Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anita Dewi Prameswari
Abstrak :
Meningkatnya aktivitas dalam jaringan sepanjang lima tahun terakhir serta mudahnya akses teknologi mengubah gaya masyarakat global dalam memproduksi maupun mengonsumsi konten, termasuk dalam bidang hiburan seperti bermain gim. Genshin Impact menjadi salah satu role-playing game (RPG) yang meledak di pasaran termasuk di Indonesia. Dengan menggunakan konsep transmedia branding dari Tenderich, peneliti ingin menggali bagaimana implementasi elemen tersebut dalam kampanye yang dilakukan Genshin Impact. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis isi. Hasil penggalian menunjukan bahwa penerapan transmedia branding oleh Genshin Impact didominasi oleh aspek partisipasi, dimana mereka memanfaatkan budaya populer, artis yang terlibat, serta penggemar untuk meningkatkan keterlibatan mereka dalam mempromosikan gim tersebut; sedangkan aspek lainnya yaitu naratif dan brand lebih tidak dominan meski tetap digunakan. ......The growth of online activities in the last five years and the accessibility of technology have changed the way the global community produces and consumes content, including gaming. Genshin Impact became one of the role-playing-games (RPG) that exploded in the market, including Indonesia. By using the concept of transmedia branding from Tenderich, this paper would like to explore how the implementation of these elements in the campaign carried out by Genshin Impact. This research uses a qualitative approach with a content analysis method. The results show that the implementation of transmedia branding by Genshin Impact is dominated by the participation element, where they utilize popular culture, involving actresses and fans to increase their engagement in promoting the game; while the other aspects, namely narrative and brand, are less dominant even though they are still used.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Buckner, Marilyn
Abstrak :
This issue describes the various types of simulations and offers guidelines on designing successful simulations. Inside you'll find tips for designing and conducting role plays.
Alexandria, VA: [American Society for Training and Development Press, American Society for Training and Development Press], 2001
e20435724
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Fanny Syawbriyanti
Abstrak :
Munculnya ruang-ruang interaksi baru di internet memungkinkan terciptanya computer-mediated discourse, mencakup penggunaan bahasa dalam berbagai bentuk percakapan. Tulisan ini akan mendeskripsikan bagaimana diskursus berkembang dalam komunitas permainan roleplay di Twitter sebagai sebuah discourse community untuk mencapai tujuan kolektif. Secara umum, terdapat tiga sub-kelompok berdasarkan penggunan bahasa dalam komunitas roleplay ini, meliputi roleplay Bahasa, roleplay English, dan roleplay bilingual. Fokus tulisan ini mengarah pada penggunaan Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia pada kelompok roleplay bilingual. Merujuk pada istilah yang dicetuskan oleh Jaworska (2015), yakni digital code play, tulisan ini menjelaskan praktik bahasa yang dilakukan oleh kelompok roleplay bilingual dengan memanfaatkan sumber daya tekstual dan visual yang tersedia di internet serta menciptakan kode-kode dalam berbagai situasi percakapan secara kreatif untuk menjalankan perannya. Salah satu aspek yang berkontribusi dalam kode ialah online proxemics, meliputi pengaturan ruang dan jarak sosial untuk melakukan peralihan bahasa. Praktik bahasa ini juga dilandasi oleh ideologi bahasa terkait dikotomi in-context dan out-of-context dalam permainan roleplay, di mana penggunaan Bahasa Inggris seringkali diasosiasikan dengan kondisi in-context, yakni ketika pemain benar-benar terbenam dalam karakter artis. Sebaliknya, penggunaan Bahasa Indonesia seringkali merepresentasi kondisi out-of-context, yaitu ketika pemain melepaskan diri dari karakter artis tersebut untuk menunjukan aspek-aspek diri mereka di kehidupan nyata. Kendati demikian, kedua sisi bertentangan ini nampak melebur dalam pembentukan identitas pemain roleplay bilingual yang tercermin pada diskursus "decent roleplayer". Oleh karena itu, tulisan ini juga mengeksplorasi hubungan antara praktik bahasa dengan identitas melalui cara-cara pemain roleplay memposisikan dirinya dalam interaksi. ...... The rise of new interaction spaces on the internet opens to creation of computermediated discourse, which includes language use in various forms of conversation. This paper describes how discourse is developed by role-playing game community on Twitter as a discourse community to achieve their goals. Generally, there are three different subgroups base on the language they use, comprises Bahasa role-players, English roleplayers, and bilingual role-players. Focus of this paper directs to the use of English and Bahasa Indonesia among bilingual role-players. Referring to the term digital code play pioneered by Jaworska (2015), this paper examines the language practice performed by bilingual role-players by utilizing both textual and visual resources available on the internet as well as creatively developing codes in various speech situations through which they play their roles. One of the contributing aspects of these codes is online proxemics, which involves arrangement of space and social distance for speakers to switch between languages. This language practice also stands on language ideologies regarding a dichotomy of "in-context" and "out-of-context" in role-playing game that the use of English is commonly associated with "in context" situation in which players are entirely immersed into their character. On the other hand, the use of Bahasa Indonesia often represents "out-of-context" condition in which players detach themselves from their character to show some aspects of their self in real life. However, these opposing poles seem to merge in the identity construction of bilingual role-players as reflected on "decent role-player" discourse. Therefore, this paper also explores the relationship between language practice and identity through the ways bilingual role-player position themselves in interactions.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanif Abdurrahman
Abstrak :
Makna sosial bermain sebagai sesuatu yang tidak produktif, sukar dikendalikan, bebas, dan didorong kesenangan, berlawanan dengan identitas sosial orang dewasa yang dihargai masyarakat: produktif, dapat mengatur diri sendiri, dan patuh pada norma (Deterding, 2017). Di lain sisi, masyarakat memandang bermain sebagai hak dan fase yang harus dilalui oleh anak-anak untuk tumbuh dan berkembang. Pandangan masyarakat terhadap bermain dan anak-anak memiliki dampak yang dapat ditemukan pada bagaimana ruang bermain dirancang. Hal ini menimbulkan sebuah pertanyaan. Jika terdapat perbedaan pada bermain bagi anak-anak dan bagi orang dewasa, bagaimana bermain bagi orang dewasa, khususnya pada play pleasure dengan jenis role-playing, bermanifestasi pada ruang? Untuk menjawab pertanyaan ini, dilakukan studi kasus pada role-playing game: Dungeons & Dragons, sebagai permainan dengan genre yang digemari oleh orang dewasa. Dari hasil observasi studi kasus, ditemukan ruang bermain bagi orang dewasa memiliki karakteristik meminimalisir timbulnya rasa malu dengan: (1) meningkatkan immersion melalui atmosfer, dan dengan (2) menyediakan indikator framing yang sesuai. Manifestasi pada ruang bermain akan mengambil bentuk yang terikat erat dengan konteks dari permainan dan grup pemain itu sendiri. Pernyataan ini menunjukkan bahwa, walaupun peran yang diambil oleh ruang sama, bentuk manifestasi pada ruang bermain akan berubah seiring dengan berubahnya tiga hal: (1) konteks dari pemain, (2) genre atau play-pleasure permainan, dan (3) kebutuhan spesifik dari permainan itu sendiri. ......The social meaning of playing as something that is unproductive, difficult to control, free, and driven by fun, is contrary to the social identity of adults who are valued by society: productive, self-regulating, and obedient to norms (Deterding, 2017). On the other hand, society views play as a right and a phase that children must go through to grow and develop. People's views of play and children have a found impact on how play spaces are designed. This raises a question. If there is a difference in playing for children and for adults, how will play for adults, especially in the role-playing type of play pleasure, manifest in space? To answer this question, a case study was conducted on the roleplaying game: Dungeons & Dragons, as a game with a genre favored by adults. From the results of case study observations, it was found that a playspace for adults has the characteristics of minimizing the emergence of embarrassment by: (1) increasing immersion through the atmosphere, and by (2) providing appropriate framing indicators. Manifestations in the playroom will take forms that are closely tied to the context of the game and the group of players themselves. This statement shows that, even though the role taken by the space is the same, the form of manifestation in the playing space will change as three things change: (1) the context of the player, (2) the genre or play-pleasure of the game, and (3) the specific needs of the game itself.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qoonitah Amiza Rahma
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai analisis resepsi tentang penggambaran perpustakaan dan pustakawan pada role playing game (RPG), Genshin Impact, khususnya Rumah Daena sebagai perpustakaan terbesar dan Lisa sebagai pustakawan pada Perpustakaan Ksatria Favonius. Melalui Genshin Impact, pemaknaan perpustakaan dan pustakawan diteliti melalui pendekatan yang berbeda dari penelitian dalam media lainnya. Penulisan ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi resepsi dan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam. Penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling dengan lima informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) informan sebagai pemain memberikan makna bahwa Perpustakaan Ksatria Favonius dan Rumah Daena memiliki peraturan dan fungsi yang sama seperti perpustakaan asli; dan (2) Lisa dan Katayoun sebagai pustakawan, menurut informan digambarkan lebih ramah serta profesional dibandingkan dengan pustakawan asli meski dijelaskan dalam dialog bahwa Lisa terkadang malas dan Katayoun sering mengeluh. Dapat disimpulkan bahwa penggambaran perpustakaann dan pustakawan dalam Genshin Impact menghadirkan kesan positif yang diharapkan dapat meningkatkan pandangan pengguna perpustakaan yang sebelumnya negatif terhadap perustakaan dan pustakawan di dunia nyata. ......This study discusses reception analysis regarding the depiction of libraries and librarians in the role-playing game (RPG) Genshin Impact, especially House of Daena as the most extensive library and Lisa as the librarian at the Knights of Favonius Library. Through Genshin Impact, the description of libraries and librarians is examined through a different approach from research in other media. This writing uses a qualitative method with a reception study approach and data collection techniques in the form of in-depth interviews using a purposive sampling technique with five informants. The results showed that (1) the informant, as a player, had the view that the Knight of Favonius Library and House of Daena had the same rules and functions as the original library; and (2) Lisa and Katayoun, as librarians, described as more friendly and professional than the original librarians even though it was explained that Lisa was sometimes lazy and Katayoun often complained. The depiction of libraries and librarians in Genshin Impact presents a favorable impression expected to increase the views of library users who were previously hostile towards libraries and librarians in the real world.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muthiah Muthmainnah
Abstrak :
Penggambaran tentang pustakawan dan perpustakaan dalam budaya media telah banyak dilakukan, namun masih jarang ditemukan penelitian yang menggunakan media game. Salah satu game bergenre RPG atau role playing game yang dapat menggambarkan peran pustakawan dan perpustakaan sekolah adalah game Persona 5 Royal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana peran pustakawan serta fungsi perpustakaan sekolah yang ada di dalam game Persona 5 Royal. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode analisis wacana kritis dari Jager dan Maier. Hasil temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggambaran peran student librarian di dalam game Persona 5 Royal sudah sesuai dengan teori dan tujuan sebenarnya dari student librarian, namun profesionalisme karakter student librarian tersebut masih dinilai kurang karena adanya diskriminasi sosial terhadap murid baru yang memiliki reputasi negatif. Di sisi lain, penggambaran fungsi perpustakaan sekolah dalam game ini dinilai sudah cukup sesuai dengan teori dan standar perpustakaan sekolah. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa peran student librarian dan fungsi perpustakaan sekolah Akademi Shujin secara tidak langsung memiliki peran penting bagi keberlangsungan alur cerita sejati dari game Persona 5 Royal. ......The depiction of librarians and libraries in media culture has been extensively explored, yet research utilizing gaming media still needs to be explored. One role-playing game (RPG) that portrays the roles of librarians and school libraries is Persona 5 Royal. The purpose of this study is to describe the roles of student librarian and the functions of school libraries depicted in Persona 5 Royal. This qualitative research employs the method of critical discourse analysis proposed by Jager and Maier. The findings of this study indicate that the portrayal of student librarians in Persona 5 Royal aligns with the theoretical and actual objectives of student librarians. However, the professionalism of the student librarian character is considered lacking due to instances of social discrimination against new students with negative reputations. On the other hand, the portrayal of the functions of the school library in the game is deemed sufficiently consistent with the theories and standards of school libraries. This research concludes that the role of the student librarian and the functions of the Shujin Academy school library indirectly play a significant role in the actual storyline of the game Persona 5 Royal.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Supartinah
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan meningkatkan keterampilan dan penguasaan keterampilan berbicara bahasa Jawa ragam Krama. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan subjek seluruh siswa kelas VI SDN Keputran X Yogyakarta. Kegiatan penelitian meliputi penetapan masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan interpretasi, refleksi, evaluasi dan refleksi, serta simpulan. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan penilaian. Analisis data dilakukan dengan analisis statistik deskriptif. Berdasarkan penelitian, dapat disimpulkan bahwa (1) penerapan pendekatan STAD dalam role playing untuk pembelajaran berbicara bahasa Jawa ragam Krama dapat meningkatkan prestasi berbicara siswa sesuai dengan adanya peningkatan nilai rata-rata sebesar 5 poin, yaitu dari 55 menjadi 60 dan (2) meningkatkan motivasi siswa dalam belajar berbicara bahasa Jawa sesuai dengan adanya peningkatan motivasi sebesar 33%, yaitu dari 62% menjadi 95%.
Yogyakarta: Balai Bahasa Propinsi daerah Istimewa Yogyakarta, 2010
407 WID 38:2 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library