Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ajeng Dianing Kartika
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji tentang strategi yang digunakan oleh wartawan Der Spiegel dalam menyusun pemberitaan tentang revolusi Mesir 2011 Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan menerapkan pendekatan kajian wacana kritis Data penelitian berupa 2 teks berita yang diambil dari majalah Der Spiegel edisi 5 2011 dan 6 2011 Peneliti menggunakan teori kajian wacana kritis van Dijk Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa Der Spiegel tidak netral Ketidaknetralan ini dapat dicermati melalui strategi wartawan dalam mendeskripsikan aktor aktor pelibat wacana dengan tidak berimbang berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang membentuk kognisi sosial mereka yakni lebih menekankan deskripsi positif aktor yang berada pada kelompok yang sama Amerika Jerman Mubarak ElBaradei dan Israel dan deskripsi negatif aktor yang berada di luar kelompok Ikhwanul Muslimin
ABSTRACT
This study is about the strategy used by Der Spiegel rsquo s journalist on producing the news about Egypt rsquo s Revolution 2011 This reasearch uses qualitative method and applies critical discourse studies approach The data is taken from Der Spiegel edition 5 2011 and 6 2011 Researcher uses the critical discourse studies theory by van Dijk 2008 The result of the research shows that Der Spiegel is unbalance This bias can be observed through the way the journalist represent the actor involved on the discourse based on their experiences and knowledges which build their social cognition The journalist tends to emphasize the positive descriptions of the actors belong to the same group America Germany Mubarak ElBaradei and Israel and the negative descriptions of the actor belongs to the different group Muslimbrother
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T39032
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nico Deralima Novito
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai strategi diplomasi digital Amerika Serikat yang dijalankan melalui kebijakan 21st Century Statecraft, yang dicanangkan oleh Menteri Luar Negeri Hillary Clinton di bawah pemerintahan Presiden Barack Obama. Tujuan dari strategi diplomasi ini adalah untuk mengadaptasikan kemajuan teknologi yang telah mempengaruhi dinamika hubungan internasional ke dalam implementasi kebijakan luar negeri AS dalam rangka penyelenggaraan soft power negara ini. Dua studi kasus yang dipakai di dalam penelitian ini adalah implementasi 21st Century Statecraft di dalam protes pemilihan presiden Iran (2009-2010) dan revolusi Mesir (2011), di mana AS mendukung penciptaan kebebasan Internet dan membantu penyediaan kapabilitas teknologi informasi bagi gerakan-gerakan masyarakat di kedua negara ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberhasilan strategi diplomasi digital tidak hanya dapat digantungkan pada konsep network society (Manuel Castells) yang menyebutkan bahwa dengan terbentuknya jaringan antara negara dan masyarakat, maka pesan/naratif akan lebih mudah untuk disebarkan dan diterima oleh publik internasional. Terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi, seperti yang ditunjukkan oleh studi kasus, yaitu kontrol pemerintahan terhadap infrastruktur teknologi informasi dan frame of thinking masyarakat. Di samping itu, penelitian ini juga menemukan bahwa diplomasi digital berkontribusi pada penyelenggaraan soft power AS dengan berperan untuk membentuk pesan dan naratif mengenai AS bagi publik internasional; penyediaan dukungan jaringan dan kapabilitas teknologi informasi dan komunikasi; dan penyediaan dukungan bagi kebebasan Internet.
ABSTRACT
This research explores United States? digital diplomacy strategy through 21st Century Statecraft policy, which was launched by Secretary of State Hillary Clinton under Obama Administration. This research is analyzing the implication of this strategy toward the manifestation of US soft power through comparative study cases of Iranian presidential election (2009-2010) and Egyptian revolution (2011), where the US supported the Internet freedom and helped to increase the information technology capabilities of civil society movements in both countries. The research shows that US digital diplomacy?s success (or lack thereof) cannot depend on the notion that today?s world has turned into a ?network society? (Manuel Castells), which, arguably, makes messages/narratives easier to spread and be acceptedf by foreign public. Instead, there are other various factors that influence its implementation. As shown by the cases of Iran and Egypt, the main factors are the government?s control toward IT infrastructure and respective public?s frame of thinking. In the later analysis, this research also finds that digital diplomacy contributes to the implementation of US soft power through its roles: creation of narrative/message on US for international public; provision of network and information & communication technologies support; and the ensuring of Internet freedom for civil society.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library