Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Priska Anastasia Cecilia
Abstrak :
Aterosklerosis merupakan penyakit yang mematikan berupa penebalan dinding dan penyempitan lumen arteri yang disebabkan karena tingginya kolesterol dalam darah. Penanganan aterosklerosis secara modern menggunakan obat–obatan sintetik sering menyebabkan beberapa resiko efek samping. Oleh karena itu, diformulasikan jamu anti–aterosklerosis berbahan baku daun tanjung, daun belimbing manis, dan temulawak. Jamu anti–aterosklerosis dibuat dengan mengekstraksi ketiga bahan tersebut menggunakan metode refluks pada suhu 70°C dalam waktu 90 menit menggunakan variasi pelarut etanol–air dan pengeringan menggunakan oven pada suhu 55°C dalam waktu 24 jam. Rendemen ekstraksi yang diperoleh adalah jamu anti–aterosklerosis sebesar 26,385%, daun tanjung sebesar 19,579%, daun belimbing manis sebesar 19,461%, dan temulawak sebesar 23,347%. Pengujian kandungan total flavonoid menggunakan spektrofotometri UV–Vis pada panjang gelombang 415 nm menghasilkan nilai terbaik pada variasi volume pelarut 50% etanol (125 mL) dan 50% air (125 mL), yakni sebesar 39,91% pada jamu anti–aterosklerosis, 36,57% pada daun tanjung, 23,35% pada daun belimbing manis, dan 38,44% pada temulawak. Pengujian kandungan total fenolik menggunakan spektrofotometri UV–Vis pada panjang gelombang 765 nm menghasilkan nilai terbaik pada variasi volume pelarut 50% etanol (125 mL) dan 50% air (125 mL), yakni sebesar 41,70% pada jamu anti–aterosklerosis, 40,84% pada daun tanjung, 31,57% pada daun belimbing manis, dan 41,46% pada temulawak. Dari penelitian ini didapati hasil dengan pola yang sama, yakni meningkatnya volume etanol hingga 50% pada pelarut turut meningkatkan hasil rendemen ekstrak, kandungan total flavonoid, dan kandungan total fenolik; kemudian mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena etanol memiliki daya kelarutan yang lebih baik dari air sehingga etanol dapat mengekstrak lebih banyak senyawa flavonoid dan senyawa fenolik, serta mampu menghasilkan hasil rendemen ekstrak yang lebih banyak pula. ......Atherosclerosis is a deadly disease in the form of thickening of the walls and narrowing of the arterial lumen caused by high cholesterol in the blood. Modern management of atherosclerosis using synthetic drugs often causes several risks of side effects. Therefore, anti–atherosclerosis herbal medicine made from tanjung leaves, sweet starfruit leaves, and temulawak is formulated. Anti–atherosclerotic herbs are prepared by extracting the three ingredients using the reflux method at 70°C within 90 minutes using variations of the ethanol–water solvent and drying using an oven at 55°C within 24 hours. The extraction yield obtained was anti–atherosclerosis herbs at 26.338%, tanjung leaves at 19.579%, starfruit leaves at 19.461%, and curcuma at 23.334%. Testing the total flavonoid content using UV–Vis spectrophotometry at a wavelength of 415 nm produces the best value on the variation of 50% ethanol (125 mL) and 50% water (125 mL) solvent volume, which is 39.91% in anti–atherosclerotic herbs, 36.57% in tanjung leaves, 23.35% in starfruit leaves, and 38.44% in curcuma. Testing the total phenolic content using UV–Vis spectrophotometry at a wavelength of 765 nm produces the best value in the variation of the solvent volume of 50% ethanol (125 mL) and 50% water (125 mL), which is equal to 41.70% in anti–atherosclerotic herbs, 40.84% in tanjung leaves, 31.57% in starfruit leaves, and 41.46% in curcuma. From this study the results were found with the same pattern, namely increasing the volume of ethanol up to 50% in solvents also increased the yield of extract yield, total flavonoid content, and total phenolic content; then decreased. This happens because ethanol has better solubility than water so that ethanol can extract more flavonoid compounds and phenolic compounds, and is able to produce more extract yield.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Syahda Nariswari
Abstrak :
Penghantaran rifampisin secara intrapulmonal untuk pengobatan tuberkulosis diharapkan menghasilkan efek terapi yang lebih baik dibanding rute oral. Namun rifampisin memiliki kelarutan rendah dalam medium cairan paru. Pada penelitian sebelumnya, penambahan siklodekstrin terbukti dapat meningkatkan kelarutan dan disolusi rifampisin dari sediaan sebuk inhalasi. Namun, ukuran partikel serbuk inhalasi rifampisin-siklodekstrin tersebut belum memenuhi persyaratan untuk terdiposisi di paru. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan sediaan serbuk inhalasi rifampisin-siklodekstrin yang memiliki sifat aerodinamis yang baik dengan adanya penambahan l-leusin dan atau amonium bikarbonat, dengan mempertahankan kelarutan dan pelepasan obat yang baik dalam medium cairan prau-paru. Serbuk Inhalasi rifampisin-siklodekstrin 1:1 diformulasikan dengan leusin 30%, amonium bikarbonat 1,5% atau kombinasi keduanya dibuat dengan metode semprot kering. Serbuk yang diperoleh kemudian dikarakterisasi rendemen, kandungan lembab, sifat kristal, gugus fungsional, ukuran partikel geometris dan aerodinamis, serta kelarutan dan profil disolusinya dalam medium simulasi paru. Penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan kelarutan dan disolusi dengan adanya penambahan siklodekstrin didukung dengan hasil XRD dan FTIR yang menunjukkan adanya inklusi dan perubahan sifat kristal. Serbuk inhalasi rifampisin-siklodekstrin 1:1 yang dibuat secara semprot kering dengan penambahan leusin 30% dan AB 1,5% (F4) berhasil menghasilkan serbuk inhalasi dengan sifat aerodinamis yang lebih baik dibanding serbuk rifampisin-siklodekstrin, dengan rata-rata diameter aerodinamis 8,6 µm, FPF 30,28%, dan persentase serbuk teranalisis 36,86%. Formula F4 menunjukkan kelarutan 2,40 ± 0,56 mg/mL dalam aquademineralisata dan terdisolusi 56,26 ± 1,63 %, lebih tinggi 1,07 dan 1,68 kali dari rifampisin-siklodekstrin. Berdasarkan hasil tersebut penambahan leusin dan amonium bikarbonat dapat meningkatkan kelarutan, pelepasan obat, rendemen, dan sifat aerodinamis. ......Intrapulmonary delivery of rifampicin for the treatment of tuberculosis is expected to produce a better therapeutic effect than the oral route. However, Rifampicin has low solubility in pulmonary fluid medium. In previous studies, the addition of cyclodextrin was proven to increase the solubility and dissolution of rifampicin from inhalation powder preparations. However, the particle size of the rifampicin-cyclodextrin inhaled powder did not meet the requirements for being deposited in the lungs. This study aims to produce a rifampicin-cyclodextrin inhaled powder that has good aerodynamic properties with the addition of l-leucine and/or ammonium bicarbonate, while maintaining good solubility and drug release in the lung fluid medium. Rifampicin-cyclodextrin Inhaled Powder 1:1 is formulated with 30% leucine, 1.5% ammonium bicarbonate or a combination of both prepared by the spray dry method. The powder obtained was then characterized by yield, moisture content, crystalline properties, functional groups, geometric and aerodynamic particle size, as well as solubility and dissolution profile in lung simulation medium. This study showed an increase in solubility and dissolution with the addition of cyclodextrin supported by XRD and FTIR results which showed inclusions and changes in crystal properties. Inhaled rifampicin-cyclodextrin powder 1:1 which was made by spray drying with the addition of 30% leucine and 1.5% AB (F4) succeeded in producing an inhalation powder with better aerodynamic properties than rifampicin-cyclodextrin powder, with an average aerodynamic diameter of 8.65µm, FPF 30.28%, and percentage of analysed powder 36.86%. Formula F4 showed a solubility of 2.40 ± 0.56 mg/mL in aquademineralisata and a dissolution of 56.26 ± 1.63%, 1.07 and 1.68 times higher than rifampicin-cyclodextrin, respectively. Based on these results, the addition of leucine and ammonium bicarbonate can increase the solubility, drug release, yield, and aerodynamic properties.

Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeyen Husuna
Abstrak :
Terapi mikrobial sebagai kelas baru dari bahan aktif farmasi (API atau Active Pharmaceutical Ingridients) saat ini mulai dikembangkan sebagai produk perawatan kesehatan kulit baik dalam bentuk probiotik maupun postbiotik. Salah satu bakteri yang dinilai berpotensi yaitu Streptococcus macedonicus MBF 10-2 yang merupakan galur bakteri hasil isolasi dari limbah produksi tahu dan bersifat GRAS (generally recognized as safe) dari penelitian sebelumnya. Bakterial S. macedonicus MBF 10-2 telah dikembangkan dalam penelitian bahan aktif produk perawatan kesehatan kulit dalam bentuk postbiotik berupa lisat bakterial. Penelitian ini bertujuan meningkatkan rendemen dan karakteristik lisat bakterial setelah proses pengeringan beku dengan penambahan lioprotektan inulin. Lisat bakterial diperoleh dengan melisiskan sel menggunakan metode ultrasonikasi yang dilanjutkan dengan memformulasikan dengan lioprotektan inulin konsentrasi 2%, 5%, dan 10%, dan kemudian dilakukan proses pengeringan beku. Fraksi-fraksi kering beku lisat dikarakterisasi rendemen, karakteristik fisikokimia dan aktivitas antioksidannya. Rendemen serbuk lisat bakterial dengan lioprotektan inulin 0%, 2%, 5%, dan 10%, secara berturut-turut yakni 19,87%, 27,01%, 32,20%, dan 60,98%. Hasil karakteristik serbuk lisat bakterial memiliki bentuk serbuk kristal, berwarna putih hingga putih kekuningan, dan memiliki bau yang khas. Ukuran partikel serbuk 162-478 nm, pH 6,41-6,50, dan kandungan lembab 7,21%-9,37%. Selain itu, uji aktivitas antioksidan serbuk postbiotik dengan inulin 10% menunjukkan nilai IC50 sebesar 172,414 µg/ml. ......Microbial therapy as a new class of Active Pharmaceutical Ingredients (API) is nowadays being developed as a skin healthcare product in a form of probiotics and postbiotics. One of the potential bacteria is Streptococcus macedonicus MBF 10-2 which is a bacterial strain isolated from tofu production waste and GRAS (generally recognized as safe) from previous studies. Bacterial S. macedonicus MBF 10-2 has been developed in the research of the skin health care products' active ingredients in the form of postbiotics of bacterial lysates. This study aimed to improve the yield and characteristic of bacterial lysates after freeze-drying with the proliferation of the Lyoprotectant inulin. Bacterial lysates were obtained by lysing cells using the ultrasonication method followed by formulation with 2%, 5%, and 10% concentrations of the lipoprotectant inulin, and then freeze-dried. Freeze-dried lysate fractions were 2 UNIVERSITAS INDONESIA characterized by for its yield, physicochemical characteristics and antioxidant activity. The yield of bacterial lysate powder with inulin lyoprotectants 0%, 2%, 5%, and 10% were 19.87%, 27.01%, 32.20%, and 60.98%, respectively. Bacterial lysate powder was a white to yellowish-white crystalline powder with specific odor. The particle size distribution of the powder was 162-478 nm, with pH of 6.41-6.50, and the moisture content of 7.21%-9.37%. In addition, the antioxidant activity test of postbiotic powder with 10% inulin showed an IC50 value of 172,414 µg/ml.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Mutiara Annisa
Abstrak :
Bunga telang (Clitoria ternatea L.) merupakan salah satu tanaman dari genus Clitoria yang mengandung senyawa golongan flavonoid serta memiliki aktivitas antioksidan sehingga berpotensi dalam menghambat enzim elastase. Namun, penelitian tentang kemampuan ekstrak dalam menghambat enzim elastase masih belum tersedia di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aktivitas antioksidan metode ABTS dan aktivitas penghambatan enzim elastase dalam ekstrak etanol 70% bunga telang. Sebagai langkah awal, dilakukan pengamatan mikroskopis simplisia bunga telang yang menunjukkan adanya beberapa sel atau jaringan di dalamnya, yakni stomata anomositik pada epidermis, pembuluh annular, butiran serbuk sari, kristal kalsium oksalat prismatik, papila, dan trikoma. Ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 70% menghasilkan rendemen sebesar 45,521% dengan rata-rata kadar air ekstrak sebesar 5,445 ± 0,08%. Penetapan kadar flavonoid total kemudian dilakukan dengan menggunakan metode kolorimetri AlCl3 menunjukkan hasil sebesar 4,75 ± 0,7 mgEK/g ekstrak. Aktivitas antioksidan melalui pengujian ABTS dalam ekstrak etanol 70% bunga telang dan pembanding asam askorbat memberikan nilai IC50 dengan kategori sangat kuat, masing-masing sebesar 26,40 ± 0,2 dan 3,20 ± 0,07 ppm. Pada pengujian anti-elastase, pembanding epigalokatekin galat (EGCG) mendapatkan nilai IC50 sebesar 39,4 ± 0,07 μg/mL, sedangkan ekstrak memiliki aktivitas penghambatan terhadap enzim elastase yang relatif rendah, yaitu sebesar 10,06 ± 0,2% pada konsentrasi 500 μg/mL dan 19,766 ± 0,4% pada konsentrasi 1000 μg/mL. Dengan demikian, meskipun ekstrak bunga telang berpotensi sebagai antioksidan kuat, kemampuannya dalam menghambat enzim elastase tergolong tidak aktif. ......The butterfly pea (Clitoria ternatea L.) is a plant from the genus Clitoria known for its flavonoid content and antioxidant activity, making it potentially capable of inhibiting the enzyme elastase. However, research on its elastase inhibition ability is lacking in Indonesia. This study aims to determine the antioxidant activity using the ABTS method and the elastase inhibitory activity in a 70% ethanol extract of butterfly pea flowers. Microscopic observations of the flower revealed several cellular structures, including anomocytic stomata, annular vessels, pollen grains, calcium oxalate crystals, papillae, and trichomes. The extraction process used maceration with 70% ethanol, yielding a rendement of 45.521% and an average moisture content of 5.445 ± 0.08%. The total flavonoid content was determined using the AlCl3 colorimetric method, resulting in 4.75 ± 0.7 mgQE/g extract. The ABTS testing showed very strong antioxidant activity, with IC50 values of 26.40 ± 0.2 ppm for the extract and 3.20 ± 0.07 ppm for ascorbic acid. In the anti-elastase test, the comparator epigallocatechin gallate (EGCG) had an IC50 value of 39.4 ± 0.07 μg/mL. However, the extract demonstrated relatively low elastase inhibitory activity, with inhibition rates of 10.06 ± 0.2% at 500 μg/mL and 19.766 ± 0.4% at 1000 μg/mL. Thus, while the butterfly pea flower extract exhibits strong antioxidant potential, its ability to inhibit elastase is less effective compared to EGCG. This suggests that the extract might be more useful for applications focused on antioxidant properties rather than as an elastase inhibitor.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kamelia Kasuma Indah
Abstrak :
Bunga telang (Clitoria ternatea L.) telah digunakan secara turun-temurun dan diketahui mengandung senyawa fenolik. Fenolik diketahui berpotensi dalam menghambat sintesis melanin melalui penghambatan enzim tirosinase dan sebagai antioksidan. Dengan demikian, bunga telang dapat dikembangkan sebagai agen pencerah kulit dan antipenuaan. Berdasarkan penelitian sebelumnya pada ekstrak bunga telang asal Thailand, ekstrak etanol 95% konsentrasi 200 μg/mL memiliki persentase inhibisi enzim tirosinase 22,04±2,42% serta pada ekstrak air suling memiliki aktivitas antioksidan 0,38±0,01 mmol ekuivalen FeSO4/mg ekstrak. Namun, belum ada penelitian lebih lanjut terkait aktivitas antitirosinase dan antioksidan dengan metode FRAP pada ekstrak etanol 70% bunga telang dari Semarang, Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aktivitas antitirosinase dan antioksidan dengan metode FRAP pada ekstrak etanol 70% bunga telang asal Semarang, Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen dan kadar air ekstrak etanol 70% bunga telang berturut-turut sebesar 46,702% dan 5,303±0,072%. Berdasarkan skrining awal, ekstrak bunga telang positif mengandung senyawa fenolik, flavonoid, alkaloid, dan terpenoid. Lebih lanjut, kadar fenolik totalnya adalah 32,877±0,652 mgEAG/g ekstrak. Selain itu, aktivitas penghambatan enzim tirosinasenya memiliki IC50 73,675±0,753 μg/mL (aktivitas kuat), sedangkan pembanding asam kojat memiliki IC50 11,423±0,065 μg/mL (aktivitas sangat kuat). Sementara itu, hasil uji aktivitas antioksidan metode FRAP-nya adalah 11,752±0,091 g ekuivalen FeSO4/100g ekstrak, sedangkan pada pembanding asam askorbat adalah 303,553±2,217 g ekuivalen FeSO4/100g asam askorbat. Dengan demikian, ekstrak etanol 70% bunga telang dari Semarang memiliki aktivitas antitirosinase yang kuat, tetapi aktivitas antioksidan melalui mekanisme transfer elektron yang cenderung lemah. ......Butterfly pea flowers (Clitoria ternatea L.) has been used for generations and is known to contain phenolic compounds. Phenolics are known to have potential in inhibiting melanin synthesis through inhibition of tyrosinase enzyme and as antioxidants. Thus, butterfly pea flowers can be developed as skin lightening and anti-aging agent. Based on previous research on butterfly pea flowers extract from Thailand, 95% ethanolic extract at 200 μg/mL could inhibited tyrosinase enzyme 22.04±2.42% and distilled water extract had antioxidant activity 0.38±0.01 mmol FeSO4 equivalent/mg extract. However, there was no further research related to antityrosinase and antioxidant activity with FRAP method on 70% ethanolic butterfly pea flowers extract from Semarang, Indonesia. This study aimed to analyze the antityrosinase and antioxidant FRAP method activities on 70% ethanolic butterfly pea flowers extract from Semarang, Indonesia. The results showed that the yield and moisture content were 46.702% and 5.303±0.072%, respectively. Based on preliminary screening, it was positive for phenolics, flavonoids, alkaloids, and terpenoids. Furthermore, the total phenolic content was 32.877±0.652 mgGAE/g extract. In addition, its antityrosinase activity had an IC50 73.675±0.753 μg/mL (strong activity), while kojic acid had an IC50 11.423±0.065 μg/mL (very strong activity). Meanwhile, the results of antioxidant activity test by FRAP method was 11.752±0.091 g FeSO4 equivalent/100g extract, while the ascorbic acid comparator was 303.553±2.217 g FeSO4 equivalent/100g ascorbic acid. Thus, 70% ethanolic butterfly pea flowers extract from Semarang had strong antityrosinase activity, but antioxidant activity through electron transfer mechanism was weak.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erika Tanuwijaya
Abstrak :
Tumbuhan telang (Clitoria ternatea L.) dikenal kaya akan senyawa fenolik dan flavonoid yang bermanfaat bagi kesehatan dan anti-penuaan, termasuk aktivitas antioksidan, antitirosinase, antielastase, dan antikolagenase. Aktivitas antihialuronidase yang kuat telah dilaporkan pada ekstrak daun telang, tetapi belum dilaporkan pada ekstrak bunga telang. Meski telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan, belum ada penelitian terhadap bunga telang dari Kecamatan Ngaliyan, Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antihialuronidase dan antioksidan dari ekstrak etanol 70% bunga telang, dengan fokus aplikasinya dalam kosmetik anti-penuaan. Aktivitas antihialuronidase diukur untuk menilai potensi ekstrak mencegah degradasi asam hialuronat dalam menjaga kelembapan dan elastisitas kulit. Aktivitas antioksidan dievaluasi dengan metode DPPH untuk menilai kemampuan ekstrak menangkal radikal bebas penyebab kerusakan oksidatif pada sel kulit. Hasil menunjukkan rendemen ekstrak 46,95% dan kadar air 6,88 ± 0,14%. Skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak mengandung alkaloid, tanin, flavonoid, fenolik, glikosida, saponin, dan terpenoid. Uji aktivitas antihialuronidase menunjukkan penghambatan kuat dengan IC50 95,6015 ± 0,4377 μg/mL dibandingkan standar asam oleanolat 41,3646 ± 0,5183 μg/mL yang menunjukkan penghambatan sangat kuat. Uji aktivitas antioksidan dengan DPPH menunjukkan penghambatan sangat kuat dengan IC50 49,8647 ± 0,9502 μg/mL dibandingkan standar asam askorbat 3,3063 ± 0,414 μg/mL yang menujukkan aktivitas sangat kuat. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol 70% bunga telang (Clitoria ternatea L.) dari Kecamatan Ngaliyan memiliki potensi besar sebagai bahan aktif dalam produk kosmetik anti-penuaan melalui aktivitas penghambatan hialuronidase dan antioksidan yang kuat. ......Butterfly pea flower (Clitoria ternatea L.) is known for its richness in phenolic and flavonoid compounds that are beneficial for health and anti-aging, including antioxidant, anti-tyrosinase, anti-elastase, and anti-collagenase activities. Strong anti-hyaluronidase activity has been reported in the leaf extract of butterfly pea, but it has not been reported in the flower extract. Although it has been proven to have antioxidant activity, no research has been conducted on the flower of butterfly pea from Ngaliyan District, Semarang. This study aimed to examine the anti-hyaluronidase and antioxidant activities of 70% ethanol extract of butterfly pea flowers, with a focus on its application in anti-aging cosmetics. The anti-hyaluronidase activity was measured to assess the extract's potential to prevent the degradation of hyaluronic acid, thereby maintaining skin moisture and elasticity. The antioxidant activity was evaluated using the DPPH method to assess the extract's ability to scavenge free radicals that cause oxidative damage to skin cells. The results showed an extract yield of 46.95% and a moisture content of 6.88 ± 0.14%. Phytochemical screening revealed that the extract contained alkaloids, tannins, flavonoids, phenolics, glycosides, saponins, and terpenoids. The anti-hyaluronidase activity test showed strong inhibition with an IC50 of 95.6015 ± 0.4377 μg/mL compared to the standard oleanolic acid with an IC50 of 41.3646 ± 0.5183 μg/mL, which indicated very strong inhibition. The antioxidant activity test using DPPH showed very strong inhibition with an IC50 of 49.8647 ± 0.9502 μg/mL compared to the standard ascorbic acid with an IC50 of 3.3063 ± 0.414 μg/mL, which indicated very strong activity. Based on the results, it can be concluded that the 70% ethanol extract of butterfly pea flower (Clitoria ternatea L.) flowers from Ngaliyan District has great potential as an active ingredient in anti-aging cosmetic products due to its strong anti-hyaluronidase and antioxidant activities.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library