Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Daulay, Harmona
Yogyakarta: Galang Press, 2001
305.4 DAU p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hengki B. Tompo
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Juniar Firma Kustia
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
S5104
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ihsanul Kamil
"PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) merupakan lembaga bentukan pemerintah yang dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. PKK adalah salah satu lembaga pemerintah yang digunakan perempuan untuk mengaktualisasikan dirinya. Dengan menggunakan analisis gender Longwe, studi ini bertujuan untuk mengukur partisipasi perempuan khususnya pengurus PKK pada kegiatan Dasa Wisma di Kelurahan Ulujami pada lima dimensi yaitu Kesejahteraan, Akses, Kesadaran, Partisipasi dan Kontrol. Selain itu studi ini juga melihat posisi laki-laki dalam program pemberdayaan perempuan pada kegiatan PKK. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam dan pengamatan secara langsung. Penelitian ini melibatkan para aktor yang memiliki peranan kunci dalam pengimplementasian program PKK di RW 004. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada aspek dari lima aspek yang bergerak secara positf, ini mengartikan bahwa partisipasi perempuan dalam kegiatan PKK di RW 004 memang belum berjalan optimal. Hal tersebut dikarenakan praktek-praktek budaya patriarki dijadikan sebuah hal yang normal yang berimplikasi terhadap sub-ordinasi perempuan serta mengukuhkan lakilaki pada posisi yang strategis

PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) is an institution formed by the government which is intended to improve family welfare. PKK is one of the government institutions used by women to actualize themselves. Using Longwe's gender analysis, this study aims to measure women's participation, especially PKK administrators, in Dasa Wisma activities in the Ulujami subdistrict in five dimensions, namely Welfare, Access, Awareness, Participation and Control. In addition, this study also looks at the position of men in women's empowerment programs in PKK activities. Data collection methods used in this study were in-depth interviews and direct observation. This research involved actors who have a key role in implementing the PKK program in RW 004. The results of this study show that none of the five aspects are moving positively, this means that women's participation in PKK activities in RW 004 is not running optimally. This is because patriarchal cultural practices are made a normal thing which has implications for the sub-ordination of women and strengthens men in strategic positions."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hiqma Nur Agustina
"Penelitian ini mengkaji dua teks karya penulis diaspora laki-laki dan perempuan Afghanistan dengan judul A Thousand Splendid Suns karya Khaled Hosseini dan My Forbidden Face dan karya Latifa. Dua teks yang mengusung tema represi dan kekerasan ini dikaji dengan menggunakan teori naratologi dan fokalisasi Gerard Genette, konsep kelas sosial, represi, resistensi, relasi gender, serta feminisme Islam dan feminisme Poskolonial. Penelitian ini melihat kondisi perempuan Afghanistan di era 1978-2003 sebagai akibat dari konstruksi kelas dan gender yang dilatarbelakangi oleh kultur patriarki serta untuk mengungkap kekuasaan, dominasi, dan ketidaksetaraan gender dipraktikkan, direproduksi atau dilawan oleh teks. Diperbandingkan pula sejauh mana kedua penulis ini memiliki kesamaan atau perbedaan dalam mengungkapkan peran gender dan budaya patriarki dalam membentuk represi terhadap perempuan Afghanistan. Hasil penelitian adalah terdapat dua jenis fokalisasi dan narator dalam kedua teks, yaitu fokalisator ekstern dan heterodiegetic narator dalam ATSS dan fokalisator intern dan homodiegetic narator dalam MFF. Strategi naratif kedua penulis adalah berupa penggunaan kata, frasa, dan kalimat yang dengan tepat merefleksikan represi dan kekerasan pada tokoh-tokoh perempuan di dalam kedua teks. Kesamaan kedua penulis adalah keberpihakan mereka dalam melawan konstruksi sosial masyarakat Afghanistan yang sangat patriarkis sehingga muncul represi dan resistensi sebagai imbas dari ketidaksetaraan gender, perbedaan, dan stratifikasi kelas dan etnis, penafsiran terhadap tafsir atau hadis, dan penerapan aturan dari rezim Taliban. Namun, resistensi yang dihadirkan pada beberapa fokalisasi oleh fokalisator ekstern dan intern pada kedua teks juga memunculkan ambivalensi yang justru berpotensi mengukuhkan konsttuksi gender yang tidak menguntungkan perempuan.

This study examines two texts written by Afghan diaspora writers with the title A Thousand Splendid by Khaled Hosseini and My Forbidden face by Latifa. The two texts that raises the theme of repression and violence are examined by naratologi theory and focalization of Gerard Gennete, the concept of social class, repression, resistance, gender relations, Islamic and Postclonial feminism. This study is intended to explore the condition of Afghan women in the 1978-2003 era as a result of class and gender constructions based on patriarchal culture and reveal how power, dominance, and gender inequality are practiced, reproduced or opposed by the text. In addition, it is necessary to compare the extent to which these two authors have similarities or differences in expressing the role of gender and patriarchal culture in shaping the repression of Afghan women. The result of the research shows that there are two types of narrators in both texts, external focalisator type and heterodiegetic narrator in ATSS and internal focalisator and homodiegetic narator in MFF. The narrative strategies of the two authors are in the form of using words, phrases and sentences that accurately reflect repression and violence on female characters in both texts. The similarity of the two author is their position against the social construction of a highly patriarchal Afghan society, resulting ini repression and resistance as the impact of gender inequalities, class and ethnic distinction and stratification, interpretation of Hadiths, and the application of the rules of the Taliban regime. However, the resistance presented to some focalizations by external and internal focalizator in both texts raises ambivalence and has the potential to strengthen gender construction that does not benefit women."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
D2556
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amy Risky Aprillia
"Perkembangan zaman tidak memberikan banyak perubahan tentang konsepsi masyarakat mengenai seks dan gender. Laki-laki dan perempuan hanya dikelompokkan melalui karakteristik maskulin dan feminin. Konsepsi gender ini terus dilanggengkan melalui nilai-nilai budaya yang diwariskan secara turun temurun dalam masyarakat. Penelitian ini melihat bagaimana penggambaran karakter perempuan pada anime dapat dijadikan alat analisis sebagai cerminan dari masyarakat itu sendiri. Bukan hanya itu, anime juga dapat dijadikan sebagai media resistensi yang menunjukkan agensi penciptanya. Penelitian ini berfokus pada bagaimana Hayao Miyazaki sebagai salah seorang sutradara Studio Ghibli mengkonstruksikan karakter perempuan. Melalui konstruksi ini akan dapat dilihat pula bagaimana bentuk relasi, peran gender, dan agensi dari Hayao Miyazaki. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif: studi kasus dan studi kajian pustaka dengan mengaitkannya pada konsep-konsep antropologi terutama antropologi gender. Data diperoleh melalui ketiga filmnya yang berjudul Nausicaa of the Valley of the Wind, Princess Mononoke, dan Spirited Away. Hasil penelitian memperlihatkan bagaimana Miyazaki mengonstruksi karakter perempuan yang bertolak belakang dengan apa yang sering diperlihatkan dari produksi film lainnya. Miyazaki menciptakan karakter perempuan yang pemberani dan tangguh melalui kepemimpinan perempuan.

The development of modern era doesn't change much of people's conceptions of sex and gender. Men and women are commonly characterized as masculine and feminine. This dichotomization is perpetuated by culture and its people through values that live in society. This research is conducted to see how the portrayal of female character in anime can be used as analytical tool that reflects society itself. Not only that, anime is also meant to be a perfect medium for resistance that expresses the existence of agency of its creators. This research will be focused on how Hayao Miyazaki as one of Studio Ghibli’s directors constructs the female characters. Through its portrayal, it will show the relation between gender, gender role, and agency of Hayao Miyazaki through his works. This research will be conducted with qualitative methods such as study case and literature study using key concepts of anthropology field, especially anthropology of gender. The data for this research is substantially acquired from Studio Ghibli works entitled Nausicaa of the Valley of the Wind, Princess Mononoke, and Spirited Away. According to the results, it is found how Miyazaki provides space for women empowerment. In contrast to other works of anime or manga, Miyazaki constructs, a rather uncanny kind of image, of how women should be; which makes her female characters become fearless and tough under women leadership."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
King Buana
"Skripsi ini membahas relasi gender yang terjadi di dalam rumah tangga perempuan yang berprofesi sebagai polisi wanita. Melalui metode wawancara mendalam saya berusaha menangkap segala hal yang terjadi di antara istri dan suami di dalam rumah saat mengambil keputusan, sehingga saya dapat mengatakan bahwa relasi gender di dalam rumah tangga para polwan yang menjadi subjek penelitian saya masih timpang. Status atau kedudukan polwan masih berada di bawah sang suami hal ini terlihat dari pemegang kendali power di dalam rumah tangga yang selalu dipegang oleh suami, sehingga tulisan ini akan menunjukkan bahwa relasi gender yang terjadi di dalam rumah tangga ternyata tidak sejajar.

This thesis discusses the gender relations in the household of women who work as police woman. Through in-depth interviews I tried to capture everything that happens in between wife and husband in the house when taking a decision, so I can say that gender relations in the household of the policewoman who is the subject of my research is still lame. Status or position of policewomen still be under the husband holder as seen from the control power in the household is always held by the husband, so that this paper will show that the gender relations in the household was not aligned.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S55691
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raihan Rizqi Aghniyaa
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk representasi relasi gender dalam serial drama televisi “From Five to Nine” (2015) dan makna serta kritik yang ingin disampaikan dalam representasi tersebut. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori gender dan hegemonic masculinity oleh R.W. Connell (1985, 1987), teori feminisme liberal oleh Rosemarie Tong (2014), serta teori representasi oleh Stuart Hall (1997). Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis semiotika menggunakan teori semiotika kode-kode televisi milik John Fiske (2001) yang membagi analisis film ke dalam tiga level yakni realitas, representasi, dan ideologi. Peneliti memfokuskan analisis kepada tokoh utama perempuan dan laki-laki, Sakuraba Junko dan Hoshikawa Takane. Analisis meliputi aspek-aspek karakterisasi tokoh, dialog, konflik, sorotan kamera, pemilihan musik, editing, serta nilai-nilai ideologis yang terkandung di dalam setiap segmen adegan. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, peneliti menemukan adanya perubahan bentuk hubungan yang terjadi antara Junko dan Takane dari awal episode hingga akhir. Pada awal hubungan keduanya Takane digambarkan lebih dominan daripada Junko, namun Junko sebagai gambaran karakter perempuan independen tidak ingin didominasi sehingga hubungan mereka berubah ke arah yang lebih setara. Drama ini juga merepresentasikan adanya hubungan saling ketergantungan dan bukan relasi kuasa antara kedua tokoh.

This study aims to determine the form of representation of gender relations in the television drama series “From Five to Nine” (2015) and the meanings as well as critics to be conveyed through the drama. The theory used in this study is R.W. Connell’s theory of gender and hegemonic masculinity (1985, 1987), Rosemarie Tong’s liberal feminism theory (2014), and Stuart Hall’s representation theory (1997). The research method used in this research is semiotic analysis using John Fiske’s semiotic theory of television codes (2001) which divides film analysis into three levels: reality, representation, and ideology. The research focusses on the main female and male characters, Sakuraba Junko and Hoshikawa Takane. The analysis includes characterization, dialogue, conflict, camera shots, music, editing, and ideological values ​​contained in each scene segment. Based on the analysis that has been done, the researcher found that there was a change in the form of the relationship that occurred between Junko and Takane from the beginning of the episode to the end. At the beginning of their relationship, Takane is described as more dominant than Junko, but Junko, as an independent female character, does not want to be dominated, so their relationship changes in a more equal direction. This drama also represents a relationship of interdependence and not a power relationship between the two characters."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Milha Nur Kamilah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan relasi gender dan berbagai situasi yang dihadapi oleh perempuan dalam lingkungan budaya Papua pada novel Isinga. Metode yang digunakan di dalam penelitian ini merupakan metode kualitatif deskriptif dengan data-data yang bersumber dari novel Isinga. Teori yang digunakan di dalam penelitian ini meliputi teori mengenai sastra, relasi gender dan sistem patriarki. Teori tersebut digunakan untuk mengetahui secara mendalam mengenai relasi gender dan sistem patriarki yang terdapat di dalam novel Isinga. Hasil pembahasan mengungkapkan mengenai relasi gender yang setara dan tidak setara yang dilihat melalui relasi antar tokoh di dalam novel Isinga. Selain itu, penelitian ini juga mengungkapkan berbagai situasi kehidupan yang sulit, seperti beban pekerjaan, tuntutan perihal anak, kekerasan dalam rumah tangga, keadaan menyerah dan bangkit dari keterpurukan yang dihadapi oleh perempuan di dalam novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany.

This study aims to show gender relations and women's situation in Papua's cultural surroundings through the novel Isinga. This study uses a descriptive qualitative method, and the data is collected from the Isinga novel. To find out deeper about gender relations and the patriarchal system contained in the novel, a parallel theory related to literature, gender relations, and the patriarchal system is used. These theories will provide a deeper understanding of the novel's theme. Through this analysis, both equal and unequal perspectives of gender relations are revealed from the relation between characters in Isinga. Moreover, this study reveals several difficult situations women faced in Isinga, such as heavy workload, demands regarding children, domestic violence, and various adversity circumstances."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>