Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Buku ini bercerita ttg aliansi rambut merah, organisasi yang mencurigakan kelompok detektif ilmiah tales runner mengungkapkan rahasi itu!"
Jakarta: Elex Media Komputindo, 2013
741.5 ALI
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aliya Khairunnisa
"Aktivitas fisik merupakan salah satu aktivator stimulus simpatis yang berpengaruh pada komposisi saliva, termasuk Streptococcus mutans-binding salivary protein SMBSP. Interaksi antara SMBSP dengan bakteri rongga mulut dapat memfasilitasi atau menghambat pertumbuhan biofilm S. salivarius. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek pemberian SMBSP dari subjek pelari dan non-pelari terhadap pertumbuhan biofilm S. salivarius. Metode pengelompokkan subjek pelari dan non-pelari dikelompokkan menggunakan metode subjektif melalui riwayat lari dan metode objektif melalui uji kapasitas kebugaran VO2max. SMBSP didapatkan melalui interaksi protein saliva pelari dan nonpelari dengan bakteri S. mutans. Uji pertumbuhan biofilm bakteri S. salivarius ATCC 9222T dilakukan dengan pewarnaan crystal violet selama waktu inkubasi 3 jam dan 24 jam. Data dianalisis menggunakan uji One-way ANOVA dan Kruskal Wallis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan biofilm S. salivarius dengan pemberian SMBSP pelari meningkat namun tidak signifikan p>0.05 pada waktu 3 jam dan 24 jam, sedangkan dengan pemberian SMBSP non-pelari meningkat signifikan pada waktu 3 jam p le;0.05 dan meningkat tidak signifikan p>0.05 pada waktu 24 jam. Kesimpulan dari penelitian ini adalah SMBSP dari subjek pelari tidak memiliki efek menghambat terhadap pertumbuhan biofilm S. salivarius, sedangkan dari subjek nonpelari efektif memfasilitasi pertumbuhan biofilm S. salivarius pada waktu inkubasi 3 jam.

Physical exercise is a strong activator of the sympathetic nervous system which may affect saliva composition, including Streptococcus mutans binding salivary protein SMBSP. SMBSP interaction with oral bacteria may facilitate or inhibit the growth of S. salivarius biofilm. The aim of the study was to analyze the effect of SMBSP from runners and non runners towards S. salivarius biofilm growth. The methods used for runner and non runners grouping were a running history subjective method and VO2max fitness capacity test objective method. SMBSP was obtained by the interaction of both groups salivary protein with S. mutans. Biofilm growth assay of S. salivarius ATCC 9222T was conducted using crystal violet staining in 3 and 24 hours incubation time. The data were analyzed using One way ANOVA and Kruskal Wallis test. There was an increased growth of S. salivarius biofilm added by the runners rsquo SMBSP although not significant p 0.05 both in 3 and 24 hours incubation time. Meanwhile, when added by non runners rsquo SMBSP, the S. salivarius biofilm growth increased significantly p le 0.05 at 3 hours incubation time. This results suggested that the SMBSP from runners does not inhibit S. salivarius biofilm growth, while that from the non runners facilitates S. salivarius biofilm growth at 3 hours incubation time.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifiya Padmadia
"Olahraga merupakan aktivator stimulus simpatis yang dapat mempengaruhi sekresi saliva sehingga menyebabkan peningkatan viskositas dan konsentrasi protein saliva, salah satunya Streptococcus mutans-binding salivary protein.
Tujuan: Menganalisis pengaruh S. mutans-binding salivary protein yang diisolasi dari subjek pelari dan nonpelari terhadap pertumbuhan biofilm Streptococcus gordonii.
Metode: Pemilihan subjek pelari dan nonpelari ditetapkan berdasarkan metode subjektif melalui riwayat lari dan metode objektif melalui pengukuran VO2max. S. mutans-binding salivary protein didapatkan melalui interaksi protein saliva pelari dan nonpelari dengan bakteri S. mutans. Uji pertumbuhan biofilm bakteri S. gordonii ATCC 10558T dilakukan dengan pewarnaan crystal violet. Data yang didapat kemudian dianalisis dengan uji statistik menggunakan uji One-way ANOVA.
Hasil: Pertumbuhan biofilm S. gordonii pada S. mutans-binding salivary protein pelari meningkat tetapi tidak signifikan p>0.05 baik pada waktu 3 jam maupun 24 jam. Pertumbuhan biofilm S. gordonii pada S. mutans-binding salivary protein nonpelari tidak signifikan p>0.05 pada waktu 3 jam kemudian meningkat signifikan p 0.05 pada waktu 24 jam.
Kesimpulan: S. mutans-binding salivary protein dari subjek pelari tidak memiliki pengaruh dalam menghambat pertumbuhan biofilm S. gordonii, sedangkan protein saliva dari subjek nonpelari efektif memfasilitasi pada fase maturasi.

Physical exercise is a strong activator of sympathetic stimuli which may affect salivary secretion by increasing viscosity and concentration of salivary protein, including Streptococcus mutans binding salivary protein. Salivary protein may act as antimicrobial agent or may facilitate the growth of biofilm.
Objective: to analyze the impact of S. mutans binding salivary protein from runners and from non runners to biofilm growth of S. gordonii.
Methods: Runners and non runners were selected based on running history and VO2max test. S. mutans binding salivary protein was obtained through the interaction of runners and non runners salivary protein with S. mutans. Biofilm growth assay of S. gordonii ATCC 10558T was conducted using crystal violet staining. The data obtained was statistically tested using One way ANOVA test.
Results: Biofilm growth of S. gordonii in runners group is insignificantly increased p 0.05 either in three hour or twenty four hour incubation. Meanwhile, biofilm growth of S. gordonii in non runners group is significantly increased after twenty four hour incubation p 0.05 .
Conclusion: S. mutans binding salivary protein from runners has no inhibition effect on biofilm growth of S. gordonii, while that from non runners facilitates biofilm growth of S. gordonii at maturation phase.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifka Amanda Putri
"Latar Belakang : Aktivitas fisik pada saat melakukan olahraga lari menstimulasi saraf simpatik yang dapat mempengaruhi sekresi dan komposisi saliva, termasuk salah satunya Streptococcus mutans-Binding Salivary Protein Protein saliva berperan dalam menghambat atau memfasilitasi pembentukan biofilm.
Tujuan : Menganalisis pengaruh Streptococcus mutans-Binding Salivary Protein terhadap pembentukan biofilm P. gingivalis.
Metode : Pemilihan subjek pelari dan nonpelari ditetapkan berdasarkan pengukuran VO2max dan riwayat lari rutin. Profil protein Streptococcus mutans-Binding Salivary Protein ATCC 25175 pada pelari dan nonpelari diidentifikasi dengan uji SDS PAGE. Uji pembentukan biofilm P. gingivalis ATCC 33277 dilakukan dengan pewarnaan crystal violet. Data yang didapat kemudian diolah menggunakan uji korelasi.
Hasil : Streptococcus mutans-Binding Salivary Protein memfasilitasi pembentukan biofilm P. gingivalis ATCC 33277, baik pada waktu inkubasi 3 jam maupun 24 jam.
Kesimpulan : Streptococcus mutans-Binding Salivary Protein yang diisolasi dari subjek pelari dan nonpelari memfasilitasi pembentukan biofilm P.gingivalis terhadap pembentukan biofilm P. gingivalis ATCC 33277.

Background : Physical activity during exercise induced sympathetic stimuli which may affect the secretion and composition of saliva, including anti S.mutans salivary protein. Salivary protein may act as inhibitor or facilitator on biofilm formation.
Objective : To analyze the effect of Streptococcus mutans Binding Salivary Protein towards the formation of Porphyromonas gingivalis biofilm.
Method : The runners and non runners subjects were selected using VO2max measurement and running routine history. Streptococcus mutans Binding Salivary Protein profile from the runners and non runners group were identified using SDS PAGE method. Biofilm assay with crystal violet was used to test the formation of P. gingivalis ATCC 33277. Data was done using correlation test.
Result : Streptococcus mutans Binding Salivary Protein facilitate P. gingivalis biofilm formation on 3 and 24 hours incubation time.
Conclusion : Streptococcus mutans Binding Salivary Protein from runners and non runners facilitate P. gingivalis ATCC 33277 biofilm formation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fracella Putri
"Latar Belakang: Berlari merupakan pilihan olahraga yang semakin banyak diminati, namun seringkali menyebabkan cedera khususnya pada pergelangan kaki. Ligamen lateral pergelangan kaki merupakan bagian yang paling sering mengalami cedera. Kejadian cedera yang berulang dapat mengakibatkan terjadinya instabilitas pergelangan kaki kronis yang dapat mengganggu fungsi keseimbangan. Kinesio taping merupakan pendekatan baru yang dapat digunakan untuk meningkatkan fungsi keseimbangan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efek kinesio taping dengan teknik Ankle Balance Taping (ABT) dan Sham disertai latihan penguatan otot pada pelari dengan instabilitas pergelangan kaki kronis. Metode: Studi intervensi pada pelari dengan instabilitas pergelangan kaki kronis yang berusia 17-35 tahun dengan status gizi normal. Subjek dibagi ke dalam kelompok ABT dan kelompok Sham. Kedua kelompok juga diberikan latihan penguatan otot kaki dan tetap berlari. Fungsi keseimbangan kemudian diukur dengan Stork Test dan SEBT. Hasil: Didapatkan 36 subjek yang memenuhi kriteria penerimaan. Rerata usia pada kelompok perlakuan adalah 24.37 tahun dan kelompok kontrol 27.47 tahun (p<0.05). Setelah mendapatkan taping dan latihan penguatan otot kaki selama 3 minggu didapatkan perbaikan jarak jangkauan pada arah anterior, posteromedial dan posterolateral pada pemeriksaan SEBT di kelompok perlakuan, dan perbaikan pada arah posteromedial pada kelompok kontrol. Untuk keseimbangan statis diadapatkan perbaikan pada kedua kelompok (p<0,05). Kesimpulan: Pemberian Ankle Balance Taping (ABT) dan latihan penguatan otot kaki efektif dalam meningkatkan keseimbangan statis dan dinamis pada pelari dengan instabilitas pergelangan kaki kronis.

Background: Running is one of sport choices that is increasingly in interest, but often causes injury especially to the ankles. The lateral ankle ligament is the most frequently injured part. Recurring injuries can lead to chronic ankle instability that can interfere the balance function. Kinesio taping is a new approach that can be used to improve balance function. Therefore, this study aims to compare the effects of kinesio taping with Ankle Balance Taping (ABT) and Sham techniques accompanied by muscle strengthening exercises in runners with chronic ankle instability. Methods: Interventional studies of runners with chronic ankle instability aged 17- 35 years with normal nutritional status. Subjects were divided into ABT groups and Sham groups. Both groups were also given exercises to strengthen foot muscles and keep running. The balance function is then measured by the Stork Test and SEBT. Results: There were 36 subjects who met the inclusion criteria. The mean age in the treatment group was 24.37 years and the control group was 27.47 years (p <0.05). After getting taping and leg strengthening exercises for 3 weeks, there was an improvement in the range of anterior, posteromedial and posterolateral direction in the SEBT examination in the treatment group, and improvement in the posteromedial direction in the control group. For static balance there was an improvement in both groups (p <0.05). Conclusion: Provision of Ankle Balance Taping (ABT) and leg strengthening exercises are effective in increasing static and dynamic balance in runners with chronic ankle instability."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library