Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bagus Wahyudi
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33083
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pardomuan, Ranto
Abstrak :
Lembaran lagam kuningan seri ASM C26000 merupakan suatu material kuningan yang unsur paduan utamanya adalah tembaga (Cu) sebesar 70% dan seng ( Zn ) 3O%. Karena sifat mampu yang baik, sehingga logam kuningan ini banyak digunakan dalam aplikasi pembuatan produk logam seperti tanks. lamp spring. kawat dan lain-lain, untuk mengetahui sifat mampu bentuk logam kuningan ini terutama dalam proses canai, maka dalam penelitian ini dilakukan dua jenis proses canai yaitu proses canai panas dan canai dingin. Untuk proses canal panas temperatur proses yang digunakan adalah 700'C dan 800'C dengan reduksi ketebalan akhir 3 mm , yang kemudian dilanjutkan dengan proses canal dingin hingga ketebalan akhir 1.48 mm dan 1.02 mm. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh temperatur canal panas 700'C 800'C terhadap sifat mekanis lembaran kuningan seri ASM C26000 setelah mengalami proses canai dingin untuk mengetahui pengaruh reduksi ketebalan lembaran logam terhadap peningkatan nilai kekuatan tarik, kekerasan, dan terhadap penurunan regangan. Adanya peningkatan reduksi ketebalan akhir, maka kekuatan tarik, dan kekerasan akan meningkat sementara regangan akan turun hal ini dipengaruhi oleh adanya efek pengerasan regang yang semakin besar dan perubahan ukuran butir yang semakin halus akibat proses canai dingin.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41981
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William Horizon
Abstrak :
[Salah satu komponen terpenting pada peluru adalah selongsong yang memuat bubuk mesiu, primer, dan proyektil. Material yang umum digunakan untuk memfabrikasi selongsong peluru adalah cartridge brass (kuningan) yang mengandung 26-32 wt.% Zn. Selongsong peluru diproduksi dengan proses metalurgi yang kontinu, yang terdiri atas pengecoran, pencanaian, dan deep drawing. Dalam proses deep drawing biasanya ditemukan beberapa masalah mayor, seperti keretakan dan perobekan. Untuk meminimalisir masalah tersebut, pengembangan material dengan keuletan yang lebih baik menjadi penting untuk digunakan sebagai selongsong peluru. Mangan digunakan sebagai unsur paduan pada kuningan untuk meningkatkan keuletannya. Pada penelitian ini, paduan Cu-28Zn dengan penambahan 3,2 wt.% Mn difabrikasi dengan pengecoran gravitasi. Untuk menghomogenisasi komposisi kimia, paduan diberi perlakuan panas pada 800 oC selama 2 jam. Kemudian spesimen dicanai dingin dengan deformasi 20, 40, dan 70 % reduksi. Proses anil selanjutnya dilakukan setelah pencanaian dingin sebesar 70 % dengan temperatur 350, 400, dan 450 oC selama 15 menit. Karakteriasi material yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari analisis struktur mikro menggunakan mikroskop optik dan Scanning Electron Microscope (SEM) - Energy Dispersive Spectroscopy (EDS), serta pengujian kekerasan mikro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan derajat deformasi sebesar 20, 40, dan 70 % menyebabkan butir menjadi semakin pipih dengan L/D ratio masing-masing bernilai sekitar 0,7, 2,2, 7,7, dan 14,1. Selain itu juga terjadi peningkatan nilai kekerasan spesimen, yakni sebesar 56, 127, 145, dan 207 HV secara berurutan. Sementara proses anil setelah canai dingin sebesar 70 % pada temperatur 350, 400, dan 450 oC menyebabkan terjadinya peristiwa stress relieve yang ditandai dengan fenomena recovery, diikuti dengan rekristalisasi (dgrain ~ 7 μm), hingga grain growth (dgrain ~ 14 μm). Selain itu juga terjadi penurunan nilai kekerasan spesimen, yakni sebesar 204, 131, dan 100 HV secara berurutan. Pengaruh penambahan unsur Mn di dalam paduan cartridge brass adalah meningkatkan nilai kekerasan dan memperlambat laju rekristalisasi, dibutuhkan temperatur anil yang lebih tinggi untuk mencapai rekristalisasi sempurna pada paduan cartridge brass dengan penambahan Mn. ...... One of the most important part of bullet is its cartridge shell which contains gun powder, primer, and projectile altogether. Common material used to fabricate bullet shell is cartridge brass which contains 26-32 wt.% Zn. Cartridge shell is produced by a continuous metallurgical processes, which are casting, rolling, and deep drawing. In deep drawing process, some major problems are typically found, such as cracking and tearing. In order to minimize these problems, it is essential to develop materials with enhanced ductility to be used as cartridge shell. Manganese is used as an alloying element of cartridge brass to increase its ductility. In this research, Cu-28Zn alloy with addition of 3,2 wt.% Mn were fabricated by gravity die casting. To homogenize the chemical composition, the alloy was heated at 800 °C for 2 hours. Afterwards, the specimens were cold-rolled with deformation of 20, 40, and 70 %. Subsequent annealing process after 70 % cold-rolled with temperature of 350, 400, and 450 oC for 15 minutes was carried out. Material characterizations consisted of microstructure analysis using optical microscope and Scanning Electron Microscope (SEM) - Energy Dispersive Spectroscopy (EDS), and microvickers hardness testing. The result showed that higher degree of deformation of 20, 40, and 70 % led to more elongated grains with L/D ratio of 0.7, 2.2, 7.7, and 14.1, respectively. Moreover, the hardness of material increased with the increase in the level of deformation, with the values of 56.1, 126.6, 144.6, and 206.7 HV, respectively. Meanwhile, annealing at the temperatures of 350, 400, and 450 oC to specimens with prior deformation of 70 %, resulted in recovery and stress relieve, followed by recrystallization (dgrain ~ 7 μm), and finally grain growth (dgrain ~ 14 μm). Furthermore, the hardness of material decreased with the increase in level of annealing temperature, with the values of 204, 131, and 100 HV, respectively. The roles of Mn in the cartridge brass is to increase the hardness and to slower the recrystallization rate. In general, addition of Mn in cartridge brass increased the annealing temperatures needed to achieve full recrystallization.;One of the most important part of bullet is its cartridge shell which contains gun powder, primer, and projectile altogether. Common material used to fabricate bullet shell is cartridge brass which contains 26-32 wt.% Zn. Cartridge shell is produced by a continuous metallurgical processes, which are casting, rolling, and deep drawing. In deep drawing process, some major problems are typically found, such as cracking and tearing. In order to minimize these problems, it is essential to develop materials with enhanced ductility to be used as cartridge shell. Manganese is used as an alloying element of cartridge brass to increase its ductility. In this research, Cu-28Zn alloy with addition of 3,2 wt.% Mn were fabricated by gravity die casting. To homogenize the chemical composition, the alloy was heated at 800 °C for 2 hours. Afterwards, the specimens were cold-rolled with deformation of 20, 40, and 70 %. Subsequent annealing process after 70 % cold-rolled with temperature of 350, 400, and 450 oC for 15 minutes was carried out. Material characterizations consisted of microstructure analysis using optical microscope and Scanning Electron Microscope (SEM) - Energy Dispersive Spectroscopy (EDS), and microvickers hardness testing. The result showed that higher degree of deformation of 20, 40, and 70 % led to more elongated grains with L/D ratio of 0.7, 2.2, 7.7, and 14.1, respectively. Moreover, the hardness of material increased with the increase in the level of deformation, with the values of 56.1, 126.6, 144.6, and 206.7 HV, respectively. Meanwhile, annealing at the temperatures of 350, 400, and 450 oC to specimens with prior deformation of 70 %, resulted in recovery and stress relieve, followed by recrystallization (dgrain ~ 7 μm), and finally grain growth (dgrain ~ 14 μm). Furthermore, the hardness of material decreased with the increase in level of annealing temperature, with the values of 204, 131, and 100 HV, respectively. The roles of Mn in the cartridge brass is to increase the hardness and to slower the recrystallization rate. In general, addition of Mn in cartridge brass increased the annealing temperatures needed to achieve full recrystallization., One of the most important part of bullet is its cartridge shell which contains gun powder, primer, and projectile altogether. Common material used to fabricate bullet shell is cartridge brass which contains 26-32 wt.% Zn. Cartridge shell is produced by a continuous metallurgical processes, which are casting, rolling, and deep drawing. In deep drawing process, some major problems are typically found, such as cracking and tearing. In order to minimize these problems, it is essential to develop materials with enhanced ductility to be used as cartridge shell. Manganese is used as an alloying element of cartridge brass to increase its ductility. In this research, Cu-28Zn alloy with addition of 3,2 wt.% Mn were fabricated by gravity die casting. To homogenize the chemical composition, the alloy was heated at 800 °C for 2 hours. Afterwards, the specimens were cold-rolled with deformation of 20, 40, and 70 %. Subsequent annealing process after 70 % cold-rolled with temperature of 350, 400, and 450 oC for 15 minutes was carried out. Material characterizations consisted of microstructure analysis using optical microscope and Scanning Electron Microscope (SEM) - Energy Dispersive Spectroscopy (EDS), and microvickers hardness testing. The result showed that higher degree of deformation of 20, 40, and 70 % led to more elongated grains with L/D ratio of 0.7, 2.2, 7.7, and 14.1, respectively. Moreover, the hardness of material increased with the increase in the level of deformation, with the values of 56.1, 126.6, 144.6, and 206.7 HV, respectively. Meanwhile, annealing at the temperatures of 350, 400, and 450 oC to specimens with prior deformation of 70 %, resulted in recovery and stress relieve, followed by recrystallization (dgrain ~ 7 μm), and finally grain growth (dgrain ~ 14 μm). Furthermore, the hardness of material decreased with the increase in level of annealing temperature, with the values of 204, 131, and 100 HV, respectively. The roles of Mn in the cartridge brass is to increase the hardness and to slower the recrystallization rate. In general, addition of Mn in cartridge brass increased the annealing temperatures needed to achieve full recrystallization.]
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62216
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Simon
Abstrak :
Prediksi dan konfro/ rerfzadap perubahan mikrosfrukrur dafam baja sclama proses canai 'panas dengan menggunakan sebuah model empiris i .. r persumaun maremurik, i6/0/I banyalc dikembangkfiln seiring dengan adanya usaha buik unruk meninglcatkun lmalftas baja produk cunai panas (hor-rolled steel producy maupun unruk mengembanglcan sebuuh produk bam.

Peneliticm ini gl'/(UH re(/bkus puda pengaruh lemperarw' d({]rO!'I)1(!Sf .ferhadap lrineliku relcris/alisasi dan pertumbuhan bulir austenir dalam baja C-A/hz hm-il cunai panus. Peneliiian ini melipuli penenluan waktu untuk rerbenru/mya 50% dun 95% _hu/:si rekrislalisusi, menenrulran diameter relrrisralisasi dengan menggunakan mode! empiris Sellar e! af", Serra memodffikasi mode! empiris dm, = A dime" exp sebagai fungsi dari remperarur dcgfurmasi. yairu dengan mcncari nilai konstunru A dan QW

Hasf/ pene/Irfan menunjukkan bahwa pada remperazur deformasi yang lebih ringgi. wuklu unmk le/?ben/uknya 50% dun 95% _liuksi rekrisrulisasf ukun lebih cepar dibandingkan pada remperarur rendah. Demilcian halnya dengun diwncier rekrismiisusi yang semulcin besar seiring dengan meningkatnya tempemrur deformasi
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S41273
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryya Satwiko Mahardhika
Abstrak :
Selongsong peluru terbuat dari cartridge brass Cu-Zn , yang mengandung 28 32 wt. Zn. Material ini di fabrikasi melalui berbagai tahap, dimulai dari canai dingin, penekanan dalam, dana nil. Deformasi yang terjadi pada saat fabrikasi selongsong peluru mencapai lebih dari 90 , dan proses rekristalisasi selesai pada temperatur 450 500 oC selama 30 menit. Pada penelitian sebelumnya, penambahan Bi kedalam paduan cartridge brass menyebabkan penggetasan karena adanya segregasi Bi ke batas butir. Sedangkan pada penambahan Mn, peningkatan sifat mekanik paduan hanya terjadi hingga penambahan 3.52 wt. Mn. Maka dari itu, pada penelitian ini dilakukan penambahan Al untuk meneliti pengaruhnya terhadap sifat mekanik dan perilaku anil nya. Pada penelitian ini, pembuatan paduan Cu-28Zn-5.5Al dilakukan dengan pengecoran gravitasi, dihomogenisasi pada temperatur 800 oC selama 2 jam, kemudian dicanai dingin dengan variasi deformasi 5, 10, dan 20 . Untuk derajat deformasi canai dingin 20 , dilakukan proses anil pada temperatur 300, 400, dan 600 oC selama 30 menit. Lalu, sampel dilakukan karakterisasi nilai kekerasan dan struktur mikronya. Peningkatan derajat deformasi akan menghasilkan peningkatan kekerasan. Al meningkatkan kekerasan cartridge brass dengan mekanisme penguatan solid solution dan grain boundary strengthening, yang menghalangi pergerakan dislokasi. Nukleasi parsial terjadi pada daerah dekat permukaan pada temperatur 300 oC, begitu juga dengan temperatur 400 oC. Proses anil pada temperatur 400 oC menyebabkan munculnya presipitasi fasa gamma yang terjadi melalui mekanisme dekomposisi fasa beta. Rekristalisasi terjadi homogen terjadi pada temperatur 600 oC pada batas butir. Pengaruh Al secara umum adalah menyebabkan terjadinya penurunan temperatur rekristalisasi paduan.
A bullet case is made of cartridge brass Cu Zn , which consists of 28 32 wt. Zn. This material is fabricated through various kinds of process, starting from cold rolling, deep drawing, and annealing. The deformation occurred along the fabrication of bullet case is more than 90 , and the recrystallization process is completed at 450 500 oC for 30 minutes. In the previous research, addition of Bi into cartridge brass causes mechanical properties degradation due to segregation of Bi. Mn improves mechanical properties only up to 3.52 wt. of addition. Therefore, this research studied the effects of Al addition on mechanical properties and annealing behavior of Cu 28Zn. In this research, fabrication of Cu 28Zn 5.5Al was fabricated by gravity casting, followed by homogenization at 800 oC for 2 hours, then cold rolled with deformation degree varied from 5, 10, to 20 . Annealing was conducted at 300, 400, and 600 oC for 30 minutes. Then, the hardness values and microstructures were characterized. Al improved hardness of Cu 28Zn alloy through solid solution and grain boundary strengthening. Partial nucleation started at 300 oC around the edge of the sampel. Annealing at 400 oC led to the formation of gamma phase due to the beta phase decomposition. Full recrystallization occurred at 600 oC. Al addition into Cu 28Zn alloy decrease the recrystallization temperature.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66157
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riswanto
Abstrak :
Kurkumin merupakan senyawa aktif yang terdapat dalam rimpang kunyit (Curcuma domestica) dalam bentuk campuran kurkuminoid dengan desmetoksikurkumin dan bidesmetoksikurkumin. Kurkumin menunjukkan aktivitas farmakologi yang lebih baik dibandingkan dengan dua komponen kurkuminoid lain dan karena sulitnya pemisahan kurkuminoid, kurkumin murni menjadi langka dan mahal. Metode isolasi kurkumin dengan kemurnian lebih dari 90% berusaha diperoleh. Rekristalisasi menggunakan sistem aseton-air pada suhu 2-5 oC selama 1 jam dan kromatografi kolom menggunakan fase diam silika gel 60 dengan fase gerak diklormetan-metanol (95:5) dikerjakan untuk memperoleh kurkumin dengan kemurnian lebih dari 90%. Isolat dari rekristalisasi dan kromatografi kolom diperiksa dengan kromatografi lapis tipis densitometri dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan panjang gelombang maksimum, titik lebur, spektrum inframerah, 1HNMR, 13CNMR, dan LC-MS. Hasilnya, pada percobaan dengan rekristalisasi tidak dapat diperoleh kurkumin dengan kemurnian lebih dari 90%. Sebaliknya, kromatografi kolom menghasilkan kurkumin dengan kemurnian mencapai 90,04%. Kesimpulannya, kromatografi kolom dengan fase diam silika gel 60 dan fase gerak diklormetan-metanol (95:5) dapat digunakan untuk memperoleh kurkumin dari kurkuminoid rimpang kunyit dengan kemurnian lebih dari 90%.
Curcumin is an active compound that consist in turmeric (Curcuma domestica), as a curcuminoids mixture with desmethoxycurcumin and bidesmethoxycurcumin. Curcumin shows a better pharmacology activities compare to other two curcuminoid compounds, and because of difficulty in curcuminoids separation, a pure curcumin becaming rare and expensive. The method of isolation of curcumin with more than 90% in purity is conducted. Recrystalization using the acetone-water system with the temperature between 2-5 oC for about an hour and open-column chromatography using silica gel 60 as stationary phase with dichlormethane-methanol (95:5) for mobile phase is used to get an magnificent purity level that reach over 90%. The Isolate from the recrystalization and open-column chromatography is examined using thin layer chromatography-densitometry then continued by measuring its maximum wavelenght, the melting point, the infrared spectra, the 1HNMR, the 13CNMR, and the LC-MS. The result using the recrystalization method could not provide curcumin with more than 90% in purity. On the other hand, the open-column chromatography conducted beforehand could be used to obtain curcumin with 90,4% in purity. In conclusion, open-column chromatography using silica gel 60 as stationary phase with dichlormethanemetanol (95:5) for mobile phase can be used to get an magnificent purity level of curcumin from turmeric curcuminoids that reach over 90%.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S33037
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Daud Joseph
Abstrak :
ABSTRAK
Begitu banyaknya proses produksi yang dilakukan, begitu banyaknya detinasi produk yang akan dibuat dan begitu banyaknya sifat material yang diinginkan. Di dalam semuanya itu terdapat sebuah material yang mulai banyak dilirik oleh pangsa pasar karena sifat maupun bentuknya yang unggul namun tidak mengurangi sifat-sifat mekanisnya.

Permintaan akan material dengan kekuatan yang tinggi, ketahanan korosi, namun mudah dibentuk talah memacu pada penelitian yang lebih dalam pada baja bebas atom interstisi. Proses rekristalisasi sebagai komponen utama salam pemnentu sifat mekanis baja bebas atom interstisi menjadi objek penelitian yang begitu banyak diminati.

Proses rekristalisasi dipengaruhi oleh berbagai parameter seperti besarnya deformasi, tingkat pemanasan (temperatur tahan dan waktu tahan), kadar berbagai unsur dalam material (seperti li, l, Mn, N, dan lainnya). Pengaruhnya akan dijelaskan pada bagian studi literatur dan efek spesifik pada material lT-Steel tipe Ti-Stabilized akan dijelaskan pada bagian pembahasan.

Dengan mengetahui waktu tahan yang optimal untuk proses rekristalisasi maka akan diketahui parameter-parameter proses yang diperlukan untuk memperoleh sifat mekanis yang paling baik. Dengan menghasilkan proses rekristalisasi yang lebih cepat maka akan dihasilkan proses yang diperlukan efektif secara teknis, efisien secara ekonomis, sehingga tidak membahayakan produk secara fisik maupun financial.
2001
S41534
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachman Kurnia
Abstrak :
Aluminium dan paduannya tengah dikembangkan sebagai badan pesawat terbang karena sifatnya yang lebih ringan daripada baja dan mudah dibentuk. Paduan aluminium 7XXX yang mengandung Zn dan Mg dapat ditingkatkan sifat mekanisnya melalui proses deformasi. Persentase deformasi yang diberikan akan meningkatkan kekerasan paduan melalui mekanisme penguatan regang. Proses anil yang dilakukan setelah deformasi akan mengembalikan keuletan paduan melalui mekanisme stress relieve, rekristalisasi dan pertumbuhan butir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persen deformasi dan temperatur anil terhadap rekristalisasi dan sifat mekanik paduan Al-4.7Zn-1.8Mg berat. Pembuatan paduan dilakukan dengan proses squeeze casting. Proses homogenisasi dilakukan pada temperatur 400 oC selama 4 jam. Paduan hasil homogenisasi kemudian diberikan canai dingin dengan persen deformasi 5, 10 dan 20 . Selanjutnya paduan dengan deformasi 20 diberi perlakuan panas anil dengan temperatur 300, 400 dan 500 oC selama 2 jam. Karakterisasi meliputi pengujian kekerasan untuk melihat pengaruh canai dingin dan temperatur anil terhadap sifat mekanik paduan, pengamatan struktur mikro dengan mikroskop optik dan Scanning Electron Microscope SEM yang dilengkapi dengan Energy Dispersive Spectroscopy EDS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan persen deformasi sebesar menyebabkan terjadinya pemipihan butir. Deformasi 5, 10 dan 20 menghasilkan rasio deformasi butir sebesar 2.19, 3.19 and 4.59 dan meningkatkan kerasan paduan dari 69.5 HV menjadi sebesar 95.3, 100.1 dan 105.4 HV. Perlakuan panas anil pada temperatur 300 oC menyebabkan terjadinya recovery sedangkan rekristalisasi terjadi pada temperatur 400 oC dgrain 290 ?m. Grain growth terjadi pada temperatur 500 oC dgrain 434 ?m yang menyebabkan penurunan kekerasand dari 105.4 HV menjadi 71.5, 96.8 and 95.3 HV berturut turut. Rekristalisasi sempurna diprediksi pada temperature anil 375 ndash; 425 oC selama 2 jam.
Aluminium alloys are developed as airplane body due to its lighter weight compared to steel and good formability. Aluminium 7XXX series with Zn and Mg alloying elements are commonly used because of its mechanical properties can be improved through deformation process. Deformation such as cold rolling may increase the hardness of an alloy through strain hardening. Annealing process after deformation process will recover ductility through stress relieve, recrystallization and grain growth mechanisms. This research aimed to find out the effect of cold rolling and annealing temperatur on the recrystallization and mechanical properties of Al 4.7Zn 1.8Mg wt. alloy. The alloy was produced by squeeze casting process. Homogenization was conducted at 400 oC for 4 hours followed by cold rolling with degree of deformation of 5, 10 and 20 . The samples with 20 of deformation were then annealed at 300, 400 and 500 oC for 2 h. Vickers hardness test was performed on the cold rolled and annealed samples to reveal strain hardening effect and subsequent recrystallization process. Microstructure was observed by using optical microscope and Scanning Electron Microscope SEM with Energy Dispersive Spectroscopy EDS. The results showed that the higher the deformation, the more elongated the grains. Deformation of 5, 10 and 20 led to grain shape ratios of 2.19, 3.19 and 4.59, respectively and increase in the hardness of the alloy from 69.5 HV to 95.3, 100.1 and 105.4 HV, respectively. Annealing at 300 oC resulted in recovery, while at 400 oC, recrystallization occured dgrain 290 m. Grain growth was observed after annealing at 500 oC for 2 h dgrain 434 m. The annealing temperature of 300, 400 and 500 oC decrease the hardness of the alloy from 105.4 HV to 71.5, 96.8 and 95.3 HV, respectively. Full recrystallization was predicted to happen at 375 ndash 425 oC for 2 hours.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67978
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambun, Bernoulli S.P.
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kelarutan asam mefenamat dengan menggunakan vibrating mill dan homogenizer berkecepatan tinggi dalam upaya mengurangi ukuran partikel asam mefenamat melalui pembuatan dan karakterisasi nanosuspensi dan nanosuspensi kering dengan PVP sebagai pembawa asam mefenamat. Nanosuspensi yang telah diperoleh dikarakterisasi menggunakan mikroskop optik dan PSA untuk melakukan optimasi nanosuspensi yang terbentuk. Hasil karakterisasi nanosuspensi yang terbentuk memperlihatkan ukuran diameter rata-rata sebesar 510,2 nm dengan standar deviasi (SD) sebesar 138,2 nm. Kemudian, nanosuspensi asam mefenamat dilakukan pengeringan beku. Nanosuspensi dan baku asam mefenamat di karakterisasi dengan XRD dan dimasukan kedalam cangkang kapsul keras untuk dilakukan uji disolusi. Hasil uji disolusi pada medium dapar tris memperlihatkan bahwa nanosuspensi asam mefenamat mempunyai pola pelepasan obat yang lebih lambat dan konstan dibandingkan dengan baku asam mefenamat.
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S33146
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Chandrika Nastiti Hendrawan
Abstrak :
Selongsong peluru adalah salah satu komponen yang terpenting dalam peluru karena merupakan tempat mesiu, proyektil, dan primer. Material yang digunakan untuk membuat selongsong peluru adalah paduan cartridge brass (Cu-Zn) dengan kandungan seng dalam rentang 28 ? 32 wt.%. Selongsong peluru difabrikasi dengan melewati beberapa tahap yaitu pengecoran, canai dingin, deep drawing, dan anil. Persen deformasi yang diberikan saat proses fabrikasi mencapai lebih dari 70 %, maka dari itu agar dapat melalui seluruh proses fabrikasi diatas dibutuhkan paduan kuningan yang memiliki keuletan tinggi dan perilaku rekristalisasi yang dapat dikontrol. Penambahan unsur Mn diharapkan dapat meningkatkan keuletan dari paduan cartridge brass tanpa mengorbankan kekuatan dari paduan tersebut. Pada penelitian ini, paduan Cu-31Zn dengan penambahan 9 wt.% Mn difabrikasi dengan pengecoran gravitasi. Untuk memperoleh paduan dengan komposisi kimia yang homogen maka dilakukan perlakuan panas homogenisasi pada temperatur 800 oC selama 2 jam. Kemudian paduan dilakukan canai dingin dengan deformasi 20, 40, dan 70 %. Selanjutnya paduan dengan deformasi 70 % dilakukan perlakuan panas anil dengan variasi temperatur 300, 400, dan 600 oC selama 30 menit. Karakterisasi material yang dilakukan pada penelitian ini meliputi analisis struktur mikro dengan mikroskop optik dan Scanning Electron Microscope (SEM) ? Energy Dispersive Spectroscopy (EDS), dan pengujian kekerasan microvickers. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan derajat deformasi sebesar 20, 40, dan 70 % menyebabkan pemipihan fasa kedua dengan L/T ratio masing-masing sebesar 4, 11,6, dan 18. Selain itu juga terjadi peningkatan kekerasan paduan yaitu sebesar 68, 147, 171, dan 205 HV. Sementara proses anil dengan variasi temperatur 300, 400, dan 600 oC menyebabkan terjadinya fenomena recovery, rekristalisasi (dgrain ~ 5 μm), dan grain growth (dgrain ~ 40 μm) yang ditandai dengan penurunan kekerasan spesimen yaitu sebesar 201, 128, dan 171 HV. Penambahan Mn menyebabkan pertumbuhan fasa kedua mengandung sedikit Zn dan Mn akibat kecenderungan ordering Cu dan Mn yang meningkatkan nilai kekerasan dan memperlambat laju rekristalisasi, sehingga dibutuhkan temperatur anil dan/atau waktu yang lebih tinggi untuk mencapai rekristalisasi sempurna pada paduan cartridge brass dengan penambahan Mn.
Cartridge shell is one of the most important components in a bullet because it contains gunpowder, projectiles, and primer. The material used to make cartridge shells are cartridge brass alloys (Cu-Zn) with the zinc content in the range of 28 ? 32 wt.%. Bullet casings are manufactured by passing through several stages fabrication, which are casting, cold rolling, deep drawing, and annealing. The degree of deformation during the fabrication process reaches 70 % or more. Therefore in order to be able to go through the whole process of fabrication it is required to use brass alloys that have high ductility and recrystallization behavior that can be controlled. The addition of Mn is expected to improve the ductility of the cartridge brass alloy without sacrificing its strength. In this study, the characteristics of Cu-31Zn alloy with the addition of 9 wt.% Mn fabricated by gravity casting was observed. To obtain alloys with homogeneous chemical composition, homogenizing heat treatment was carried out with the temperature of 800 °C for 2 hours. Then the alloys were cold rolled with degree of deformation of 20, 40, and 70 %. Furthermore, the specimens with 70 % degree of deformation were annealed with temperature variation of 300, 400, and 600 °C for 30 minutes. Characterization of material carried out in this study included the analysis of the microstructure by optical microscopy and Scanning Electron Microscope (SEM) - Energy Dispersive Spectroscopy (EDS), and microhardness testing. The results showed that the addition of Mn up to 9 wt.% to cartridge brass alloy led to the formation of second phase particles that are less rich in Zn and Mn content due to ordering tendency of Cu and Mn. The increase in the degree of deformation of 20, 40, and 70 % led to the decrease of second phase L/T ratio, each for 4, 11.6, and 18. There were also increase in the alloy hardness with the values of 68, 147, 171, and 205 HV respectively. The annealing process with temperature variation of 300, 400, and 600 °C led to the phenomena of recovery, recrystallization (dgrain ~ 5 μm), and grain growth (dgrain ~ 40 μm) that resulted in the decrease of hardness with the values of 201, 128, and 171 HV respectively. The effect of Mn addition in the cartridge brass alloy is to increase the hardness by solid solution and dispersion strengthening mechanisms and to decrease the rate of recrystallization, so it required higher annealing temperature and / or longer annealing time to reach full recrystallization.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66566
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>