Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maxensius Tri Sambodo
Abstrak :
Abstract In 2014, the Indonesian government has targets to obtain 80% of electrification ratio and 98.9% of rural electrification ratio. Extending the grid and off-grid connection has been done to obtain the targets. This paper aims to compare two main programs on rural electrification namely Super Extra Energy Saving (Super Ekstra Hemat Energi, SEHEN) that is belong to PLN (state owned company in electricity) and the Solar Home System (SHS) that is financed by the Ministry of Energy and Mineral Resources (MEMR). Indonesia has started the rural electrification program in the late 1950s, but how to provide electricity in a sustainable ways both organizationally and institutionally still become a big challenge. The experiences from East Nusa Tenggara provinces showed that both SEHEN and SHS can instantly improve electrification ratio, but government needs to synchronize the technical, administrative, and financial aspect from the two programs. Without any improvements in designing the program, we argue that the existing program is not sustainable. Keywords: Electrification Ratio; Rural Electrification; Sustainability

Abstrak Tahun 2014, Pemerintah Indonesia menetapkan target pencapaian rasio elektrifikasi sebesar 80% dan rasio elektifikasi perdesaan sebesar 98.9%. Perpanjangan jaringan grid dan off-grid telah dilakukan sepagai upaya pencapaian target. Tulisan ini bertujuan membandingkan dua program elktifikasi perdesaan yang utama, yaitu Super Ekstra Hemat Energi (SEHEN) yang dimiliki PLN (Badan Usaha Milik Negara di bidang kelistrikan) dan Solar Home System (SHS) yang didanai Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Indonesia telah memulai program elektrifikasi perdesaan sejak akhir 1950an,namun masih menghadapi tantangan dalam menemukan cara elektrifikasi yang berkesinambungan secara organisasional maupun institusional. Pengalaman dari Provinsi Nusa Tenggara Timur menunjukkan bahwa SEHEN maupun SHS dapat meningkatkan rasio elektrifikasi secara signifikan, namun pemerintah masih harus menyelaraskan aspek teknis, administratif, dan keuangan dari kedua program. Tanpa pembenahan dari sisi rancangan, kami berpendapat bahwa program yang telah ada tidak ada bertahan.
2015
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Adhe Novita Sari
Abstrak :
Studi ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Dana Desa terhadap elektrifikasi desa di Indonesia dengan menggunakan data panel mulai dari tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 di 64.127 desa. Studi ini meneliti hubungan Dana Desa dalam penyediaan infrastruktur terhadap percepatan elektrifikasi desa dengan analisis regresi fixed effect. Hasil studi menemukan bahwa Dana Desa berkorelasi positif dengan elektrifikasi desa di Indonesia, dimana setiap kenaikan 1% Dana Desa berkorelasi terhadap peningkatan 0,98% rasio elektrifikasi desa. Hasil lain menunjukkan bahwa pengaruh Dana Desa dalam meningkatkan elektrifikasi terlihat lebih tinggi pada desa di luar Jawa dan wilayah Pesisir. Meskipun Dana Desa tidak diperuntukan langsung untuk meningkatkan elektrifikasi desa di Indonesia, namun studi ini menyimpulkan bahwa Dana Desa dapat menjadi katalis untuk meningkatkan rasio elektrifikasi yang memiliki kebutuhan dasar infrastuktur. ......This study aims to analyze the influence of the Village Fund program on village electrification in Indonesia using panel data from 2018 to 2020 in 64.127 villages. This study examines the relationship between the Village Fund program in providing infrastructure to accelerating village electrification with a fixed effect regression analysis. The results of the study found that the Village Fund program is positively correlated with village electrification in Indonesia, where every 1% increase in Village Funds correlates with a 0.98% increase in the village electrification ratio. Other results show that the influence of Village Funds in increasing electrification is seen to be higher in villages outside Java and the Coastal region. Although Village Funds are not intended directly to increase village electrification in Indonesia, this study concludes that Village Funds can be a catalyst for increasing electrification ratios that have basic infrastructure needs.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivana Suprapto
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh rasio elektrifikasi terhadap IPM di Indonesia secara umum dan secara khusus, yaitu analisis spesifik terhadap provinsi yang sudah dipisahkan menjadi berbagai kategori. Lambatnya laju pertumbuhan IPM dan tidak meratanya IPM di berbagai provinsi mendorong pemerintah untuk mengupayakan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan mendorong rasio elektrifikasi yang merata antar provinsi. Rasio elektrifikasi diketahui mempunyai peranan penting dalam meningkatkan seluruh indikator dalam IPM, yaitu ekonomi, kesehatan dan pendidikan.  Penelitian ini menggunakan data panel 33 provinsi pada tahun 2010-2018, dengan metode estimasi fixed effect. Hasil empiris menunjukkan bahwa secara umum rasio elektrifikasi memberikan pengaruh positif terhadap IPM. Sedangkan pengaruh rasio elektrifikasi pada berbagai kategori provnisi menunjukkan hasil yang bisa bernilai positif atau negatif. Rasio elektrifikasi mempunyai pengaruh terbesar pada sub kategori provinsi yang mempunyai PDRB rendah, IPM rendah dan kinerja PDRB rendah  IPM rendah. ......This study aims to analyze the effect of the electrification ratio on HDI in Indonesia for general and specific purpose: with a specific analysis of provinces divided into various categories. The slow growth rate of HDI and the disparity of HDI in various provinces has pushed the government to work out the right solution to overcome these problems. One effort that can be done is to encourage an equal electrification ratio between provinces. The electrification ratio is known to have an important role in improving all indicators in HDI, which include economy, health and education. This study uses panel data from 33 provinces in 2010-2018, with the fixed effect estimation method. The empirical results show that in general the electrification ratio has a positive effect on HDI. Meanwhile, the effect of the electrification ratio in various categories of provinces shows that the results can be positive or negative. The electrification ratio has the greatest effect on the sub-categories of provinces that have low GRDP, low HDI and low IPM low GRDP performance.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afdhal Afgani
Abstrak :
ABSTRAK
Pertumbuhan ekonomi berbanding lurus dengan konsumsi energi listrik. Namun, Provinsi Papua dan Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki rasio elektrifikasi dibawah 60 akibat dari kondisi geografis yang berupa pegunungan dan kepulauan, serta kerapatan penduduk yang rendah menyebabkan tidak efisien untuk membangun jaringan listrik konvensional. Biogas dapat menjadi alternatif bahan bakar untuk sistem pembangkit skala kecil yang dapat menjangkau daerah tersebut dan didukung dengan jumlah populasi sapi dan kerbau yang tinggi di daerah tersebut. Metodologi yang digunakan pada penilitian ini adalah melakukan pemurnian biogas terlebih dahulu lalu melakukan variasi pemurnian biogas serta menganalisa karakteristik keluaran listrik yang dihasilkan dan melakukan studi perbandingan kinerja mesin konversi energi listrik antara bahan bakar biogas dan bensin. Didapatkan hasil pemurnian biogas yang baik adalah dengan mengisi bag absorbent dengan waktu tunggu minimal 90 menit, keluaran listrik yang dihasilkan sesuai standar tetapi terdapat kemungkinan penurunan frekuensi elektris saat mesin bekerja akibat kandungan CO2 pada biogas, SFC kg/kWh mesin saat menggunakan bahan bakar biogas dan bensin dengan beban 200 watt berturut-turut adalah 1,61 dan 8,69, dan saat beban 400 watt 0,99 dan 1,20, dan efisiensi termal mesin saat menggunakan bahan bakar biogas dan bensin dengan beban 200 watt berturut-turut adalah 4,45 dan 0,87 , dan saat beban 400 watt 7,25 dan 6,34.
ABSTRACT
Economic growth is directly proportional to the electrical energy consumption. However, Papua and East Nusa Tenggara have electrification ratios below 60 . This occurs due to the geographical conditions of the mountains and islands, as well as the low population density causes inefficient to build conventional electric power system. There is a potential to use biogas as an alternative fuel source due to the high population of cow and buffalo in that provinces. The methodology used in this research is first to perform the variation of biogas purification method then, analyze the characteristics of the electrical output and conduct a comparative study of the electrical engine conversion performance between biogas and gasoline. The results are it takes a minimum of 90 minutes wait time on bag absorbent, electrical output in accordance with the regulations but there is a possibility of frequency drop due to CO2 amount in biogas, SFC kg kWh engines while using biogas and gasoline fuel at 200 watt load respectively are 1.61 and 8.69, and at 400 watt load of 0.99 and 1.20, and engine thermal efficiency when using biogas and gasoline fuel with the 200 watt load is 4.45 and 0.87 respectively, and at 400 watt load is 7.25 and 6.34.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Nurul Amalia
Abstrak :
ABSTRAK
Pembangunan adalah upaya membangun masyarakat secara terencana dan berkelanjutan dengan memanfaatkan seluruh potensi sumber daya, baik sumber daya alam ataupun sumber daya manusia. Pembangunan dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni: 1 pembangunan fisik mdash;yang bersifat infrastruktur atau prasarana, seperti bangunan fisik atau lembaga yang mempunyai kegiatan produksi, logistik, pemasaran barang dan jasa mdash;dan 2 pembangunan non-fisik dapat juga disebut pembangunan manusia. Dalam penelitian ini, karakteristik wilayah digunakan sebagai pengaruh terhadap pembangunan fisik dan non-fisik dan terbagi atas wilayah urban dan wilayah non-urban. Pembangunan fisik dalam hal ini adalah infrastruktur listrik. Pembangunan manusia adalah kondisi kesehatan dan pendidikan. Untuk melihat infrastruktur listrik digunakan rasio elektrifikasi, sedangkan kondisi kesehatan dan pendidikan dilihat berdasarkan indeks kesehatan dan pendidikan. Indeks kesehatan dibangun atas dasar model determinan kesehatan yang terdiri atas kesehatan perorangan, kesehatan keluarga, kesehatan masyarakat, dan sistem pelayanan kesehatan, sedangkan indeks pendidikan berdasarkan rasio murid ndash; sekolah atau kepadatan sekolah dan perbandingan siswa antar jenjang pendidikan. Penelitian ini menggunakan unit analisis kecamatan dan dilakukan dengan metode analisis spasial Overlay dan Query serta analisis statistik Chi Square. Dari hasil analisis spasial dan statistik didapatkan bahwa tidak terdapat suatu pola tertentu terhadap kondisi kesehatan dan kondisi pendidikan. Selain itu, didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara rasio elektrifikasi dan karakteristik wilayah dengan kondisi kesehatan, namun terdapat hubungan antara rasio elektrifikasi dan karakteristik wilayah dengan kondisi pendidikan.
ABSTRACT
Development is an effort to build a community inan organized and sustainable way with using all the potential resources, such as natural resources or human resources. Development can be divided into two types 1 physical development infrastructure, such as physical buildings or institutions that have production, logistics, goods and services and 2 non physical development or human development. In this research, regional characteristics are used as an influence to physical and non physical development and divided into urban and non urban areas. Physical development is the electricity infrastructure. Human development is the condition of health and education. Electrification ratio is used to see the electrical infrastructure, while health and education conditions are seen based on health and education index. The health index is built on a health determinant model consisting of individual health, family health, public health, and health care systems, while the education index is based on student school ratios or school density and student to school comparisons. This research used the subdistrict as an analysis unit and done by Overlay and Query spatial analysis method and Chi Square statistical analysis method. From the results of spatial and statistical analysis, there is found that no particular pattern of health conditions and educational conditions. In addition, it is found that there is no relation between electrification ratio and regional characteristic with health condition, but there is relation between electrification ratio and regional characteristic with education condition.
2018
S70167
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library