and negative predictive values of rapid molecular test are 86% and 74%. The accuracy of rapid molecular test is 78.1%.
Conclusions: The performance of tissue rapid molecular test in diagnosing EPTB is good enough. The sensitivity of rapid molecular test for the diagnosis of EPTB varies widely. Negative rapid molecular test result does not rule out diagnosis of EPTB and integration with other examination modalities is highly recommended. Rapid molecular test specificity is high enough so it can help enforce the diagnosis of EPTB."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasanah
"Latar belakang: Tuberkulosis (TB) dan kanker paru merupakan dua masalah kesehatan dunia dengan angka kematian yang tinggi. Risiko TB meningkat pada pasien dengan keganasan termasuk kanker paru dengan prevalensi 0,7% - 18,7%. Tuberkulosis paru dan kanker paru memiliki gejala yang mirip sehingga diagnosis keduanya sering kali terlambat menyebabkan prognosis yang lebih buruk. Bronkoskopi merupakan suatu tindakan efektif untuk mendiagnosis TB dan kanker paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi TB paru pada pasien terduga kanker paru melalui pemeriksaan tes cepat molekular (TCM) bilasan bronkus.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode potong lintang dengan subjek terduga kanker paru yang akan menjalani bronkoskopi di RSUP Persahabatan dan berusia minimal 18 tahun pada periode Maret sampai Juli 2024. Bilasan bronkus dilakukan pemeriksaan TCM menggunakan InaTB-Rif untuk mendiagnosis TB.
Hasil: Sebanyak 104 subjek memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi dengan karakteristik usia berada pada median 60 tahun (18-80 tahun), jenis kelamin laki-laki (61,5%), status gizi baik dengan indeks massa tubuh normal (60,6%), memiliki riwayat merokok (54,8%) dan bekas TB (21,2%). Subjek penelitian yang memiliki komorbid paling banyak adalah diabetes melitus (DM) tipe 2 yaitu 20,2%. Sebagian besar mengeluhkan batuk, gambaran radiologi mayoritas tampak massa dan kompresi serta massa infiltratif pada temuan bronkoskopi. Proporsi TB paru pada pasien yang menjalani bronkoskopi dengan terduga kanker paru yaitu 22,12% dengan dua pasien terdeteksi resisten rifampisin (8,67%). Analisis bivariat menunjukkan bahwa fibrosis dan ratio neutrofil limfosit memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan hasil TCM.
Kesimpulan: Diagnosis TB pada pasien terduga kanker paru perlu dipertimbangkan terutama pada negara dengan beban TB yang tinggi seperti Indonesia sehingga tata laksana dapat diberikan secara optimal.

Background: Tuberculosis (TB) and lung cancer are two global health problems with high mortality rates. The risk of TB increases in patients with malignancies including lung cancer with a prevalence ranging from 0.7% to 18.7%. Pulmonary tuberculosis and lung cancer have similar symptoms, often leading to delayed diagnosis and resulting in a worse prognosis. Bronchoscopy is an effective procedure for diagnosing TB and lung cancer. This study aims to determine the proportion of pulmonary TB in suspected lung cancer patients through the examination of bronchial washing using a rapid molecular test (RMT).
Method: This was a cross-sectional study with suspected lung cancer patients who would undergo bronchoscopy at Persahabatan Hospital National Respiratory Center and at least 18 years old in the period from March to July 2024. Bronchial washing was examined by RMT using InaTB-Rif to diagnose TB.
Results: A total of 104 subjects met the inclusion and exclusion criteria, with a median age of 60 years (range 18 to 80 years), predominantly were male (61.5%), and demontrated good nutritional status with a normal body mass index (60.6%), had a history of smoking (54.8%), and former TB (21.2%). The most common comorbidity among the subjects was type 2 diabetes mellitus, accounting for 20.2%. Most participants reported cough and radiological findings predominantly revealed masses, compression, and infiltrative masses in bronchoscopy results. The proportion of pulmonary tuberculosis in patients who underwent bronchoscopy for suspected lung cancer was 22.12%, with two patients detected as resistant to rifampicin (8.67%). Bivariate analysis revealed that fibrosis and neutrophil-lymphocyte ratio had a statistically significant with RMT.
Conclusion: The diagnosis of tuberculosis in suspected lung cancer patients needs to be considered especially in high TB burden countries such as Indonesia so the management could be given optimally.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library