Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
Sabdono Hadi
"Analisis kapasitas dan coverage pada jaringan 2G pada implementasi refarming UMTS900 dilakukan dengan metode redimensioning kapasitas dan reengineering akibat penggantian antena triple band. Untuk meningkatkan kapasitas pelanggan dan coverage, operator mulai menggunakan teknologi UMTS900 sebagai solusinya. UMTS900 merupakan teknologi 3G yang menggunakan frekuensi kerja GSM900 (2G) pada frekuensi kerjanya sehingga separuh dari frekuensi pada GSM900 diambil untuk teknologi UMTS900 dan sangat berpengaruh pada kapasitas dan juga cakupan jaringan GSM (2G). Redimensioning dilakukan pada jaringan GSM900 yaitu dengan menghitung ulang kapasitas trafik saat ini sehingga bisa didapatkan jumlah kanal yang dapat memenuhi kapasitas trafik tersebut. Dengan berkurangnya frekuensi GSM900, maka konfigurasi Trx (transceiver) maksimal yang bisa didapatkan yaitu 3/3/3 sehingga jika hasil perhitungan trafik GSM900 tidak bisa memenuhi kapasitasnya maka harus dilakukan traffic sharing dengan site sekitarnya. Adanya penggantian antena triple band, menyebabkan nilai sinyal level minimum coverage pun harus dijaga agar tidak menurun, salah satu teknik yang dapat digunakan adalah menyesuaikan parameter RF, yang antara lain ketinggian antenna, azimuth dan tilting. Dengan aktifitas redimensioning, traffic congestion pada jaringan 2G dapat dicegah dengan cara upgrade Trx pada GSM sebanyak 7 Trx, penambahan new site DCS colocation sebanyak 66 Trx dan upgrade pada site DCS colocation sebanyak 64 Trx sedangkan dengan adanya aktifitas reengineering nilai level sinyal minimum coverage meningkat sebesar 6.17%.
Analysis of capacity and coverage of 2G network due to UMTS900 refarming implementation using capacity redimensioning and reengineering method related to triple band antenna changing. Operator is now using UMTS900 for solution tobuild up capacity and coverage. UMTS900 is third generation technology which utilizes GSM900 for working frequency. When UMTS900 is implemented, half of existing GSM900 frequency is used for UMTS900 technology. That will influence GSM (2G) network capacity and coverage. Redimensioning is performed on GSM900 by recalculating existing traffic capacity in order to obtain the number of required channels for the network. The reduction of available GSM900 frequency will limit the maximum TRX configuration down to 3/3/3. Therefore if the result from recalculating GSM900 traffic shows that the required capacity cannot be provided, it is necessary to implement traffic sharing strategy with the collocation or neighbour sites. In addition to that, the antenna triple band replacement must be implemented carefully to avoid the decrease of minimum signal coverage. It can be performed by RF parameter tuning activities such as adjusting antenna height, azimuth and tilting. In conclusion with redimensioning activity, congestion on 2G network can be prevented by upgrade Trx on GSM network as many as 7 Trx, add new DCS colocation 66 Trx and upgrade site on DCS colocation 64 Trx and with reengineering signal level on minimum coverage improve as many as 6.17 %."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47191
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sartika Setiawan
"[
ABSTRAKKebutuhan akan layanan data pada jaringan telekomunikasi terus meningkat, jumlah trafik data setiap tahun selalu bertambah sedangkan trafik voice cenderung sudah jenuh. Teknologi 4G LTE (Generasi ke-empat Long Term Evolution) sebagai teknologi jaringan telekomunikasi terbaru dari 3GPP (Thrid Generation Pathnership Project) mampu memberikan kecepatan dan kapasitas lebih baik dari teknologi sebelumnya. Implementasi 4G LTE ini menjawab tantangan trend kebutuhan akan layanan data yang terus meningkat. Dalam proses implementasinya terdapat 2 tantangan besar yaitu terbatasnya lebar pita frekuensi di 1800 Mhz dikarenakan harus berbagi dengan sistem eksisting 2G DCS 1800 Mhz, dan kondisi demografi Indonesia yang bervariasi. Model dibangun dengan mengkombinasikan tipe area dengan lebar pita yang digunakan mulai dari 3 Mhz, 5 Mhz, 10 Mhz, 15 Mhz dan 20 Mhz. Dengan melakukan simulasi pada berbagai tipe area di Jabodetabek dan berbagai lebar pita frekuensi dihasilkan lebar pita yang berbeda pada masing-masing area berdasarkan aspek teknis (coverage dan kapasitas) dan kelayakan ekonomi yang diharapkan.
ABSTRACTThe need for data services in telecommunication network continues to increase, payload of data traffic every year is always increasing while the voice traffic is saturated. 4G LTE (fourth-generation Long Term Evolution) as the latest technology telecommunication networks of the 3GPP (Third Partnership Generation Project) is able to provide the speed and capacity better than previous technologies. 4G LTE implementation answering the challenge of increment data needed. In the process of implementation, there are two major challenges, the limited bandwidth at 1800 MHz due to be shared with existing 2G systems DCS 1800 MHz, and demographic conditions of Indonesia that different from one area to another area. The model is built by combining the type of area with the bandwidth used ranging from 3 MHz, 5 MHz, 10 MHz, 15 MHz and 20 MHz. The model is built by combining the type of area with the bandwidth used ranging from 3 MHz, 5 MHz, 10 MHz, 15 MHz and 20 MHz. By simulating the various types of areas in Greater Jakarta and various bandwidth generated different bandwidths in each area based on the technical aspects (coverage and capacity) and the expected economic feasibility., The need for data services in telecommunication network continues to increase, payload of data traffic every year is always increasing while the voice traffic is saturated. 4G LTE (fourth-generation Long Term Evolution) as the latest technology telecommunication networks of the 3GPP (Third Partnership Generation Project) is able to provide the speed and capacity better than previous technologies. 4G LTE implementation answering the challenge of increment data needed. In the process of implementation, there are two major challenges, the limited bandwidth at 1800 MHz due to be shared with existing 2G systems DCS 1800 MHz, and demographic conditions of Indonesia that different from one area to another area. The model is built by combining the type of area with the bandwidth used ranging from 3 MHz, 5 MHz, 10 MHz, 15 MHz and 20 MHz. The model is built by combining the type of area with the bandwidth used ranging from 3 MHz, 5 MHz, 10 MHz, 15 MHz and 20 MHz. By simulating the various types of areas in Greater Jakarta and various bandwidth generated different bandwidths in each area based on the technical aspects (coverage and capacity) and the expected economic feasibility.]"
2015
T45563
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Muhamad Faizal
"
ABSTRAKJasa atau layanan untuk sistem komunikasi bergerak di masa depan terus rnengalami perkembangan dari jasa-jasa atau layanan yang disediakan oleh sistem kornunikasi tetap (fixed nuefwork) maupun komunikasi bergerak (cellular network) yang ada pada saat ini. Layanan yang diperkirakan menga1ami peningkatan yang pesat adalah layanan multimedia. Layanan ini merupakan layanan yang membutuhkan bit rate yang cukup tinggi sehingga spektrum ftekuensi yang dibutuhkan juga cukup lebar. Karena spektrum merupakan sumber yang terbatas dan berharga, maka harus digunakan dengan cara yang eflsien untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat.
Tugas skripsi ini memperlihatkan analisa perhitungan kebutuhan spectrum UMTS untuk setiap jenis layanan pada lingkungan operasi yang berbeda di kola Jakarta. Dengan melakukan perubahan parameter-parameter yang digunakan akan ditunjukkan pengaruh parameter tersebut terhadap jumlah spektrum yang dibutuhkan.
Dari hasil analisis perbitungan kebutuhan spektrum di Jakarta terlihat bahwa jumlah spektrum yang dibutuhkan sangat dipengaruhi oleh layanan percakapan (speech), karena diasumsikan pula bahwa pada awal pengembangan UMTS di Indonesia khususnya di Jakarta speech masih mendominasi layanan-layanan komunikasi bergerak. Dan parameter yang paling berpengaruh terhadap jumlah kebutuhan spektrum per layanan adalah jumlah pengguna.
"
2000
S39643
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
"
ABSTRAKPenyediaan biaya investasi yang tinggi untuk memenuhi jaringan komunikasi nirkabel yang handal dengan kapasitas yang besar merupakan salah satu tantangan bagi operator telekomunikasi saat ini. Pemanfaatan alokasi bandwith frekuensi secara efisien dan optimal merupakan salah satu solusi untuk mengatasi biaya investasi yang tinggi. Tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu melakukan kajian analisa kelayakan biaya CAPEX dan OPEX skema Refarming Frekuensi dengan metode Replacement Analysis (RA) sesuai dengan tingkat presentase pertumbuhan pelanggan nirkabel layanan voice dan data (2012-2017) pada salah satu operator telekomunikasi di Indonesia. Metode kajian penelitian adalah melakukan kajian analisa kelayakan metode replacement Analysis (RA) untuk mengoptimasi kapasitas jaringan skema re-farming frekuensi dengan menggunakan empat skenario implementasi, yaitu 2G/3G collocation, 2G/3G/LTE collocation, 3G/LTE collocation, dan LTE (JBS). Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan yaitu setelah dilakukan kajian analisa kelayakan menggunakan metode Replacement Analysis (RA), skema Refarming Frekuensi merupakan salah satu solusi bagi operator telekomunikasi di Indonesia dalam melakukan optimasi kapasitas jaringan nirkabel eksisting (2G dan 3G) dan jaringan baru (LTE) yang handal dan dapat direkomendasikan sknario implementasi LTE karena biaya CAPEX dan OPEX yang dikeluarkan lebih kecil dibandingkan dengan tiga scenario implementasi yang lainnya (2G/3G collocation, 2G/3G/LTE collocation, dan 3G/LTE collocation)."
Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika,Badan Penelitian dan Pengembangan SDM, Kementerian Komunikasi dan Informatika ,
302 BPT
Majalah, Jurnal, Buletin Universitas Indonesia Library