Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cindy Tiaranita
"ABSTRAK
Latar Belakang: Gagal jantung merupakan salah satu masalah kesehatan global dengan angka yang meningkat setiap tahunnya. Pengobatan gagal jantung melibatkan berbagai golongan obat, salah satunya adalah digoksin sebagai komponen terapi tertua pada gagal jantung. Penggunaan digoksin masih kontroversial karena selain batas terapeutik sempit, terdapat berbagai faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya intoksikasi.
Tujuan: Menganalisis kejadian intoksikasi, rehospitalisasi, dan kesintasan dalam setahun pada pasien gagal jantung yang mendapat digoksin.
Metode: Studi analitik observasional dengan desain potong lintang dilakukan di Rumah Sakit Pusat Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita pada bulan Januari 2017 hingga Desember 2018. Pasien gagal jantung yang mendapatkan terapi digoksin dan diperiksa kadar digoksin serum diikutsertakan dalam penelitian. Intoksikasi didefinisikan sebagai peningkatan kadar digoksin serum ≥ 2 ng/ml disertai dengan perubahan EKG tipikal intoksikasi dan minimal satu gejala non-kardiak. Dilakukan analisis terhadap faktor-faktor risiko pada pasien dan gejala intoksikasi menggunakan uji X2, sedangkan angka kesintasan dan rehospitalisasi dalam setahun dianalisis dengan rumus Kaplan Meyer.
Hasil: Sebanyak 195 subyek penelitian yang terdiri dari 22 (11,3%) subyek dengan kadar digoksin subterapeutik, 43 (22,1%) subyek dengan kadar terapeutik, 70 (35,9%) subyek dengan kadar supraterapeutik dan 60 (30,8%) subyek dengan kadar toksik diikutsertakan dalam studi ini. Didapatkan sebanyak 32 (16,4%) subyek mengalami intoksikasi. Insufisiensi renal merupakan faktor risiko yang sangat memengaruhi kejadian intoksikasi digoksin, dengan risiko sebesar 2,5 kali (p=0,016; RR=2,484). Angka rehospitalisasi pada pasien gagal jantung yang mendapat dan tidak mendapat digoksin adalah sebesar 11,8% dan 29,2% (p=0,085). Angka kesintasan dalam setahun pada pasien gagal jantung yang mendapat digoksin di RS JPDHK tahun 2017-2018 adalah 300 hari (259 hari pada yang mengalami intoksikasi, dan 307 hari pada yang tidak mengalami intoksikasi).
Kesimpulan: Proporsi intoksikasi digoksin pasien gagal jantung pada penelitian ini adalah 16,4%. Insufisiensi renal merupakan faktor risiko yang memengaruhi kejadian intoksikasi digoksin. Terdapat kecendrungan pengurangan rehospitalisasi pada pasien yang mendapat digoksin.

ABSTRACT
Background: Heart failure is one of the most prevalent global health problems with increasing number every year. Treatment of heart failure involves various classes of drugs, one of which is digoxin as the oldest therapy for heart failure. The use of digoxin is still controversial because of a narrow therapeutic limit, there are various factors that can increases the risk of intoxication.
Objective: To analyze digoxin intoxication, rate of rehospitalization as well as one-year survival in patients with heart failure who were prescribed digoxin.
Methods: An observational analytic study with a cross-sectional design was conducted at the Harapan Kita National Cardiovascular Center from January 2017 to December 2018. Heart failure patients who received digoxin therapy and had been examined for serum digoxin levels were included in the study. Intoxication was defined as having increased serum digoxin level exceeding 2 ng/ml along with electrocardiogram changes and a minimum of one non-cardiac symptomsRisk factors of intoxication were analyzed by Chi-square test, and one year survival was analyzed with Kaplan Meyer method.
Results: A total of 195 study subjects consisting of 22 (11,3%) subjects with subtherapeutic digoxin levels, 43 (22,1%) were therapeutic, and 70 (35,9%) supratherapeutic and 60 (30,8%) toxic digoxin level were included in the study. There were 32 (16.4%) subjects having digoxin intoxication in this study. Renal insufficiency was revield as significant influencing factor of digoxin intoxication with 2.5 fold increasing risk. Overall, one-year survival of heart failure patients receiving digoxin was 300 days (259 days in non-intoxication group and 307 days in intoxication group). One-year rehospitalization was 11,8% in patients who received digoxin, and 29,2% in those without digoxin (p=0.085).
Conclusion: The proportion of digoxin intoxication in heart failure patient is 16,4%. Renal insufficiency was reviled as significant influencing factor of intoxication. There was a tendency of reduced hospitalization in those who received digoxin."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dya Pratama Andryan
"Latar Belakang : Aplikasi mHealth menjadi modalitas menjanjikan dalam prevensi sekunder sindrom koroner akut. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui pengaruh aplikasi mHealth HARKIT iCare terhadap angka rehospitalisasi dan kepatuhan minum obat.
Tujuan : Mengetahui efek penggunaan aplikasi HARKIT iCare dibandingkan dengan layanan standar terhadap angka rehospitalisasi dan kepatuhan minum obat.
Metode : Studi ini adalah uji klinis acak tunggal,106 subyek pasien pasca-sindrom koroner akut dirandomisasi dengan permutasi blok acak ke kelompok aplikasi berbasis aplikasi ponsel pintar HARKIT iCare atau layanan standar. Subyek diikuti selama 6 bulan lalu dilihat angka rehospitalisasi dan kepatuhan minum obat menggunakan MMAS-8 sebagai parameter luaran.
Hasil : Rehospitalisasi berulang lebih rendah pada kelompok iCare dibandingkan kontrol setelah dilakukan analisis multivariat (2 [3.7%] vs 7 [13.5%], HR 0.11 [IK 95% 0.01-0.98], p=.048). Rehospitalisasi tak terencana lebih rendah pada kelompok iCare dibanding kontrol, tidak berbeda bermakna (13 [24.1%] vs 16 [30.8%], HR 0.73 [IK 95% 0.35-1.53], p=.41). HARKIT iCare berkorelasi pada peningkatan tingkat kepatuhan secara signifikan setelah dilakukan analisis multivariat (16 [30.8%] vs 26 [48.1%], RR 2.37 [IK 95% 1.00-5.61], p=.049). Terdapat peningkatan bermakna secara statistik perbedaan nilai median kepatuhan minum obat berdasarkan MMAS awal dan akhir pada kelompok iCare dibandingkan kontrol (iCare - MMAS awal 6.5 [2-8] akhir 8 [4-8] Δ median = +1.5, p=.000 ; kontrol - MMAS awal 7 [3-8], akhir 8 [5-8], Δ median = +1, p=0.053 ).
Kesimpulan Penggunaan aplikasi HARKIT iCare berkorelasi dengan angka rehospitalisasi berulang yang lebih rendah dan peningkatan derajat kepatuhan minum obat diukur dengan peningkatan median MMAS.

Background Smartphone based mHealth applications is a promising platform for increase adherence to secondary prevention programs post acute coronary syndrome. The aim of this study is to know the impact of smartphone based mHealth applications HARKIT iCare on rehospitalization and medication adherence.
Objective To determine the impact of HARKIT iCare apps on secondary prevention compared to standard care on rehospitalization and medication adherence.
Method Study was a single blinded randomized clinical trial involving 106 subjects post-acute coronary syndrome. Subjects were randomized by permuted block randomization into HARKIT iCare (intervention) group or standard care. Subjects were followed for 6 months. The outcome of this study was rates of unplanned and recurrent rehospitalization, and also medication adherence by questionnare MMAS-8.
Result Recurrent hospitalization occurred fewer in the iCare group compared to control (Adjusted, 2 [3.7%] vs 7 [13.5%], HR 0.11 [CI 95% 0.01-0.98], p=.048). Unplanned rehospitalization also occured fewer in iCare group compared to control, significantly different (13 [24.1%] vs 16 [30.8%], HR 0.73 [CI 95% 0.35-1.53], p=.41). HARKIT iCare related to increased levels of adherence (Adjusted, 16 [30.8%] vs 26 [48.1%], RR 2.34 [CI 95% 1.03-5.33], p=.049). Comparison between pre and post median MMAS was significant for iCare group but not with control group. (iCare - MMAS pre 6.5 [2-8] post 8 [4-8] Δ median = +1.5, p=.000 ; control - MMAS pre 7 [3-8], post 8 [5-8], Δ median = +1, p=.053).
Conclusion HARKIT iCare related with fewer recurrent rehospitalization, increase of medication adherence and improvement of median MMAS significantly.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Theresia Sri Rezeki
"Latar belakang: Rehospitalisasi 30 hari pada gagal jantung menyebabkan perburukan prognosis dan paling sering terjadi karena kongesti hemodinamik yang ditandai oleh tekanan pengisian ventrikel kiri (left ventricular end diastolic pressure/LVEDP) persisten tinggi. Oleh karena itu, dekongesti komplit harus dipastikan sebelum pasien pulang dari perawatan. Salah satu modalitas yang potensial adalah skor SAFE melalui evaluasi 3 komponen kongesti hemodinamik, yaitu: pompa (ejection fraction/EF), pipa (internal jugular vein collapsibility index/IJVCI dan inferior vena cava/IVC) dan jaringan interstisial (B-lines). Pada studi ini, rerata E/e’ ditambahkan pada skor SAFE dengan pertimbangan nilai prognostik rerata E/e’ dalam memprediksi kejadian rehospitalisasi.
Tujuan: Membandingkan skor SAFE dan skor SAFE+rerata E/e’ dalam memprediksi rehospitalisasi 30 hari terkait gagal jantung akut.
Metode: Dilakukan studi kohort prospektif dengan melibatkan 82 orang pasien gagal jantung akut yang dirawat di RSJPDHK. Analisis bivariat dan multivariat dilakukan untuk membandingkan kemampuan prediksi skor SAFE dan skor SAFE+rerata E/e’ terhadap rehospitalisasi 30 hari terkait gagal jantung akut.
Hasil: Insidensi rehospitalisasi 30 hari terkait gagal jantung akut mencapai 19,5%. Kurva Kaplan-Meier menunjukkan rehospitalisasi lebih rendah pada kondisi euvolemia daripada hipervolemia (p 0,003). Skor SAFE+rerata E/e’ memiliki kemampuan prediksi rehospitalisasi 30 hari yang lebih baik daripada skor SAFE (AUC 0,77 [95% CI: 0,64 – 0,89] vs AUC 0,74 [95% CI: 0,62 – 0,85]).
Kesimpulan: Skor SAFE+rerata E/e’ memiliki kemampuan prediksi rehospitalisasi 30 hari terkait gagal jantung akut yang lebih baik daripada skor SAFE.

Background: Short-term-rehospitalization worsens prognosis and frequently occurs due to persistently high LVEDP (hemodynamic congestion) among patients with heart failure (HF). Therefore, it is necessary to ascertain complete decongestion prior to hospital discharge. SAFE score is a potential scoring system to do so because it measures 3 main components of hemodynamic congestion: pump (EF), pipe (IJVCI and IVC) and interstitial tissue (B-lines). In this study, average E/e’ is added to SAFE score considering its clinically significant prognostic value in predicting risk of rehospitalization among patients with HF.
Aim: To compare SAFE score and SAFE score+average E/e’ in predicting 30-day-acute HF (AHF)- related-rehospitalization.
Methods: A prospective cohort study was conducted by involving 82 patients admitted with AHF in National Cardiovascular Center Harapan Kita (NCCHK). Bivariate and multivariate analysis were done to find out which of the 2 models: SAFE score and SAFE score+average E/e’ could better predict risk of 30-day-AHF-related-rehospitalization.
Results: The incidence of 30-day-AHF-related-rehospitalization in this study was 19,5%. By using Kaplan-Meier curve, we identified significantly lower 30-day-AHF-related-rehospitalization in patients discharged with euvolemia than those with hypervolemia (p 0,003). SAFE score+average E/e’ had better predictive properties than SAFE score regarding 30-day-AHF-related-rehospitalization (AUC 0,77 [95% CI: 0,64 – 0,89] vs AUC 0,74 [95% CI: 0,62 – 0,85]).
Conclusion: SAFE score+average E/e’ had better predictive properties than SAFE score regarding 30- day-AHF-related-rehospitalization.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Theresia Sri Rezeki
"Latar belakang: Rehospitalisasi 30 hari pada gagal jantung menyebabkan perburukan prognosis dan paling sering terjadi karena kongesti hemodinamik yang ditandai oleh tekanan pengisian ventrikel kiri (left ventricular end diastolic pressure/LVEDP) persisten tinggi. Oleh karena itu, dekongesti komplit harus dipastikan sebelum pasien pulang dari perawatan. Salah satu modalitas yang potensial adalah skor SAFE melalui evaluasi 3 komponen kongesti hemodinamik, yaitu: pompa (ejection fraction/EF), pipa (internal jugular vein collapsibility index/IJVCI dan inferior vena cava/IVC) dan jaringan interstisial (B-lines). Pada studi ini, rerata E/e’ ditambahkan pada skor SAFE dengan pertimbangan nilai prognostik rerata E/e’ dalam memprediksi kejadian rehospitalisasi.
Tujuan: Membandingkan skor SAFE dan skor SAFE+rerata E/e’ dalam memprediksi rehospitalisasi 30 hari terkait gagal jantung akut.
Metode: Dilakukan studi kohort prospektif dengan melibatkan 82 orang pasien gagal jantung akut yang dirawat di RSJPDHK. Analisis bivariat dan multivariat dilakukan untuk membandingkan kemampuan prediksi skor SAFE dan skor SAFE+rerata E/e’ terhadap rehospitalisasi 30 hari terkait gagal jantung akut.
Hasil: Insidensi rehospitalisasi 30 hari terkait gagal jantung akut mencapai 19,5%. Kurva Kaplan-Meier menunjukkan rehospitalisasi lebih rendah pada kondisi euvolemia daripada hipervolemia (p 0,003). Skor SAFE+rerata E/e’ memiliki kemampuan prediksi rehospitalisasi 30 hari yang lebih baik daripada skor SAFE (AUC 0,77 [95% CI: 0,64 – 0,89] vs AUC 0,74 [95% CI: 0,62 – 0,85]).
Kesimpulan: Skor SAFE+rerata E/e’ memiliki kemampuan prediksi rehospitalisasi 30 hari terkait gagal jantung akut yang lebih baik daripada skor SAFE.

Background: Short-term-rehospitalization worsens prognosis and frequently occurs due to persistently high LVEDP (hemodynamic congestion) among patients with heart failure (HF). Therefore, it is necessary to ascertain complete decongestion prior to hospital discharge. SAFE score is a potential scoring system to do so because it measures 3 main components of hemodynamic congestion: pump (EF), pipe (IJVCI and IVC) and interstitial tissue (B-lines). In this study, average E/e’ is added to SAFE score considering its clinically significant prognostic value in predicting risk of rehospitalization among patients with HF.
Aim: To compare SAFE score and SAFE score+average E/e’ in predicting 30-day-acute HF (AHF)- related-rehospitalization.
Methods: A prospective cohort study was conducted by involving 82 patients admitted with AHF in National Cardiovascular Center Harapan Kita (NCCHK). Bivariate and multivariate analysis were done to find out which of the 2 models: SAFE score and SAFE score+average E/e’ could better predict risk of 30-day-AHF-related-rehospitalization.
Results: The incidence of 30-day-AHF-related-rehospitalization in this study was 19,5%. By using Kaplan-Meier curve, we identified significantly lower 30-day-AHF-related-rehospitalization in patients discharged with euvolemia than those with hypervolemia (p 0,003). SAFE score+average E/e’ had better predictive properties than SAFE score regarding 30-day-AHF-related-rehospitalization (AUC 0,77 [95% CI: 0,64 – 0,89] vs AUC 0,74 [95% CI: 0,62 – 0,85]).
Conclusion: SAFE score+average E/e’ had better predictive properties than SAFE score regarding 30- day-AHF-related-rehospitalization.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library