Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tiara Marsainy
"Dalam beberapa puluh tahun terakhir, fotoproduksi kaon telah menjadi salah satu kanal yang dikenal berpotensi untuk menemukan missing resonances yang telah diprediksi oleh Quark Model, akan tetapi belum dikonfirmasi oleh eksperimen. Namun kanal reaksi ini memiliki kesulitan-kesulitan tersendiri, yaitu cross section rendah dan energi threshold yang sangat tinggi. Energi threshold untuk fotoproduksi kaon adalah 911 MeV, sangat tinggi jika dibandingkan dengan energi threshold untuk fotoproduksi pion, yaitu 150 MeV. Penentuan background yang tepat menjadi penting untuk menentukan kontribusi resonans. Saat ini kontribusi resonans dapat ditentukan dengan menggunakan sebuah metode pengambilan keputusan dalam statistik, yang disebut dengan Metode Bayesian. Metode ini tidak hanya mengevaluasi sebuah model pada seluruh parameternya, namun juga memasukkan distribusi prior dan data eksperimen ke dalam perhitungan. Analisis menggunakan metode ini menunjukkan bahwa sekumpulan resonans menggambarkan proses fotoproduksi kaon dengan lebih baik dari pada sekumpulan resonans lainnya.

Kaon photoproduction has drawn considerable attention for decades as one of the promising processes to find the missing nucleon resonances, predicted by quark model but not listed yet by the Particle Data Group. Nevertheless, this channel has a unique difficulty, e.g., the small cross section and high threshold energy. the threshold energy for kaon photoproduction is 911 MeV, significantly high compared with that of the pion photoproduction, i.e. 150 MeV. Determining the background part of the process becomes a daunting task in order to approximate the resonance contribution. At present, the resonance contribution can be determined by using an established statistical decision making method, which is called the Bayesian Method. This method does not only evaluate the model over its entire parameter space, but also takes the prior information and experimental data into account. Analysis using this Bayesian Method showed that a set of resonances can describe kaon photoproduction better than others."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T38724
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chairul Aulia
"Model isobar yang dikembangkan untuk fotoproduksi kaon pada kanal KLambda dapat menjelaskan kedua kanal isospin K+Lambda dan K0Lambda. Model tersebut dikembangkan dengan menyertakan data terbaru kolaborasi CLAS. Particle Data Group (PDG) baru saja merilis daftar resonans nukleon terbaru, salah satunya resonans P11(2100). Dengan mempertimbangkan kehadiran resonans baru tersebut, diharapkan adanya peningkatan kecocokan antara model teoretis dan data eksperimen. Formalisme ini digunakan untuk mendapatkan observabel-observabel yang diperhitungkan. Perhitungan analitik disertakan pada perhitungan numerik (proses fitting) untuk mendapatkan kecocokan antara model teoretis dan data eksperimen dengan meminimalisasi nilai chi square. Didapatkan bahwa model pengembangan (model A) memiliki kecocokan lebih baik dibandingkan model lama(model B) terhadap data eksperimen. Namun kontribusi resonans nukleon yang disertakan tidak terlalu signifikan, dibuktikan dengan penurunan nilai chi square yang kecil.

The isobar model for kaon photoproduction in the KLambda channel can explain the two isospin channels K+Lambda and K0Lambda. This model was developed by including the latest data from the CLAS collaboration. Particle Data Group (PDG) has just released the latest nucleon resonances list, one of them is P11(2100) resonance. Taking into account the presence of a new resonance, it is hoped that there will be an increase in the agreement between theoretical model and experimental data. The formalism used in the study was obtained by calculating the scattering amplitude for the nucleon resonance with spin 1/2. This formalism was used to obtain the calculated observables. The obtained analytical formulation was used in the numerical calculations, i.e., in the fitting process to obtain the best agreement between theoretical model and experimental data by minimizing the value of chi square. It was found that the present model (model A) has a better performance than the old model (model B). However contribution of new nucleon resonance is not significant, as indiated by a small decrease in the value of chi square.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Billie Rizky
"Fotoproduksi meson-η′ pada nukleon telah dipelajari menggunakan model isobar dengan pendekatan Lagrangian efektif. Amplitudo invarian tree-level menyertakan kontribusi suku Born, suku pertukaran meson vektor kanal-t, dan suku kontribusi resonans nukleon spin-1/2, spin-3/2, dan spin-5/2. Resonans yang dipertimbangkan, yaitu N(1895)1 2 −, N(1900)3 2 +, N(2000)5 2 +, N(2060)5 2 −, N(2100)1 2 +, N(2120)3 2 −, N(2300)1 2 +, dan N(2570)5 2 −. Penampang lintang diferensial yang diperoleh dari perhitungan amplitudo invarian kemudian dibandingkan dengan data eksperimen kolaborasi A2 (2017) dan CLAS (2009). Tetapan sambat interaksi kuat diperoleh melalui fitting dengan meminimalkan χ2/N. Begitupun dengan amplitudo helisitas resonans yang tidak tercatat di Particle Data Group (PDG). Ditemukan bahwa resonans nukleon N(1895)1 2 − dan N(2100)1 2 + memiliki peran signifikan terhadap model.

η′-meson photoproduction on the nucleon has been studied using an isobar model with an effective Lagrangian approach. The tree-level invariant amplitudes consist of the nucleon Born terms, the t-channel vector meson exchanges, and the contribution of spin-1/2, spin- 3/2, and spin-5/2 nucleon resonances. Considered nucleon resonances are N(1895)1 2 −, N(1900)3 2 +, N(2000)5 2 +, N(2060)5 2 −, N(2100)1 2 +, N(2120)3 2 −, N(2300)1 2 +, and N(2570)5 2 −. The calculated differential cross section based on the invariant amplitudes was compared with the A2 (2017) and CLAS (2009) collaboration experimental data. The strong coupling constant was obtained through data fitting by minimizing the χ2/N. Using the same method, also obtained the resonance helicity amplitudes not recorded in the Particle Data Group (PDG). It was found that the N(1895)1 2 − and N(2100)1 2 + nucleon resonances play a significant role in the model.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah Hana Luthfiyah
"Fotoproduksi kaon yang melibatkan resonans spin tinggi, yaitu resonans nukleon dengan spin-11/2 dan 13/2 untuk kanal KΛ dan resonans delta dengan spin-11/2 hingga 15/2 untuk kanal KΣ, diselidiki dengan menggunakan model isobar yang kovarian. Model yang dikembangkan untuk reaksi KΛ dapat menjelaskan kedua kanal isospin pada reaksi tersebut, yakni K+Λ dan KºΛ, secara simultan dengan mempertimbangkan data terbaru dari kolaborasi CLAS. Model ini juga memperhitungkan secara simultan keempat reaksi KΣ yakni reaksi pada kanal K+Σº, KºΣ+, K+Σ- serta KºSº dengan mempertimbangkan data-data baru diantaranya dari kolaborasi MAINZ 2018. Pengembangan model untuk kanal reaksi-reaksi ini dilakukan dengan membangun formalisme amplitudo hamburan yang melibatkan spin tinggi, kemudian akan disesuaikan dengan reaksi yang ditinjau. Formalisme amplitudo hamburan yang digunakan untuk mempelajari reaksi ini diperoleh dengan cara merumuskan operator proyeksi melalui perumusan umum operator proyeksi untuk spin tinggi yang menghasilkan propagator Feynman serta faktor verteks yang diadaptasi dari Lagrangian interaksi konsisten yang dikemukakan oleh Pascalutsa. Amplitudo hamburan tersebut selanjutnya didekomposisi menjadi enam amplitudo yang invarian Lorentz dan invarian tera. Keenam amplitudo tersebut dapat dipakai untuk menghitung penampang lintang serta observabel polarisasi yang dapat dibandingkan dengan eksperimen. Parameter-parameter yang belum diketahui pada amplitudo hamburan didapatkan melalui proses fitting terhadap data eksperimen. Hasil perhitungan model yang diperoleh pada penelitian ini selanjutnya dibandingkan dengan data eksperimen serta model terdahulu.

We have studied kaon photoproduction by including high-spin nucleon resonances with spins 11/2 and 13/2 for the KL reaction and high-spin delta resonances with spins 11/2 to 15/2 for the KΣ one. The constructed model for the KΛ reaction is able to describe both isospin channels K+Λ and KºΛ, simultaneously, by considering recent data from the CLAS collaboration. Whereas for the KΣchannel, the model is able to calculate the four isospin channels K+Σº, KºΣ+, K+Σ- and KºΣº simultaneously by considering data from the MAINZ collaboration. The model is first constructed by establishing a formalism for high-spin interactions that will be used for calculations of the each two main channels. The formalism for the scattering amplitude is constructed from the projection operators by means of the generalized formalism of higher spins projection operators, which we have utilized to acquire the Feynman propagators. Furthermore, we also considered the vertex factors of the consistent interaction Lagrangian proposed by Pascalutsa. The calculated scattering amplitudes are decomposed into six Lorentz and gauge invariant amplitudes, from which we can calculate the cross section and polarization observables. The unknown parameters in the scattering amplitudes were obtained by fitting the model to experimental data. The model calculations are compared with the experimental data as well as with the results of previous models."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Ja`far Arifi
"Penelitian ini membandingkan dua formulasi propagator dan verteks yang berbeda untuk nukleon resonans spin 3/2 dengan menggunakan model isobar untuk fotoproduksi kaon pada proton γp → K+Λ. Semua resonans nukleon yang memiliki spin sampai 3/2 dan tercatat pada Particle Data Group dimasukkan ke dalam model ini. Kedua formulasi tersebut kemudian dibandingan dengan data eksperimen yang meliputi data penampang lintang dan polarisasi melalui minimisasi χ2. Penelitian ini menunjukkan bahwa formulasi dari Pascalutsa untuk spin 3/2 dapat mereproduksi data eksperimen lebih baik.

This research is aimed to compare two different formulations of propagator and vertex factor of spin 3/2 nucleon resonances by using isobar models for kaon photoproduction on the proton γp → K+Λ. All nucleon resonances with spin up to 3/2 listed by the Particle Data Group are included in the model. Both formulations are then compared with experimental data including cross section and polarization observable via χ2 minimization. It’s found that the Pascalutsa formulation of the spin 3/2 vertex factors and propagator leads to a better agreement with experimental data.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S59522
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Clymton, Samson
"Fotoproduksi kaon dengan resonans nukleon spin 5/2 memiliki kendala pada kekonsistenan interaksinya. Beberapa studi menyebutkan bahwa model dengan interaksi yang konsisten lebih cocok dengan data eksperimen. Dalam penelitian ini dibangun sebuah model dengan interaksi yang konsisten (model 2) dan model lama (model 1). Perhitungan amplitudo hamburan dilakukan secara analitik serta semua observabel secara numerik. Parameter yang tidak diketahui dari amplitudo hamburan didapat melalui fitting pada 7400 titik data eksperimen. Hal ini dilakukan dengan meminimalisasi nilai χ2/N . Ditemukan bahwa model 2 lebih cocok dengan data eksperimen dari model 1. Perbandingan dengan data eksperimen yang menunjukkan efek dari model 2 tersebut juga ditampilkan.

Kaon photoproduction with spin 5/2 nucleon resonances is plagued with the interaction consistency. A number of studies predicted that a model with a consistent interaction leads to a better agreement with data. In this study a model with consistent interaction (model 2) and an old model (model 1) are compared to experimental data. The unknown parameters in scattering amplitude are extracted from fitting to 7400 experimental data point. This is performed by minimizing χ2/N value. It is found that model 2 is more suitable for explaining experimental data than model 1. Some plot showing these effects are also displayed.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S59542
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library