Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fairuz Qalbi Andara
"Rantai pasok industri peternakan memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan industri manufaktur karena produknya yang bersifat bulky dan perishable. Hal tersebut membuat pentingnya manajemen risiko dalam rantai pasok di industri peternakan. Pada penelitian ini, studi kasus dilakukan di PT Widodo Makmur Perkasa WMP yang merupakan peternakan sapi besar di Jawa Barat.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan studi tentang risiko dalam rantai pasok sapi dengan mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko serta merancang tindakan-tindakan untuk mitigasi risiko yang mungkin timbul pada rantai pasok sapi PT WMP.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah House of Risk HOR. HOR terbagi atas dua fase, fase pertama adalah identifikasi dan evaluasi risiko dan fase kedua adalah perancangan mitigasi risiko. Dari penelitian yang sudah dilakukan, tahap identifikasi didapatkan 28 jenis kejadian risiko dan 22 agen risiko.
Hasil pengolahan HOR fase 1 ditemukan terdapat 11 agen risiko yang mencakup 80 dari total Aggregate Risk Potential ARP. Terakhir, hasil pengolahan HOR fase 2 ditemukan terdapat 6 tindakan mitigasi yang direkomendasikan berdasarkan agen-agen risiko yang memiliki ARP terbesar.Kata Kunci: Industri Peternakan, House of Risk HOR, Manajemen Risiko Rantai Pasok.

The supply chain of livestock industry has more risk than manufacturing industry because of its bulky and perishable products. This makes the importance of risk management in the supply chain of livestock industry. In this research, case studies were conducted at PT Widodo Makmur Perkasa WMP, which is a big cattle livestock in West Java.
This study aims to study the risks in the supply chain by identifying and evaluating risks and designing for risk mitigation that may arise in supply chain of livestock industry.
The method used in this research is House of Risk HOR. HOR is divided into two phases, the first phase is the identification and evaluation of risk and the second phase is the design of risk mitigation. From the research that has been done, identification stage found 28 types of risk events and 22 risk agents.
Results of HOR phase 1 shown 11 risk agents that covering 80 of total Aggregate Risk Potential ARP. Lastly, the results of HOR phase 2 shown 6 recommendation of mitigation measures based on the largest ARP risk agents.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukma Azzah Kharisma
"Kesehatan merupakan hak dasar manusia yang harus dipenuhi dan terus ditingkatkan kualitasnya. Untuk menjaga kualitas layanan kesehatan bagi masyarakat merupakan tantangan besar. Salah satu aktivitas untuk menjaga kualitas layanan kesehatan adalah memastikan ketersediaan obat. Di Indonesia, sejak tahun 2010, pemerintah mewajibkan penggunaan obat generik dalam layanan kesehatan pemerintah. Dengan demikian, pasokan obat generik harus dapat memenuhi permintaan pada waktu, jumlah dan kualitas yang tepat. Namun, dalam praktiknya, pasokan obat generik dalam sistem pengadaan pemerintah melalui e-catalogue belum 100% memenuhi permintaan obat generik dari fasilitas kesehatan. Kekosongan obat generik dapat disebabkan oleh berbagai faktor termasuk risiko dalam aktivitas rantai pasoknya. Risiko rantai pasok dapat memengaruhi kontinuitas aliran informasi, material dan produk dari pemasok awal hingga proses pengiriman ke pembeli sehingga dapat menghambat ketersediaan pasokan obat generik. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan model manajemen risiko rantai pasok obat generik di Indonesia sehingga dapat mengidentifikasi, menilai, memprioritaskan serta menyusun strategi mitigasi risiko yang mungkin dapat terjadi di setiap aktor rantai pasok obat generik. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah MCDM (Multiple-criteria decision analysis) DANP (DEMATEL based ANP) dan ISM (Interpretive Structural Modelling). DANP digunakan untuk menilai serta mempriotitisasikan risiko sedangkan ISM digunakan untuk menyusun strategi mitigasi risiko yang sudah diprioritaskan.

Health is a basic human right that should maintain and continuously improve in quality. To maintain the quality of health services for the citizen is a big challenge. One of the activities to support the preservation of the quality of health services is the supply continuity of medicines. In Indonesia, since 2010, the government has been encouraging the prescription of medicines by their generic names in all public facilities and pharmacists are allowed to choose the generic substitution for the prescribed non-generic medicines. Then, generic medicines supply chain should be able to meet the demand at the right time in the right quantity and the right quality. In practice, the supply of generic medicines in the government purchasing system of health services, which has been done in online system, has not 100% met the demand of health facilities. Generic medicines shortages can be caused by many factors, including the risks in generic medicines supply chain activities. Risks, which occur in supply chain activities, can affect the flow continuity of information, materials, and products, from the initial pemasok to the delivery of the products, which can hinder the supply of generic medicines. For this reason, supply chain risk management of generic medicines are important to keep the generic medicines supply. However, study about generic medicines supply chain risk in Indonesia are limited. Therefore, the aim of this study is to identify, priotize and mitigate the supply chain risks of general medicines. The results showed that supply chain risks of generic medicines that involve in the activities are demand risks, pemasok risks, transportation risks, information flow risks, financial risks, quality risks, inventory risks, production risks, and environment, social and regulation risks. Multi-criteria decision making methods which used in thise study were DANP (DEMATEL based ANP) and ISM (Intrepretive Strucural Modelling). DANP was used to priotize risks, meanwhile ISM was used to obtain hierarchy model of mitigation strategy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Auni Saidah Khairani
"Indonesia telah menjadi salah satu produsen alas kaki terbesar di dunia. PT. X merupakan salah satu perusahaan manufaktur sepatu olahraga khususnya Adidas di Indonesia. Saat ini, sedang terjadi penurunan permintaan yang menyebabkan persaingan antara produsen meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang strategi mitigasi risiko yang tepat untuk mengatasi agen risiko yang termasuk dalam prioritas. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat mengurangi keterlambatan pengiriman sepatu sehingga penilaian performa perusahaan meningkat. Penelitian ini menggunakan metode House of Risk (HOR). Metode HOR memiliki 2 tahapan. HOR tahap 1 bertujuan untuk mencari agen risiko yang akan diprioritaskan dan HOR tahap 2 bertujuan untuk memilih strategi aksi mitigasi. Hasil penelitian pada HOR tahap 1 menunjukkan bahwa agen risiko dengan nilai aggegate risk potential (ARP) tertinggi adalah pihak produksi telat melaporkan kekurangan material (A7) dan agen risiko dengan nilai ARP terendah adalah tidak ada pengecekan rutin dari sisi leader/technical expert (A12). Berdasarkan prinsip Pareto,11 agen risiko akan diprioritaskan untuk ditangani sesuai dengan nilai ARP tertinggi. Selanjutnya, 14 aksi mitigasi diusulkan. Delapan aksi mitigasi direkomendasikan untuk mencegah agen risiko berdasarkan nilai effectiveness to difficulty ratio (ETD) dari HOR tahap 2.

Indonesia has become one of the largest footwear producers in the world. PT. X is a sports shoe manufacturing company, especially Adidas in Indonesia. Currently, there is a decline in demand which causes competition between producers increase. The purpose of this study is to design appropriate risk mitigation strategies to address the risk agents included in the priority. This is done so that the company can reduce delays in shoe delivery so that the company's performance rating increases. This study uses the House of Risk (HOR) method. The HOR method has 2 stages. HOR stage 1 aims to find risk agents to be prioritized and HOR stage 2 aims to select a mitigation action strategy. The results of the research on HOR stage 1 show that the risk agent with the highest aggregate risk potential (ARP) value is the production party who is late in reporting material deficiencies (A7) and the risk agent with the lowest ARP value is that there is no routine checking from the leader/technical expert's side (A12). Based on the Pareto principle, 11 risk agents will be prioritized to be handled according to the highest ARP value. Furthermore, 14 mitigation actions are proposed. Eight mitigation actions are recommended to prevent risk agents based on the effectiveness to difficulty ratio (ETD) value of HOR stage 2."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tia Atika Putri
"Saat ini tren penggunaan kosmetik di Indonesia tidak untuk wanita saja, namun telah berinovasi pada produk kosmetik bagi pria maupun anak-anak. Hingga tahun 2019, pemerintah Indonesia mencatat terdapat sebanyak 797 perusahaan kosmetik dalam negeri baik dari skala kecil, menengah maupun besar dimana angka tersebut meningkat dari jumlah pada tahun sebelumnya yaitu sebesar 760 perusahaan. Kinerja industri kosmetik juga mengalami pertumbuhan sebesar 5.59% pada tahun 2020 dan berhasil menyumbang devisa negara dengan nilai ekspor mencapai USD 317 juta atau mengalami kenaikan sebesar 15.2% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Aliran rantai pasok dalam akivitas bisnis tentunya merupakan hal yang rumit untuk dibicarakan karena aktivitas, koneksi dan keterkaitan antar elemen dari hulu ke hilir penuh dengan risiko dan ketidakpastian. Penelitian ini bertujuan untuk merancang model risiko rantai pasok pada industri kosmetik di Indonesia, sehingga pengelolaan risiko dan ketidakpastian dalam jaringan rantai pasok dapat dieksplor lebih lanjut sehingga dapat dijadikan sebagai referensi dalam melakukan mitigasi risiko yang tepat. Terdapat 3 metode yang digunakan pada penelitian ini, pertama adalah literature review untuk mengumpulkan indikator risiko rantai pasok di industri kosmetik dari penelitian sebelumnya, kedua adalah metode CVI untuk melakukan validasi dari indikator yang telah diperoleh dari hasil literature review serta terakhir adalah DEMATEL berbasis ANP untuk mengetahui bobot dan pengaruh antar dimensi. 20 indikator dalam 6 dimensi telah berhasil tervalidasi dari 36 indikator oleh 5 expert di bidang industri kosmetik dengan rata-rata nilai I-CVI sebesar 0,91. Dimensi pada risiko rantai pasok di industri kosmetik yang paling kuat pengaruhnya adalah dimensi pasokan dan logistik, sementara dimensi keuangan dinilai sebagai dimensi yang paling mudah terpengaruh.

The trend of using cosmetic products in Indonesia is not only exclusively for women but also has expanded for men and children. Until 2019, the Indonesian government recorded 797 domestic cosmetic companies from small, medium, and large scale, which increased compared to 760 companies in the previous year. The cosmetics industry's performance also grew by 5.59% in 2020 and contributed to foreign exchange for export with USD 317 million, increasing 15.2% compared to the previous year. Supply chain flow in business activities is undoubtedly a complicated issue to discuss because the activities, connections, and interrelationships between elements from upstream to downstream are full of risks and uncertainties. This study aims to conceptualize a supply chain risk model in the Indonesian cosmetics industry to ensure the development of appropriate risk mitigation strategy. This research used qualitative data in a questionnaire assessment by experts, processed using a Content Validity Index (CVI) approach. This research used 3 methods, literature review for collecting supply chain risk indicators, CVI method for validating the indicators collected from literature review, and DEMATEL based ANP for find the weight and relation between each indicator and dimension. A total of 20 indicators in 6 dimensions have been successfully validated from 36 indicators by five experts in the cosmetics industry with an average I-CVI value of 0.91. The highest influence dimension in supply chain risk in cosmetic industry is the supply and logistic indicator, meanwhile the finance dimension is rated as the most easily affected dimension."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagalung, Ruth Vanesa
"Hingga saat ini, Indonesia masih bergantung pada pasokan alat kesehatan impor, yaitu hingga 78% dari produk beredar di pasaran. Ketergantungan pada impor alat kesehatan membawa risiko terhadap ketahanan pasokan. Oleh karena itu, langkah-langkah untuk meningkatkan produksi alat kesehatan dalam negeri perlu diperkuat melalui identifikasi risiko yang mungkin menghambat produksi dalam negeri. Risiko akan dibobotkan dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Failure Modes, Effects, And Criticality Analysis (FMECA) untuk mendapatkan output penelitian yang diinginkan, yaitu urutan prioritas faktor risiko penghambat produksi alat kesehatan dalam negeri di Indonesia serta tingkat kekritisannya.Terdapat beberapa faktor risiko yang memiliki Weighted Risk Priority Number (WRPN) yang tinggi dengan dengan tingkat kekritisan yang tinggi pula, antara lain Risiko Kerusakan Mesin, Peralatan, Atau Sarana Prasarana Produksi, Risiko Kontaminasi Saat Produksi, Risiko Hambatan Uji Klinis, Risiko Kualitas Bahan Baku, Risiko Kurangnya Pekerja atau SDM Terampil, Risiko Keterlambatan Pengiriman Logistik Produksi, Risiko Kesalahan Perencanaan dan Penjadwalan Produksi, Risiko Kesalahan Demand Forecasting, dan Risiko Kegagalan Akibat Disrupsi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan rekomendasi melakukan program pemeliharaan preventif yang terjadwal dan pelatihan berkala untuk karyawan, modernisasi fasilitas produksi dan otomatisasi deteksi kontaminasi. Hasil dari penelitian dapat menjadi rekomendasi kepada stakeholders terkait untuk membentuk ekosistem industri alat kesehatan yang lebih baik, mulai dari hulu yaitu pasokan, hingga hilir yaitu bagaimana konsumen dapat menggunakan alat kesehatan hasil produksi dalam negeri ini.

Indonesia still depends on the supply of imported medical equipment, which is up to 78% of the products circulating on the market. Dependence on imported medical devices poses risks to supply security. Therefore, steps to increase domestic production of medical devices need to be strengthened through identifying risks that might hamper domestic production. Risks will be weighted using the Analytic Hierarchy Process (AHP) and Failure Modes, Effects, And Criticality Analysis (FMECA) methods to obtain the desired research output, namely the priority order of risk factors inhibiting domestic production of medical devices in Indonesia and their criticality levels. There are several Risk factors that have a high Weighted Risk Priority Number (WRPN) with a high level of criticality include Risk of Damage to Machinery, Equipment or Production Infrastructure, Risk of Contamination During Production, Risk of Obstacles to Clinical Trials, Risk of Raw Material Quality, Risk Lack of Skilled Workers or Human Resources, Risk of Delays in Delivery of Production Logistics, Risk of Production Planning and Scheduling Errors, Risk of Demand Forecasting Errors, and Risk of Failure Due to Disruption. Based on the results of the research that has been carried out, researchers provide recommendations for conducting scheduled preventive maintenance programs and regular training for employees, modernizing production facilities and automating contamination detection. The results of the research can be used as recommendations to the related stakeholders to form a better medical device industry ecosystem, starting from upstream, namely supply, to downstream, namely how consumers can use domestically produced medical devices."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Geunta Geumasih Sifa
"PT. A adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam industri telekomunikasi di Indonesia. PT. A memiliki produk fisik berupa sim card yang digunakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Dalam produksinya PT. A mengandalkan seluruhnya kepada pihak ketiga atau vendor. Hal tersebut membuat penting bagi PT. A untuk melakukan manajemen risiko. Pada penelitian ini PT. A memiliki enam permasalahan utama yang berdampak pada 10 akibat. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mencegah permasalahan tersebut terjadi dengan melakukan analisis pada ke seluruhan aliran rantai pasok PT. A. Identifikasi menunjukan bahwa terdapat 20 tahapan pada proses bisnis PT. A yang memiliki 53 risk event dan 80 risk agent. Hasil pengolahan dari HOR fase 1 didapatkan 16 risk agent prioritas yang akan ditanggulangi oleh PT. A dengan melakukan identifikasi terhadap preventive action. Identifikasi menunjukan terdapat 17 preventive action yang dapat mitigasi risk agent prioritas. Hasil pengolahan HOR fase 2 didapatkan empat preventive action prioritas dan akan dilakukan pembobotan dengan menggunakan AHP dengan kriteria yang telah ditentukan. Hasil pembobotan AHP adalah preventive action prioritas yang memenuhi ketiga kriteria.

PT. A is a company engaged in the telecommunications industry in Indonesia. PT. A has a physical product in the form of a sim card that is used by all Indonesian people. In the production of PT. A rely entirely on third parties or vendors. This makes it important for PT. A to do risk management. In this study PT. A has six main problems that have 10 effects. Based on this, this study aims to prevent these problems from occurring by analyzing the entire supply chain fl ow of PT. A. Identification shows that there are 20 stages in the business process of PT. A which has 53 risk events and 80 risk agents. The results of the processing of HOR phase 1 obtained 16 priority risk agents which will be handled by PT. A by identifying the preventive action. Identification shows that there are 17 preventive actions that can mitigate priority risk agents. The results of HOR phase 2 processing obtained four priority preventive actions and will be weighted using AHP with predetermined criteria. The results of the AHP weighting are priority preventive actions that meet the three criteria.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Ash Shofiyah
"Resiliensi rantai pasok adalah faktor krusial bagi kinerja perusahaan logistik dan dapat ditingkatkan melalui upaya manajemen risiko rantai pasok. PT. BHS merupakan sebuah perusahaan logistik di Indonesia yang mengalami beberapa kendala pada operasi rantai pasoknya dengan pola berulang. Penelitian ini menerapkan metode Supply Chain Risk Management Process (SCRMP) untuk mengidentifikasi risiko pada rantai pasok PT. BHS dan merekomendasikan upaya mitigasi risiko rantai pasok, khususnya bagi risiko-risiko yang diprioritaskan, dengan memperhatikan beberapa faktor termasuk aspek ekonomis. Dari 30 risiko rantai pasok yang diidentifikasi, terdapat 19 risiko yang dikategorikan pada level tolerable. Didapatkan 7 risiko prioritas dengan nilai total indeks terbesar, yaitu keterbatasan kapasitas dalam memenuhi permintaan, kendala pencairan uang, keterbatasan opsi vendor, keterlambatan vendor reparasi, keterlambatan penerbitan sertifikat unit, kerusakan unit pasca pemakaian, serta long credit customer. Rekomendasi mitigasi untuk ketujuh risiko tersebut kemudian disusun guna meningkatkan kinerja dan resiliensi rantai pasok PT. BHS sebagai perusahaan logistik.

Supply chain resilience is a crucial factor for the performance of logistic companies and can be improved through supply chain risk management endeavor. PT. BHS is a logistic company located in Indonesia that encounters several problems along its supply chain operations on a repeating pattern. This research implements the method Supply Chain Risk Management Process (SCRMP) to identify risks within the supply chain of PT. BHS and construct supply chain risk mitigation recommendations, specially for prioritized risks, by taking a number of factors, including economical aspect, into consideration. Out of 30 supply chain risks that are identified, 19 risks are categorized as tolerable. A total of 7 prioritized risks with the biggest total index value are obtained as a result, comprising the risks of limited capacity in demand fulfillment, money disbursement problem, limited vendor options, reparation vendor tardiness, unit certification tardiness, unit damage post utilization, as well as long credit customers. Mitigation recommendations for these 7 risks are then constructed in order to improve the supply chain performance and resilience of PT. BHS as a logistic company."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Arsy Hiksas
"Indonesia telah salah urus menangani masalah sampah yang lebih dari setengah dari jumlah sampah plastik yang mereka hasilkan. Untuk mengatasi masalah lingkungan ini, daur ulang sampah plastik adalah salah satu pendekatan terbaik yang bermanfaat bagi lingkungan. PT. Tridi Oasis adalah salah satu sektor informal yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang diciptakan oleh pengelolaan limbah Indonesia yang buruk dan meningkatnya tingkat sampah plastik dengan berfokus pada daur ulang plastik PET. Di setiap perusahaan termasuk PT. Tridi Oasis, akan memiliki serangkaian proses rantai pasokan. Dan dalam setiap aktivitas rantai pasokan, perusahaan juga akan memiliki kesempatan untuk menghadapi risiko.Dengan risiko yang muncul karena tren terkini dan fakta PT. Rantai pasokan Tridi Oasis menjadi rantai pasokan daur ulang plastik, manajemen risiko untuk rantai pasokan mereka diperlukan untuk mengendalikan dan meminimalkan dampak buruk dari risiko pada perusahaan. Metode House of Risk (HOR) digunakan dalam penelitian ini. Tahap pertama HOR adalah identifikasi dan evaluasi risiko dan penyebabnya, dan tahap kedua adalah penciptaan strategi mitigasi risiko. Dari penelitian yang telah dilakukan, tahap identifikasi diperoleh 26 jenis risk events dan 31 risk agents. Menurut temuan pemrosesan HOR fase 1, ada 16 risk agents yang mencakup 80% dari diagram pareto, diurutkan berdasarkan peringkat pada Aggregate Risk Potential (ARP). Akhirnya, temuan pemrosesan HOR fase 2 mengungkapkan bahwa 24 langkah mitigasi diusulkan berdasarkan agen risiko dengan ARP tertinggi, dengan 12 direkomendasikan untuk diimplementasikan terlebih dahulu berdasarkan langkah-langkah mitigasi yang mencakup 80% dari diagram pareto yang diurutkan berdasarkan peringkat pada perhitungan Efektivitas terhadap Kesulitan Rasio (ETDk).

Indonesia has mismanaged handled waste problem which more than half of the amount of plastic waste they produce. To combat this environmental problem, Recycling plastic waste is one of the best approaches that benefit the environment. PT. Tridi Oasis is one of the informal sectors aims to solve problems created by Indonesia's poor waste management and rising rate of plastic waste by focusing on recycling PET plastic. In every company including PT. Tridi Oasis, will have a series of supply chain processes. And in every supply chain activity, a company will also have the opportunity to encounter a risk. With risks that appeared due to recent trend and the fact of PT. Tridi Oasis supply chain being a plastic recycling supply chain, a risk management for their supply chain is needed to control and minimize the adverse impact of the risks on the company. The House of Risk (HOR) method was utilized in this research. The first phase of HOR is the identification and evaluation of risk with its cause, and the second phase is the creation of risk mitigation strategies. From the research that has been done, the identification stage obtained 26 types of risk events and 31 risk agents. According to the findings of HOR phase 1 processing, there were 16 risk agents encompassing 80% of the pareto diagram, sorted by rank on Aggregate Risk Potential (ARP). Finally, the findings of HOR phase 2 processing revealed that 24 mitigation measures were proposed based on risk agents with the highest ARP, with 12 being recommended to be implemented first based on mitigation measures that cover 80% of the pareto diagram sorted by rank on Effectiveness to Difficulty Ratio (ETDk) calculations."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisah Trindita Ari
"Ditengah era Globlasisasi yang terjadi saat ini persaingan bisnis menjadi semakin ketat. Perkembangan Produk dan jasa menjadi salah satu ancaman bagi perusahaan untuk bisa berusaha bertahan. Industri kemasan saat ini menjadi industri dengan prospektifitas yang tinggi, hal ini menggambarkan perusahaan harus memiliki strategi untuk mempertahankan perusahaannya baik dari segi inovasi maupun strategi produksi. PT Samudra Montaz merupakan perusahaan manufaktur yang telah berdiri sejak tahun 1974 dan bergerak dibidang produksi kemasan dengan produk yang ditawarkan berputar pada kemasan yang bersifat non rigid atau fleksibel. Dengan perusahaan menjadikan Managemen resiko pada rantai pasok menjadi fokus utama maka pengaplikasian Metode House of Risk (HOR) digunakan dalam penelitian ini. Tahapan pertama HOR adalah mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko, sedangkan tahapan kedua adalah penciptaan strategi mitigasi risiko. Dari penelitian yang telah dilakukan, tahap identifikasi diperoleh 32 jenis risk events dan 24 risk agents. Hasil dari HOR fase 1, adalah 14 risk agents yang mencakup 80% dari diagram pareto, kemudian diurutkan berdasarkan peringkat pada Aggregate Risk Potential (ARP). Hasil dari pemrosesan HOR fase 2 adalah 15 aksi mitigasi yang, dengan 8 aksi mitigasi direkomendasikan untuk diimplementasikan terlebih dahulu berdasarkan langkah-langkah mitigasi yang mencakup 80% dari diagram pareto yang diurutkan berdasarkan peringkat pada perhitungan Efektivitas terhadap Kesulitan Rasio (ETDk).

In the midst of the globalization era that occurs, business competition becomes increasingly fierce . The Packaging Industry become one of the industries with the most prospective growth so company must have their own strategy to maintain both innovation and production strategy in order to prevent upcoming risks. PT Samudra Montaz is a manufacturing company that has been established since 1974 that produce packaging product that revolves around non-rigid or flexible packaging. With the company focusing risk management in their supply chain, the application of the House of Risk (HOR) method used in this study. The first stage of HOR is the identification and evaluation of the risk, while the second phase to made a risk mitigation strategies. From the research, the first stage obtain 32 types of risk events and 24 risk agents. The final results of the HOR phase 1 shows that there are 14 risk agents that cover 80% of the Pareto diagram. The result of the HOR 2 show that there are 15 mitigations action that proposed and with that said, there is 8 recommendation for the company to prioritazing these 8 mitigations action to be implemented based on the pareto diagram.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library