Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 262 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Praswasti Pembangun Dyah Kencana Wulan
Abstrak :
Oksida logam stronsium (SrO) merupakan oksida logam alkali tanah yang memiliki aktifitas yang cukup baik dan selektifitasnya terhadap hidrokarbon cukup tinggi. Penambahan logam alkali tanah pada katalis Sm2O3 diketahui dapat memperbaiki aktifitas dan selektifitas katalis pada Reaksi Kopling Oksidatif Metana. Penelitian Terry [1] menghasilkan Sm2O3 sangat aktif dan SrO sangat selektif. Penelitian ini bertujuan mempelajari efek penambahan Sm ke Sr dan Sr ke Sm. Kalsinasi dilakukan pada 3 suhu yaitu 600 °C, 700 °C dan 1000 °C, sesuai dengan hasil karakterisasi DTA. Hasilnya dibandingkan dengan katalis yang dikalsinasi pada suhu 850 °C [1]. Katalis dibuat dengan metode impregnasi basah. Pengujian katalis untuk melihat pengaruh suhu kalsinasi dilakukan dalam reaktor unggun tetap dengan kondisi operasi sebagai berikut : rentang suhu 600 - 900 °C, tekanan 1 atmosfer, rasia CH4/O2 = 2, berat katalis = 0,0119 g dan laju alir umpan total 160 m/menit. Suhu kalsinasi optimum digunakan untuk melihat pengaruh kandungan SrO dalam Sm2O3 yang divariasikan sbb: 1 %, 5 %, 10 %, 30 %, 50 %, 70 % dengan kondisi seperti di atas dan diikuti oleh kenaikan rasio CH4/O2. Katalis yang dikalsinasi pada suhu 600, 700, 850 °C memberikan aktifitas yang rnirip. Suhu kalsinasi 1000 °C membuat katalis mengalami kerusakan morfologi. Pada suhu reaksi 600 - 650 °C, kenaikan suhu kalsinasi menurunkan selektivitas C2. Mulai suhu reaksi 700 °C, kenaikan suhu kalsinasi tidak mempengaruhi selektivitas C2. Pada suhu rendah, waktu kontak yang lebih tinggi menurunkan tekanan parsial oksigen sehingga reaksi pembentukan COx menurun dan reaksi kopling memegang peranan panting. Kenaikan suhu mengakibatkan reaksi homogen memegang peranan sehingga selektivitas tidak dipengaruhi kenaikan suhu kalsinasi. Data yield terhadap komposisi katalis menunjukkan adanya 2 puncak pada 5 dan 50 % berat SrO. Hal ini disebabkan adanya luas permukaan spesifik tertinggi dimiliki kedua katalis ini dan kedua katalis mempunyai morfologi yang berbeda tetapi pusat aktif sama. Sehingga penambahan dopan untuk meningkatkan kinerja katalis laktanida tidak perlu tinggi. Kenaikan luas permukaan spesifik meningkatkan konversi oksigen dan metana dan tidak mempengaruhi selektivitas pada suhu reaksi > 700 °C. Selektivitas yang tetap ini dipengaruhi oleh SrCO3 dan Sm2O3 yang ada di permukaan. Jumlah Sr2+ pada katalis 5 % lebih banyak jumlahnya dibandingkan katalis 50 %. Hasil uji stabilitas memperlihatkan hasil bahwa katalis 50 % relatif stabil selama 10 jam reaksi pada temperatur 800 °C.
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Pada penelitian ini digunakan zeolit klinoptiiolit alam sebagai bahan dasar kata|is_ Proses aktivasi di-Iakukan dalam dua cara yang bebeda, yaitu proses pertukaran kation diikuti dengan dealuminasi, Serta proses aktivasi dengan urutan sebaliknya Salah satunya diujikan sebagai katalis sadangkan yang Iain sebagai support untuk katalis ZnOICr2O3 yang penyisipannya dilakukan dengan metode kopresipitasi.

Sebelum dilakukan uji coba pada reaksi dekomposisi n-heksana, dilakukan karakterisasi iuas permukaan, komposisi kation dan kristaIinitas. Uji reaksi dilakukan dengan reaktor unggun tetap (kontinu) pada Iaju alir gas carrier N2 sebesar 30 mllmenit dan berat katalis masing-masing 0,1 gram.

Zeolit klinoptilolit yang proses aktivasinya diawali dengan pertukaran kation, pada reaksi dekomposisi n-heksana memgrikan konversi mulai signifikan pada temparatur reaksi mulai mendakati 450 °C dan menghasilkan sanyawa propena Serta isomamya. Pada suhu 470 °C, konversinya mencapai 10,5%. Sedangkan zeolit kiinoptilolit yang proses aktivasinya diawali dengan dealuminasi, sampel katalis Iebih cepat terdeaktivasi sekalipun memiliki karakter permukaan yang Iebih baik_

Katalis Zn0!Cr2O3!zeo|it menghasilkan konversi yang mulai signitikan pada temperatur reaksi mendekati 400 “C dan mamberikan produk senyawa heksena sarla isomernya. Pada 470 °C, konversinya mencapai 22%.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S48893
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhesti Herawati
Abstrak :
Pemanasan global yang disebabkan tingginya kadar CO2 di atmosfir telah menjadi masalah serius sekarang ini. Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk menurunkan emisi gas CO2 tersebut dengan memanfaatkannya menjadi bahan yang lebih berguna. Salah satu alternatif pemanfaatan CO2 ialah sintesis metanol dengan proses hidrogenasi CO2. Pada saat ini, sintesis metanol dengan hidrogenasi CO2 dilakukan pada kondisi operasi tekanan dan temperatur tinggi dan katalis yang banyak digunakan adalah katalis CuO/ZnO/Al2O3. Hal ini menyebabkan tingginya biaya modal dan operasional. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan pada kondisi operasi tekanan dan temperatur rendah. Untuk memperbaiki kinerja katalis pada kondisi reaksi tersebut, Mn dan Zr dipakai sebagai aditii Mn dan Zr telah dilaporkan aktif untuk sintesis metanol dari C02. Penelitian ini diawali dengan pembuatan katalis CuO/ZnO/Al2O3 dengan berbagai variasi funding aditif ZrO2 dan Mn0 menggunakan metode kopresipitasi. Katalis yang dihasilkan ini kemudian diuji aktivitasnya terhadap reaksi CO2 dan H2 dalam reaktor unggun tetap pada kondisi operasi: tekanan 10 bar dan temperatur 200, 250 dan 275°C; rasio umpan C0211-I2 = 1:3 dan rasio W/F = 0,01 gr.kat.min/ml. Untuk mengetahui pengaruh sifat fisik kalalis terhadap keaktifan katalis maka katalis ini dikarakterisasi terhadap luas permukaan dengan metode BET. Sedangkan untuk mengetahui ikatan antar molekul yang terdapat pada katalis ini digunakan metode FTLR. Dispersi dan volume pori katalis dikarakterisasi dengan menggunakan metode adsorpsi isotermal dan metode SEM untuk analisis morfologi permukaan. Hasil karakterisasi sifat fisik katalis menunjukkan bahwa penambahan aditif ZrO2 dan MnO akan menaikkan luas peimukaan tetapi menurunkan dispersi katalis CuO/ZnO/Al2O3. Hasil uji aktivitas katalis menunjukkan bahwa dalam sintesis metanol dari umpan utama CO2 dan H2 dengan kondisi optimal dari penelitian ini yaitu katalis dengan jumlah aditif ZrO2 dan MnO sebanyak 3% dan suhu operasi 275°C. Konversi CO2 yang didapat ialah 19,78% dengan selektifitas metanol 99,98%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49133
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melander, Lars
New York: John Wiley & Sons, 1980
541.388 MEL r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fleck, George M.
New York: Holt Rinehart and Winston, 1971
541.39 FLE c (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Burr, John G.
New York: Interscience Publishers, 1957
547.2 BUR t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dunn, Irving J.
Weinheim: Wiley-VCH Verlag, 2003
660.632 2 BIO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Berty, J.M.
Elsevier Science B.V, 1999
660.299 5 BER e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Harfani
Abstrak :
Cadangan minyak bumi yang semakin menipis sementara meningkatnya permintaan minyak bumi tiap tahun(khususnya untuk transpotasi) mendorong para ahli mencari sumber energi alternatif yang bersifat terbarukan, ramah lingkungan, kualitas setara dengan minyak bumi, dapat diproduksi dalam jumlah besar. Salah satu energi alternatif adalah biodiesel yang merupakan ester dari asam Iemak rantai panjang yang berasal dari minyak nabati. Pada penelitian ini dilakukan reaksi esterilikasi- tranesterilikasi minyak Iimbah margarin menggunakan katalis padatan asam gamma alumina terfosfat (y- Al2O3 /PO4). Preparasi katalis dilakukan dengan cara mengimpregnasi gel Al(OH)3 dalam larutan H3PO4 (6% ion PO43' ) yang diikuti dengan pengeringan dan kalsinasi selanjutnya dianalisa menggunakan XRD, XRF, dan BET. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa perlakuan impregnasi terhadap gel Al(OH)3 tidak merubah struktur y-alumina. Proses impregnasi dengan H3PO4 diharapkan akan menaikkan sisi keasaman Lewis dan Bronsted. Reaksi esterilikasi-tranesterilikasi menggunakan 2% katalis; suhu 67°C; pada perbandingan mol minyak- metanol 1:9 dan 1:18 ;seIama 24 jam berhasil membentuk metil ester yaitu metil laurat, metil miristat, metil palmitat, dan metil oleat. Produk metil ester dianalisis dengan GC-IVIS. Hasil kromatogram menunjukkan bahwa metil ester yang terbentuk belum optimal karena suhu yang digunakan untuk menjalankan reaksi esteritikasi-transesteriiikasi.terlalu rendah yaitu 67°C
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30537
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Suhadi
Abstrak :
Latar Belakang: Para pekerja sering kali terpaksa berhadapan dengan kebisingan tinggi ditempat kerja. Kebisingan mengganggu perhatian yang diperlukan terus-menerus dan menurunkan produktivitas kerja, oleh sebab itu pekerja yang melakukan pengamatan dan pengawasan terhadap satu proses produksi atau hasilnya, dapat membuat kesalahan akibat dari terganggunya konsentrasi dan kurang fokusnya perhatian. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran waktu reaksi cahaya dan suara untuk menilai fokus perhatian/konsentrasi. Metode: Studi analitik dengan desain komparatif cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang memproduksi benang nylon sintetik. Membandingkan rerata selisih waktu reaksi cahaya dan suara sebelum dan setelah bekerja dengan pajanan kebisingan pada kelompok subjek yang bekerja pada intensitas kebisingan di atas NAB area braiding dibandingkan dengan yang di bawah NAB area waring. Hasil Penelitian: Perbedaan bermakna waktu reaksi cahaya yang melambat pada subjek yang bekerja dengan pajanan kebisingan di atas NAB sebelum dan setelah bekerja p=0.007 , namun tidak dengan waktu reaksi suara. Tidak terdapat perbedaan bermakna waktu reaksi cahaya dan suara pada subjek yang bekerja dengan pajanan kebisingan di bawah NAB sebelum dan setelah bekerja. Terdapat perbedaan bermakna rerata selisih waktu reaksi cahaya yang melambat pada subjek yang bekerja pada pajanan kebisingan di atas NAB dengan di bawah NAB, p=0,017, namun tidak bermakna terhadap rerata selisih waktu reaksi suara. Tidak terdapat faktor yang mempengaruhi waktu reaksi cahaya dan suara sebelum dan setelah bekerja dengan pajanan kebisingan pada kedua kelompok. Kesimpulan: Terdapat perbedaan rerata selisih waktu reaksi cahaya pada pekerja yang bekerja dengan pajanan kebisingan di atas NAB dibandingkan dengan pekerja yang bekerja dengan pajanan kebisingan di bawah NAB, sehingga tingkat intensitas kebisingan tinggi di atas NAB mempengaruhi waktu reaksi cahaya dan menjadi lebih lambat.
Background Workers are often exposed with high noise level at their workplaces. Noise can disrupt the worker`s concentration and focus and in the end, may cause lower productivity. Thus, workers whose main job descriptions are to supervise workflow from one phase to another are prone to mistakes due to the loss of concentration and focus. In this research, we used reaction timer with light and sound stimuli to assess attention or concentration. Methods The study was an analytical study with comparative cross sectional design, comparing a mean difference between light and sound`s reaction time before and after work. This research was conducted at a manufacture company that produces synthetic nylon fibers. The subjects were divided into two group the workers with noise intensity above TLV and with noise intensity below TLV. Prior to the study, the research has measured the intensity of the noise level at the workplace area. Result A significant difference was found in the light`s reaction time who work with noise exposure above TLV p 0.007 and it was found to be slower after work with the workers who are exposed to noise above TLV. There was also a significant mean difference for the light`s reaction time between the above TLV noise group and below TLV noise group p 0.017 . There was no significant difference in sound`s reaction time. There were no significant factors that affect light and sound`s reaction time before and after work with noise in these two groups. Conclusion There was a significant mean difference in light`s reaction time for the workers who work with noise exposure above TLV compare with the workers who work in below TLV, so that a high intensity of noise level is found to affect and decrease the light`s reaction time of the workers.
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>