Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Titiana Rahma Ramadan
"Banyaknya faktor risiko yang mungkin dialami oleh remaja yang tinggal di panti asuhan, membuat well-being pada mereka penting untuk diperhatikan. Salah satu faktor risiko tersebut adalah mereka tidak tinggal bersama orang tua. Oleh karena itu, peer attachment diasumsikan berperan penting dalam kehidupan mereka.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara peer attachment dan subjective well-being pada remaja panti asuhan di Jakarta. Penelitian ini bersifat korelasional dengan melibatkan responden remaja berusia 12 hingga 18 tahun yang tinggal menetap di panti asuhan, di 5 wilayah di Jakarta N=132, L= 66.
Terdapat tiga instrumen penelitian yang digunakan, yaitu Satisfaction with Life Scale SWLS untuk mengukur kepuasan hidup, Positive and Negative Affect Schedule PANAS untuk mengukur afek positif dan negatif, serta Inventory of Parent and Peer Attachment Revised Version IPPA untuk mengukur peer attachment.
Hasil analisis menunjukan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara peer attachment dan kepuasan hidup ,250, p0,01 serta afek negatif -,025, p>0,01.
......The well being of orphanage adolescents is important to be considered as there are numbers of risk factors that they may experience throughout their life. One of those risk factors is that they do not live with their parents. Therefore, peer attachment is assumed to take an important role in their life.
The aim of this study is to find out whether there is a relationship between peer attachment and subjective well being of orphanaged adolescents in Jakarta. This is a correlational study with adolescents from age 12 to 18 years living in orphanage in 5 area in Jakarta as a respondents N 132.
Instruments used in this study are, Satisfaction with Life Scale SWLS to measure life satisfaction, Positive and Negative Affect Schedule PANAS to measure positive and negative affect, and Inventory of Parent and Peer Attachment Revised Version IPPA to measure peer attachment.
The results show that there is a positive and significant relationship between peer attachment and life satisfaction ,250, p0,01 and negative affect ,025, p 0,01."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rahma Murbowo
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat kontribusi self-compassion terhadap subjective well-being pada remaja panti asuhan di Jakarta. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi subjective well-being adalah tercapainya tujuan atau goal dan harapan Diener Scollon, 2003. Permasalahan di kehidupan panti asuhan menunjukkan kemungkinan tidak tercapainya tujuan dan harapan remaja saat mereka masuk ke panti asuhan. Saat tujuan dan harapan tersebut tidak tercapai, maka akan muncul emosi negatif yang dapat menurunkan subjective well-being Zessin, Dickhauser, Garbade, 2015. Self-compassion dapat mengurangi pengaruh emosi negatif yang ditimbulkan oleh kegagalan tersebut sehingga tingkat subjective well-being tetap baik. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan jumlah partisipan 100 orang 51 perempuan berusia 14-18 tahun yang tinggal di panti asuhan di Jakarta. Alat ukur yang digunakan yaitu Self-Compassion Scale Neff, 2003 untuk mengukur self-compassion, The Satisfaction with Life Scale Diener, Emmons, Larsen, Griffin, 1985, dan Positive and Negative Affect Schedule Watson, Clark, Tellegan, 1988 untuk mengukur subjective well-being. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-compassion tidak berkontribusi secara signifikan terhadap kepuasan hidup R2 = 0.006, p =0.445, berkontribusi secara signifikan terhadap afek positif R2= 0.091, p = 0.002 dan afek negatif R2= 0.155, p = 0.000 pada remaja panti asuhan di Jakarta.

This research was conducted to investigate the self compassions contribution to subjective well being among orphanage adolescents at Jakarta. The factor that could influence subjective well being are goals and expectations Diener Scollon, 2003 . The troubles that occur in daily life of orphanages show the possibility of goals and expectations which do not achieved. When one experienced failure on goal achievement, negative emotion would appear and lowered the subjective well being Zessin, Dickhauser Garbade, 2015. Self compassion could alleviate the negative emotional influence of failure, so the subjective well being stayed positive. There were 100 participants 51 female from orphanages at Jakarta aged 14 to 18 for this study. The data were collected using Self Compassion Scale Neff, 2003 to measure self compassion, The Satisfaction With Life Scale Diener, Emmons, Larsen, Griffin, 1985 and Positive Negative Affect Schedule Watson, Clark, Tellegan, 1988 to measure subjective well being. Result from this study indicated that self compassion does not significantly contribute to life satisfaction R2 0.006, p 0.445, significantly contributes to positive affect R2 0.091, p 0.002 and also to negative affect R2 0.155, p 0.000 of subjective well being among orphanage adolescents in Jakarta."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catherina Kartika Hapsari
"ABSTRAK
Mencuri adalah salah satu perilaku kenakalan remaja yang dapat mengarah kepada masalah.Perilaku mencuri akan lebih merugikanjika tidak segera dihentikan. Pada remaja yang tinggal di panti asuhan, sering ditemukan keterbatasan dari lingkungan untuk mencegah perilaku mencuri yang sesuai. Untuk remaja, perilaku mencuri yang dibiarkan, akan membuat perilaku tersebut menjadi kebiasaan dan resistenuntuk dihentikan. Saat ini sudah banyak penelitian terkait masalah mencuri, namun masih belum banyak penelitian terkait intervensi untuk mengatasi perilaku mencuri. Penelitian ini bertujuan melihat bagaimanaprinsip Cognitive Behavioral Therapy(CBT) dapat digunakan untuk mengatasi masalahmencuripadaremaja laki-lakiberusia16tahunyang tinggal di panti asuhan. Penelitian ini menggunakan desainpenelitiankuasi-eksperimental dengan subjek tunggal (n=1).Partisipandiberikan program intervensisebanyak6sesiuntuk membantu partisipan mengidentifikasi persepsi yang terdistorsi terkait masalah dan menggantinya dengan pikiran yang lebih adaptif.Pengukuran perilaku mencuridilakukan pada fase pra-intervensi,tepat setelah sesi intervensi terakhir diberikan (pasca-intervensi), dan pada fase follow up selang 1bulan setelah pasca-intervensi.Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya penurunan perilaku mencuri pada remaja berdasarkan alat ukur SRDS. Selain itu wali juga melaporkan adanya perubahan perilaku dengan tidak munculnya perbuatan mencurihingga intervensi berakhir.

ABSTRACT
Stealing is one of juvenile delinquence behaviours that can lead to problems. Stealing behaviour can lead to damaging problemsif not haltedimmediately. For adolescencesthat stay in the orphanage,it isoften found limited care to prevent stealing behaviour.Stealing behaviour will be resistant or difficult to stop, if it not halted or prevented immediately.Although there are studies about stealing, there is limited research concerning treatments that resolve stealing behaviour. This study aims to see how Cognitive Behavioral Therapy (CBT) principle can be applied toresolve stealing behaviour in a 16-year-old male that live in the orphanage. This study usesquasi-experimental design with singlecase subject (n=1). Participant wasgiven6 CBT session to help him identified distorted perceptions that contribute to their problems and find an alternative thought that are more adaptive. Measurement of stealing behaviourwere carried out in the pre-testphase, right after the last interventionsession was given (post-test), and in the follow-up phase 1months later.The results of this study indicated decreasing stealing behaviour on SRDS measuring instrument. The guardian also reported change in behaviour by not stealing anymore until the intervention ended."
2018
T52065
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Septiani
"Penelitian ini membahas mengenai gambaran psychological well-being pada remaja yang tinggal di panti asuhan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian untuk menggambarkan keadaan populasi tertentu dengan menganalisis data yang diolah menggunakan perhitungan statistik. Responden dalam penelitian ini adalah 112 orang remaja berusia 11 sampai 21 tahun yang tinggal di panti asuhan. Pengukuran psychological well-being dilakukan menggunakan Ryff’s Scales of Psychological Well-Being yang berjumlah 18 item.
Hasil penelitian menunjukkan skor rata-rata psychological well-being seluruh responden sebesar 80,79 (SD=8,604). Dimensi psychologicial well-being yang menonjol adalah dimensi personal growth, sedangkan dimensi dengan skor paling rendah merupakan dimensi positive relations with others. Selanjutnya berdasarkan analisis tambahan ditemukan perbedaan yang signifikan antara skor psychological well-being remaja yang tinggal di panti asuhan dengan sistem asrama dan sistem cottage.
......This research aims to depict psychological well-being in adolescents who live in orphanage. This is a descriptive research with a quantitative approach. Respondents of this research are 112 adolescents aged 11 to 21 years old who live in orphanage. The instrument that is used to measure psychological well-being is Ryff’s Scales of Psychological Well-Being which consists of 18 items.
The result shows that the mean score of psychological well-being is 80,79 (SD=8,604). The most prominent dimension is personal growth, while the dimension with the lowest score is positive relations with others. Furthermore, this research found a significant difference between respondents who live in orphanage with boarding system and cottage system."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45891
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmin Firoh
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara religious coping dan psychological well-being pada remaja panti asuhan di Jakarta. Banyaknya pengalaman negatif yang dialami oleh remaja panti asuhan, membuat remaja tidak berdaya yang berpengaruh pada kesejahteraan psikologis. Oleh karena itu, penting bagi remaja panti asuhan untuk mampu melakukan coping yang efektif agar psychological well-being mereka menjadi lebih baik, salah satunya dengan penggunaan religious coping. Penelitian ini bersifat korelasional dengan menggunakan sampel remaja panti asuhan usia 12 - 20 tahun dan telah menetap setidaknya selama satu tahun di panti asuhan N = 138, laki-laki = 70. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian adalah Ryffs Scales of Psychological Well-Being untuk mengukur psychological well-being dan Brief RCOPE untuk mengukur religious coping. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara positive religious coping dan psychological well being r = .397, p < .01, dan hubungan negatif yang signifikan antara negative religious coping dan psychological well-being r = -.194, p < .05.
......The purpose of this study is to find out the relationship between religious coping and psychological well being in adolescents at orphanages in Jakarta. The number of negative experiences happened to adolescents in orphanages, it makes them helpless and affects their psychological well being. Therefore, it is important for them to be able in performing effective coping to enhance their psychological well being, one of the way by the use of religious coping. This study was correlational by using a sample of adolescents orphans aged 12 to 20 years and has been living for at least one year in an orphanage N 138, male 70. The instruments used in this study were Ryff 39 s Scales of Psychological Well Being to measure psychological well being and Brief RCOPE to measure religious coping. The result of correlation analysis shows that there is a significant positive correlation between positive religious coping and psychological well being r .397."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfi Hilmy Abdullah
"ABSTRAK
Penelitian dilakukan pada sebuah panti asuhan yang terdapat pada kota Depok, Jawa Barat. Urgensi permasalahan panti asuhan tersebut adalah rendahnya perilaku belajar yang mengakibatkan prestasi akademik menjadi rendah juga sehingga menciptakan lulusan panti asuhan dengan cita-cita yang rendah. Remaja panti asuhan tersebut mengalami gangguan psikologis yang tepatnya pada harga diri dikarenakan beban psikologis yang mereka rasakan terhadap stereotipe negatif remaja panti asuhan sehingga mengubah persepsi akan diri dan lingkungannya menjadi negatif juga. Pada akhirnya pertumbuhan mereka yang secara essensial memerlukan orang tua terganggu sehingga menjadi pola perkembangan yang tidak sehat. Hasil pengukuran baseline menunjukkan harga diri dimensi sosial rendah dengan nilai mean 3,4 dibanding dimensi performa 3,7 dan dimensi fisik 3,6. Pada penelitian intervensi, harga diri dimensi sosial ditingkatkan melalui program positive self-talk dan menunjukkan harga diri pada hasil pre-post test secara total meningkat secara signifkan, pada hasil uji Wilcoxon non-parametric nilai Z total -2,484 dengan p value 0,013 < 0,05. Sedangkan dimensi sosial tidak signifikan pada nilai Z -1,546 dengan p value 0,122 ABSTRACT
The research was conducted on an orphanage which is located in Depok, West Java. The urgency of the orphanage rsquo s problem lies on their low learning behavior which effect negatively to their academic performance thus making the graduates of the orphanage having low goal of work and college studies. The orphan rsquo s teenagers have gone through psychological disturbance which directly goes to their self esteem caused by psychological burden of negative orphan stereotypes which in the end change their perception negatively of themselves and also to their environment. In the end their growth which essentially needed their parents are disrupted thus making an unhealthy personal development. Baseline studies showed self esteem rsquo s social dimension were low with mean 3,4 compared to other dimension like performance 3,7 and appearance 3,6. In the intervention research the social dimension were enhanced through positive self talk program. In pre post total test showed positive changes significantly in Wilcoxon non parametric test shows Z value total 2,484 and p value 0,013 0,05. Nevertheless, the social dimension shows insignificant changes with Z value 1,546 p value 0,122 "
2018
T50822
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library