Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siregar, Nina Aspasia Harli
"Latar belakang dan tujuan: Tuberkulosis (TB) sampai saat ini merupakan tantangan dan ancaman besar bagi kesehatan masyarakat di dunia. Insidens TB paru di kota Bekasi tahun 2014 adalah 1359/2.510.951 penduduk dan 3099 total kasus selama tahun 2014. Defisiensi mikronutrien seperti retinol dapat terjadi akibat hilangnya nafsu makan, gangguan absorbsi usus halus yang menyebabkan keadaan imununosupresi sehingga meningkatkan risiko infeksi TB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar retinol serum dengan derajat bacterial TB paru kasus baru di tingkat pelayanan primer.
Metode: Penelitian mempergunakan desain potong lintang dengan 135 sampel yang diambil dengan cara cluster consecutive sampling di puskesmas wilayah kota Bekasi pada penderita TB paru kasus baru yang belum mendapatkan terapi obat anti tuberkulosis (OAT).
Hasil: Karakteristik subjek TB paru kasus baru di puskesmas menurut usia dengan nilai tengah 35,5 tahun (IQR 18-65), laki-laki 62,3%, perokok 44,9%, IMT gizi kurang 56,5%, hipoalbumin 17,4%, kadar retinol serum defisien 40,6%. Lesi kavitas 30,4?% dan derajat bacterial load mayoritas scanty dan +1 dengan persentase berturut-turut 10,1% dan 39,1%. Terdapat perbedaan bermakna kadar albumin, IMT, lesi kavitas dengan bacterial load dengan nilai p=0,003, p=0,014, p=0,011 namun tidak terdapat hubungan bermakna antara kadar retinol serum dengan bacterial load.
Kesimpulan: Kadar retinol serum tidak berhubungan dengan derajat bacterial load pasien TB paru kasus baru di wilayah kerja kota Bekasi serta terdapat hubungan bermakna antara IMT, kadar albumin dan lesi radiologis dengan bacterial load.

Background: Tuberculosis (TB) remains a threat for community health across the globe including Indonesia. The incidence of pulmonary TB in Bekasi, Indonesia in 2014 is 1,395/2,510,951 people and there were 3.099 cases in 2014. Micronutrient deficiency such as retinol can be caused by loss of appetite and disorder in intestinal absorption which could lead to immunosuppressive condition that increased the risk of TB. This study aims to find the correlation between serum retinol level and semi-quantitative bacterial load in new case of pulmonary TB at a community health center.
Methods: This cross-sectional study involved 135 subjects collected through cluster consecutive sampling in a primary health care in Bekasi, Indonesia. The study included new pulmonary TB cases which had no history of taking any anti-TB drugs.
Results: The median age of the subjects was 35.5 years old (IQR 18-65) and most of subjects were males (62.3%), smokers (44.9%), had low body mass index (BMI) (56.5%), had hypoalbuminemia (17.4%), serum retinol deficient (40.6%), presented with cavity lesion (30.4%) and presented with scanty and +1 semi-quantitative bacterial load (10.1% and 39.1%, respectively). There was no significant correlation between serum retinol level and semi-quantitative bacterial load. However, there were significant correlations between serum albumin level, BMI and presence of cavity lesion and semi-quantitative bacterial load (p=0.003, p=0.014, and p=0.011, respectively).
Conclusion: There was no correlation between serum retinol level and semi-quantitative bacterial load in new cases of pulmonary TB patients. There were significant correlations between serum albumin level, BMI and presence of cavity lesion and semi-quantitative bacterial load.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Risa Rahmayati
"Retinol merupakan zat aktif pada produk perawatan kulit yang banyak diminati oleh pengguna kosmetik karena manfaatnya dapat mengurangi tanda-tanda penuaan di kulit. Retinol bersifat tidak stabil terhadap paparan cahaya dan udara sehingga menurunkan kadar dan efektivitas dari retinol. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode analisis yang optimum dan tervalidasi menggunakan KCKT-UV untuk sediaan serum yang mengandung retinol, serta mengetahui pengaruh kondisi penyimpanan dan lama penyimpanan terhadap kadar retinol dalam sediaan serum. Metode analisis yang optimum pada penelitian ini telah tervalidasi berdasarkan pedoman ICH Q2 (R1). Metode ini menggunakan metode elusi isokratik pada panjang gelombang 324 nm, kolom C18, fase gerak metanol-asetonitril (90:10), dan laju alir 0,8 mL/menit. Nilai perolehan kembali metode ini adalah 98,06% - 101,66% dan KV ≤2%. Nilai koefisien korelasi pada metode ini adalah 0,9997. Nilai LOD dan LOQ yang diperoleh adalah 1,1819 µg/mL dan 3,9399 µg/mL. Penetapan kadar retinol dalam sampel serum wajah dengan variasi terhadap kondisi penyimpanan dilakukan pada hari ke-0; 7; dan 14. Pengaruh dari kondisi penyimpanan berbeda antara sampel A dan sampel B. Terjadi penurunan kadar retinol pada sampel dalam kurun waktu 14 hari, dengan rata-rata penurunan kadar retinol sampel A sebesar 69,96% dan sampel B sebesar 29,64%

Retinol is an active substance in skin care products that are in great demand by cosmetic users because of its benefits that can minimize the signs of skin aging. Retinol is unstable to exposure to light and air, thus lowering the effectiveness and retinol concentration. This study was conducted with the aim of obtaining an optimum and validated method using HPLC-UV for serum preparations containing retinol, as well as knowing the effect of storage conditions and storage duration on retinol levels in serum preparations. This optimum method has been validated based on ICH Q2 (R1) guideline. The optimum method was using isocratic elution method at 324 nm, column C18, mobile phase methanol-acetonitrile (90:10), and flow rate 0.8 mL/min. The accuracy of this method was 98.05% – 101.69% with CV ≤ 2%. The LOD and LOQ values were 1.1819 μg/mL and 3.9399 μg/mL. Determination of retinol levels in facial serum samples with variations related to storage conditions was carried out on day 0; 7; and 14. The influence of storage conditions was different between sample A and sample B. The average decrease in retinol levels within 14 days for sample A was 69.96% and sample B was 29.64%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Widyastuti
"ABSTRAK
Prevalensi preeklampsia di Indonesia terus meningkat sehingga menyebabkan tingginya angka kematian ibu dan janin. Penyebab dari preeklampsia masih belum dapat diketahui, defisiensi vitamin A kemungkinan dapat meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia ibu hamil. Data mengenai status dari vitamin A pada kehamilan masih sangat terbatas. Penelitian ini untuk membandingkan retinol serum antara perempuan hamil normal dengan preeklampsia pada usia ≥18 tahun, usia kehamilan diatas 20 minggu. Penelitian ini merupakan studi potong lintang, yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan, Jakarta Pusat pada bulan Mei – Oktober 2014. Subyek penelitian didapatkan melalui consecutive sampling, sebanyak 96 orang yang sesuai kriteria penelitian ditetapkan sebagai subyek penelitian. Diagnosis ditegakan oleh dokter spesialis kebidanan. Interview data asupan retinol dilakukan menggunakan metode FFQ semiquantitative.
Pada penelitian ini didapatkan subjek diatas usia 35 tahun dan hamil diatas 28 minggu, cenderung lebih banyak pada dengan kelompok preeklampsia. Terdapat perbedaan bermakna asupan retinol antara subjek hamil normal dengan preeklampsia. Kadar retinol serum antara subjek hamil normal dengan kehamilan preeklampsia tidak didapatkan perbedaan yang bermakna.
Kesimpulan : Tidak ada perbedaan yang bermakna kadar retinol serum antara hamil normal dan preeklampsia.

ABSTRACT
The prevalence of preeclampsia in Indonesia still high, caused high mortality rates in women and fetus. Vitamin A deficiency or retinol during pregnancy may increase the risk of preeclampsia. Data on retinol serum of pregnant women and pregnant women with preeclampsia in Indonesia is still limited. The aim of this study was to compare retinol serum betwen normal pregnancy and pregnancy with preeclampsia.
The method used in this study was cross sectional, held in Tarakan Hospital, Central Jakarta during Mei to October 2014. The subject was obtained by concecutive sampling and 96 subjects who meet study criteria were enrolled in this study. Diagnosis of preeclampsia was determined by an attending gynecologist and interview on demographic chatacteristics and obstetric history was performed. Nutritional status and dietary intake of retinol were assessed using FFQ semiquantitative and MUAC measurement, respectively. Non-fasting serum retinol concentration was determined by HPLC method.
Result : More older subject and gestational age above 28 weeks were observed among pregnancy with preeclampsia. There was a significant difference of retinol intake, but no significant difference in serum retinol concentration between subjects with preeclampsia as compared to normal pregnancy.
Conclusion :. There is no significant difference of retinol serum levels betwen subject with preeclampsia and normal pregnancy."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurani Fauziah
"Latar Belakang: Akne vulgaris AV adalah peradangan kronis pilosebasea yang terutama dijumpai pada remaja dan dewasa muda. Peranan diet pada patogenesis AV terus menjadi perdebatan. Salah satu mikronutrien yang diduga berperan dalam patogenesis AV adalah vitamin A atau retinol.
Tujuan: Mengetahui kadar retinol serum dan korelasinya dengan derajat keparahan AV, serta asupan vitamin A pasien AV.
Metode: Studi potong lintang dengan 20 subjek penelitian SP yang direkrut secara consecutive sampling. Kadar retinol serum diukur menggunakan high performance liquid chromatography HPLC, sedangkan asupan vitamin A dinilai dengan metode food frequency questionnaire FFQ semikuantitatif.
Hasil: Rerata kadar retinol serum kelompok AVR, AVS, dan AVB yaitu 0,962 SB 0,145 mol/L, 0,695 SB 0,054 mol/L, dan 0,613 SB 0,125 mol/L. Terdapat korelasi bermakna antara kadar retinol serum dengan derajat keparahan AV r = -0,798, p = 0,000. Rerata asupan vitamin A per hari pada kelompok AVR, AVS, dan AVB sebesar 476,21 SB 221,32 g, 823,71 SB 221,32 g, dan 780,99 SB 530,45 g.
Simpulan: Kadar retinol serum ditemukan rendah pada kelompok AVS dan AVB. Hasil penelitian ini membuktikan semakin rendah kadar retinol serum, semakin berat derajat keparahan AV. Tidak terdapat perbedaan asupan vitamin A di antara ketiga kelompok.

Background: Acne vulgaris AV is a chronic inflammation of pilosebaceus that is primarily found in adolescents and young adults. The role of diet in the pathogenesis of AV continues to be a debate. One of micronutrients alleged in the pathogenesis of AV is vitamin A or retinol.
Objective: This study aims to know the levels of serum retinol and its correlation with the degree of severity of the AV, as well as the patient 39 s intake of vitamin A.
Method: This cross sectional study included 20 subjects divided into mild, moderate, and severe groups based on Lehman rsquo s classification. Serum retinol levels measured using high performance liquid chromatography, whereas the intake of vitamin A was assessed by semiquantitative food frequency questionnaire method.
Results: The mean serum retinol levels of mild, moderate, and severe groups were respectively 0.962 SD 0.145 mol L, 0.695 SD 0.054 mol L, and 0.613 SD 0.125 mol L. There was significant correlation between serum retinol levels with the degree of severity of the AV r 0.798, p 0.000. The mean intake of vitamin A per day of mild, moderate, and severe groups were respectively 476.21 SD 221.32 g, 823.71 SD 221.32 g, and 780.99 SD 530.45 g.
Conclusion: Levels of serum retinol found lower on the moderate and severe groups. The results has proven that the lower the levels of serum retinol, the more severe the degree of severity of the AV. There was no difference in vitamin A intake among the three groups.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library