Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1996
307.72 DIB
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"In connection with the findings about the phenomenon about the concept of 'introduction' earlier showing that the 'teacher' and 'friend' that became the first to introduce computer and linked to the way in recognizing the computer (how formal and informal) earlier, this seems possible because in the neighborhood community Fishermans village Untia, District Biringkanaya Makassar City that is not really the "smell" of fishermen, but "everyday life" they tend affected by the characteristics of their environment, for example, be related to factors of economy activity of society based on data monograph is not only fishermen but many other types of occupations. So with the conditions of infra structure, based on existing monograph data do indicate that the village location of this research is inclined as the village is easily accessible to other areas. Thus the village is indeed tend to be very open to the influx of influences from outside the fishing village. In the context of the question, so the 'teachers' and friends' was indeed so it is possible to be' first-party 'who introduced computers to the community Fishermans Village. Then, the problems associated with computer knowledge, then in relation findings that most respondents knew about the component output of computer and component inputs a computer, and only knew in general to certain types have been related storage computers, various applications, and computer operating system, then theoretically in the perspective of Cognitive Psychology, presumably it describes the results of the seaside village of respondents about "how they learn, memorize and recall information regarding the existence of a computer". While the picture indicates the relative lack of good knowledge about computers involves Component Output Computer, Components Computer Input, Component Storage, Variety of Applications and Operating Systems earlier, would also have to do with factors characteristic seaside village before, particularly in relation to data showing fisherman The occupation is as a fishing village.
Berkaitan dengan temuan menyangkut fenomena konsep ?pengenalan? yang memperlihatkan bahwa ?guru? dan ?teman? itu menjadi pihak yang pertama kali memperkenalkan komputer dan terkait dengan cara dalam mengenal komputer (cara formal dan informal ) sebelumnya, tampaknya ini dimungkinkan terjadi karena di lingkungan masyarakat Desa Nelayan kelurahan Untia, Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar itu memang tidak sepenuhnya ?berbau? nelayan, melainkan ?kehidupan sehari-hari? mereka itu bertendensi terpengaruh oleh karakteristik lingkungan mereka, misalnya terkait dengan faktor aktifitas ekonomi masyarakat yang berdasarkan data monografi memang bukan hanya nelayan melainkan banyak jenis okupasi lainnya. Begitu juga dengan kondisi infra struktur, berdasarkan data monografi yang ada memang mengindikasikan bahwa desa lokasi penelitian ini memang cenderung sebagai desa yang mudah diakses oleh daerah-daerah lain. Dengan demikian desa dimaksud memang cenderung sangat terbuka bagi masuknya pengaruh-pengaruh dari luar desa nelayan. Dalam konteks dimaksud, karenanya pihak ?guru dan teman? tadi memang jadi sangat dimungkinkan menjadi ?pihak pertama? yang memperkenalkan komputer kepada masyarakat Desa Nelayan. Kemudian, terkait dengan masalah pengetahuan komputer, maka dalam hubungan temuan bahwa umumnya responden tahu tentang komponen output komputer dan komponen input komputer, serta hanya tahu secara umum pada jenis-jenis
tertentu saja terkait storage komputer, ragam aplikasi, dan sistem operasi komputer, maka secara teoritis dalam perspektif Cognitive Psycholog , kiranya itu menggambarkan hasil responden desa pantai tentang ?bagaimana
mereka belajar, menghapal, dan mengingat kembali sebuah informasi menyangkut eksistensi komputer?. Sementara gambaran yang mengindikasikan relatif kurang baiknya pengetahuan responden tentang komputer menyangkut Komponen Output Komputer, Komponen Input Komputer, Komponen Storage, Ragam Aplikasi, dan Sistem Operasi tadi, kiranya ini juga ada hubungannya dengan faktor karakteristik desa pantai tadi, terutama dalam hubungannya dengan data yang memperlihatkan nelayan memang sebagai okupasi terbesar di desa nelayan."
Lengkap +
Peneliti pada Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Irformatika Makassar, 2016
607 JSKM 20:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Supriatna Djalimun
"Program Pengembangan Kecamatan adalah suatu program yang. bertujuan untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kemampuan kelembagaan masyarakat dan aparat melalui pemberian modal usaha untuk pengembangan kegiatan usaha produktif maupun pembangunan prasarana dan sarana yang mendukung ekonomi perdesaan, dimana masyarakat perdesaan diberikan kebebasan dart keleluasaan di dalam penentuan kegiatan yang akan dilaksanakan atas dasar kesepakatan dalam musyawarah kelompok. Hal ini merupakan wujud dari pemberdayaan masyarakat, karena masyarakat sendirilah yang akan melaksanakan program kegiatan maupun pelestariannya.
Kecamatan Prafi merupakan 1 (satu) dad 17 (tujuh belas) kecamatan di Kabupaten Manokwari yang sejak tahun 1999/2000 menjadi sasaran kegiatan PPK. Sehubungan dengan itu yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : bagaimarta implementasi pelaksanaan PPK di Kecamatan Prafi serta sejauh mana Program Pengembangan Kecamatan dapat menumbuhkan iklim demokratis.
Sedangkan secara umum yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menggambarkan implementasi pelaksanaan PPK di Kecamatan Prafi serta untuk mengetahui sejauh mana Program Pengembangan Kecamatan dapat menumbuhkan iklim demokratis.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Adapun teknik pengumpulan datanya melalui studi kepustakaan, wawancara dan observasi. Informan dalam penelitian ini adalah mereka yang terlibat langsung dengan PPK di Kabupaten Manokwari maupun di Kecamatan Prafi dengan jumlah informan sebanyak 11 orang yang terdiri dari Tim Koordinasi PPK Kabupaten I Kepala Kantor Pembangunan Masyarakat Desa Kabupaten Manokwari, Kansultan Manajemen Kabupaten Manokwari, Fasilitator Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Tokoh Perempuan dan Anggota Kelompok pria dan wanita.
Dari hasil pengamatan di lapangan serta wawancara dengan informan dapat disimpulkan bahwa melalui PPK telah dapat mengubah sistem perencanaan pembangunan yang selama ini lebih bersifat "Top Down" menjadi "Bottom up", program ini sendiri memberikan peluang kepada masyarakat untuk berperan secara aktif dan memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menentukan kegiatannya secara demokratis, masyarakat lokal telah dapat menerima dan memahami dengan cukup baik tentang PPK di Kecamatan Prafi. Demikian pula halnya dengan keterlibatan masyarakat lokal pada umumnya cukup baik. Disamping itu masyarakat telah dapat mengembangkan kegiatan usaha dengan memanfaatkan bantuan dana yang diterima melalui PPK untuk kegiataan ekonomi produktif, namun keterlibatan perempuan khususnya dari masyarakat asli dalam pertemuan masih kurang karena masih kuatnya pengaruh adat dan budaya mereka, Keterlibatan masyarakat dalam PPK ini lebih banyak didominasi oleh masyarakat pendatang dari pada masyarakat asli. Selain itu dalam proses perencanaan program melalui tahapan penggalian gagasan dapat berjalan dengan baik dan mencerminkan suasana atau iklim yang demokratis dimana pada saat musyawarah untuk menentukan kegiatan yang akan dilaksanakan terjadi adu argumentasi antar masyarakat namun semuanya dapat berjalan dengan baik demi kepentingan bersama.
Saran yang disampaikan agar pelaksanaan Program Pengembangan Kecamatan ini dapat memberdayakan masyarakat lokal guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat antara lain : dalam sosialisasi PPK melibatkan Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan Kepala Suku, diperlukan pendekatan budaya kepada masyarakat asli khususnya kaum perempuan, pelaksanaan PPK berdasarkan PTO Nasional perlu disesuaikan dengan kondisi geografis dan budaya masyarakat, memberikan motivasi dan dorongan melalui pemberian pelatihan keterampilan, melibatkan pihak ketiga untuk turut serta membantu masyarakat pedesaan untuk memasarkan hasil usahanya keluar daerah, agar lebih mengutamakan masyarakat asli yang terlibat dalam PPK, perlu dukungan sarana jalan dan penyediaan jaringan pipa air bersih."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T1313
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sediono M.P. Tjondronegoro
"ABSTRACT
Administrative and territorial units Indonesian villages and hamlets have, for the last decade or so increasingly come within the sphere of interest of both national and regional planners for the simple reason that a balanced and effective development strategy has to account for the rural hinterland where the majority of approximately 130 million people live. There seems to be a growing consciousness among both planners and other less professional policy makers that sustained economic development of the country would only be possible if villages and hamlets are successful in skillfully exploiting their resources and potencies, and thus becoming growth centers themselves. Therefore, in order that hamlets and villages be enabled to deploy and accelerate the pace of development appropriate measures will continue to be taken by the government. Its interference, having been a long accepted principle, is not the problem. However, where the shoe pinges is in the relative ignorance and lack of data about a good many aspects of rural life, in national and regional level planning boards, encompassing specific patterns of interacting social categories, e.g. institutions and more formal groupings as associations or corporate organizations. There is, moreover a lack of knowledge"
Lengkap +
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1977
D401
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggoro Yudo Mahendro
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai perkumpulan sosial dalam kaitannya
dengan negara. Dengan pendekatan keterlekatan (emededdness), kedua
elemen tersebut dilihat memiliki hubungan resiprokal dan tidak bisa dipisahkan.
Dalam konteks itu, perkumpulan sosial memiliki modal sosial dalam tiga bentuk;
ikatan (bonding), hubungan (bridging), dan pengkait (linking). Ketiga entitas
tersebut berkembang sesuai dengan latar belakang sejarah masyarakatnya,
sehingga di dalam setiap masyarakat akan ditemuan proporsi modal sosial yang
berbeda.
Dengan menggunakan penekatan kualitatif, pengambilan data didapatkan
melalui wawancara, observasi dan studi dokumen. Mengambil tempat di
Anambas, dikerenakan wilayah ini baru saja memiliki pemerintahan lokal baru
dengan beberapa karakteristik khas. Karakteristik khas tersebut antara lain; (1)
berada di perbatasan Indonesia, (2) wilayahnya kepulauan, (3) pemerintah lokal
memiliki APBD yang besar.
Ditengah upaya demokratisasi, pemerintah baik dalam tingkat nasional
maupun lokal berupaya untuk menciptakan masyarakat yang aktif, yang
termanifestasi dalam berbagai perkumpulan sosial. Desa Rintis memperlihatkan
bagaimana peran aktif pemerintah lokal, mampu memicu bermunculannya
perkumpulan sosial di tingkat desa. Hal ini dipahami karena pemerintah lokal
memiliki kekuatan struktural lewat regulasi yang dimilikinya untuk mempengaruhi
masyarakat. Selain itu pemerintah lokal juga menyediakan modal ekonomi
sekaligus modal kultural yang disertakan didalam proses relasional antara
negara dengan perkumpulan sosial. Kondisi ini menyebabkan, adanya inisiatif
dari beberapa anggota masyarakat untuk membentuk serta terlibat dalam
aktifitas perkumpulan sosial.
Ditinjau dari konsep modal sosial, perkumpulan sosial di Desa Rintis
memiliki modal sosial yang tidak seimbang antara bonding, bridging, dan linking.
Perkumpulan sosial kuat pada sisi linking, namun lemah pada sisi bonding dan
bridging. Oleh karenanya, perkumpulan sosial di Desa Rintis eksitensinya hanya
menggantung ke atas (negara). Dikatakan menggantung karena adanya upaya
aktif dari para pemimpin perkumpulan sosial yang ada untuk mengakaitkan diri
dengan negara. Kondisi ini merupakan umpan balik dari pola top-down yang
dikembangkan sebelumnya oleh negara.

ABSTRACT
This study discusses the social community in relation to the state. By
using approach embededdness, these two elements have seen a reciprocal
relationship and cannot be separated. In that context, social association has
social capital in Three forms: bonding, bridging, and linking. The Third entities are
developed in accordance with the historical background of the people, so that in
every society will be found the different proportion social capital.
By using qualitative approach, data collection obtained through interviews,
observation and document study. Took place in Anambas, because this region
has just had a new local government with some distinctive characteristics. Typical
characteristics include: (1) located on the border of Indonesia, (2) Island territory,
(3) the local government has a huge budget.
In the democratization efforts, the government both in the national and
local level strive to create an active community, which is manifested in a variety
of social associations. Desa Rintis shows how the active role of local
government, capable of triggering the emergence of social associations at the
village level. This is understandable because the local government has the
structural strength through its regulations to influence society.
Besides, local governments also provide cultural capitalas well as
Economic capital that is included in the relasional process between the state and
social associations. This condition causes, the initiative of some members of the
Community to form associations and engage in social activities.
Judging from the concept of social capital, social associations in the Desa
Rintis have social capital that is not balanced between bonding, bridging, and
linking. Strong social associations on the linking side and weak the bonding and
bridging side. Therefore, the existence of social associations in the village Rintis
just hang up (to the state). Said to hang because of the active efforts from the
leaders of the social associations to involve themselves with the state. This
condition is the feedback from the top-down pattern that developed earlier by the
state."
Lengkap +
2013
T35711
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Manipol
"Ketergantungan masyarakat pedesaan pada sumberdaya alam akan tetap tinggi, terutama sumberdaya lahan, sedangkan pemilikan tanah di kalangan petani makin menyempit. Kecenderungan penyempitan pemilikan lahan diakibatkan oleh pengalihan peruntukan lahan dari pertanian ke non pertanian. Pengalihan peruntukan lahan tersebut akan mengancam kehidupan masyarakat di desa. Jika sektor pertanian tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di desa, maka hal tersebut akan mendorong mereka mencari alternatif sumber penghasilan, yaitu sektor non pertanian di kota. Masyarakat pedesaan yang pada umumnya berpendidikan rendah dan kurang memiliki keterampilan akan menciptakan pengangguran di perkotaan yang kemudian menimbulkan penyakit sosial.
Dalam rangka mengurangi urbanisasi, diperlukan upaya yang dapat menciptakan supaya masyarakat tetap tertarik untuk hidup di desa. Salah satu upaya tersebut adalah melalui pembangunan pedesaan. Pembangunan tersebut bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata, tetapi juga menjadi tanggung jawab dunia usaha. Program pemberdayaan masyarakat Riau.
PT. RAPP adalah salah satu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan untuk membangun di wilayah operasinya. Program pemberdayaan tersebut di tuangkan dalam bentuk sistem pertanian terpadu (Integrated Farming System).
Permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah Adopsi Sistem pertanian terpadu yang dikembangkan perusahaan tersebut belum optimal. Faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi inovasi tersebut adalah pengetahuan sistem pertanian terpadu petani, luas pemilikan lahan, dan pendidikan formal petani.
Penelitian ini bertujuan untuk: (a.) Mengetahui apakah terdapat pengaruh positif pengetahuan sistem pertanian terpadu, luas pemilikan lahan, dan pendidikan formal petani secara bersama-sama pada adopsi sistem pertanian terpadu, (b) Mengetahui peringkat pengaruh variabel bebas terkuat terhadap adopsi sistem pertanian terpadu.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan metode survey. Penelitian dilakukan selama 3 bulan dari Januari 2003 sampai dengan Maret 2003 di Desa Tambak, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive. Penentuan jumlah sampel dengan Cara sampling acak sederhana dari 85 KK komunitas PPMR PT. RAPP di Desa Tambak, diambil 40 KK sebagai sampel. Data primer dikumpulkan dengan teknik wawancara dengan instrumen penelitian yang sudah dipersiapkan_ Sebelum pelaksanaan survey instrumen diuji cobakan pada 20 KK komunitas PPMR di lokasi penelitian untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen. Data yang diperoleh diuji normalitas, homogenitas, dan linearitasnya. Kemudian dianalisis dengan metode regresi berganda, dan koefisien korelasi ganda, dan korelasi parsial. Variabel-variabel penelitian adalah adopsi sistem pertanian terpadu (Y); Pengetahuan sistem pertanian terpadu (XI); Luas pemilikan lahan (X2); dan pendidikan formal petani (X3).
Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh yang positif pengetahuan sistem pertanian terpadu, luas pemilikan lahan, dan pendidikan formal petani secara bersama-sama pada adopsi sistem pertanian terpadu dengan persamaan regresi Y = 14,316 i-1,164X1 + 1,632 X2 + 0,0552 X3 yang sangat signifikan; urutan pengaruh kekuatan variabel dari variabel yang paling kuat sampai yang terlemah adalah Luas pemilikan lahan yang pertama, pengetahuan sistem pertanian terpadu yang kedua, dan pendidikan formal petani yang ketiga
Kesimpulan: (1) Terdapat pengaruh positif pengetahuan sistem pertanian terpadu, luas pemilikan lahan, dan pendidikan formal petani secara bersama-sama pada tingkat adopsi sistem pertanian terpadu, (2) Untuk meningkatkan adopsi sistem pertanian terpadu maka yang pertama-tama harus diperhatikan adalah luas pemilikan lahan, pengetahuan sistem pertanian terpadu, dan pendidikan formal petani.

Integrated Farming System Adoption (A Case Study: PT RAPP Riau Community Empowerment Program at Tambak Village, Langgam Resort, Pelalawan, District, Riau Province)The dependence of rural communities toward their natural resource will remain high, particularly for land resources while the land ownership by local farmers is getting narrow. The reason lies behind was the transformation of land use from traditional to modern agriculture system that have a tendency to narrowing the area of land ownership by locals. This will create threats to life and welfare of the villagers. If modem agriculture system fails to meet villagers' needs, they will make an effort to discover alternative income that definitely is a non-agriculture sector mainly set up in urban area. Lack of formal education background and skill possessed by rural community will direct them to be another unemployment that already exist in the cities and furthermore create social disease.
Effort to keep these villagers to live in their environment will strongly need to prevent their migration to urban area. One of the efforts is rural development, which is not only seen as government's responsibility but for business' sector as well. PT RAPP's community empowerment program is one example of social responsibility taken by the company to develop community in their operation area. The program then stated as Integrated Farming System.
Problem set for this research is that the adoption of integrating farming system developed by the company was not optimal yet. Influenced factors of this adoption were farmers' knowledge of integrating farming system, area of land ownership and farmers' formal education.
Objective of this research were a) to find out if there is positive influence of integrating farming system knowledge, together with area of land ownership and farmers' formal education to the adoption of integrating farming system, and b) to find out the rank of significance from independent variables to adoption of integrated farming system.
This research used qualitative and quantitative approaches with survey method and was conduct from January to March 2003. The research located at Tambak Village, Langgam Resort, Pelalawan District, Riau Province. The location established by using purposive method and sample size was taken using simple random sampling. The number of 48-house hold was taking from total 85-house hold from PPMR community of PT RAPP as respondents.
Instrument research used to collected primary data was questionnaire that prepared and tested to 20 respondents to find the reliability and validity of the instrument. Data collected then be tested their normality, homogeneity and linearity, and then statistically analyzed with multiple regression method, multiple regression correlation and partial correlation. Variables used were, adoption of integrating fanning system (Y); integrating farming system knowledge (XI), area of land ownership (X2) and the farmers' formal education (X3).
The result prove that there is positive influence of integrating farming system knowledge together with the area of land ownership and farmers' formal education to the adoption of integrating farming system with regression equation Y= 14,16 + 1,164X1 + 1,632X2 + 0,552X3 or the influence is significance. The factors put sequent by their significance from the strongest ones are, the area of land ownership, integrating farming system knowledge and farmers' formal education. Research conclusion are 1) There is positive influence of integrating fanning system knowledge, all together with area of land ownership and farmers' formal education to the adoption of integrating farming system; 2) To improve the adoption of integrating farming system, attention must put sequences from the area of land ownership, integrating farming system knowledge and farmers' formal education."
Lengkap +
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T 11062
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meinard Maya Safitri
"ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang kontribusi Gerakan Isson Ippin/ One Village One
Product terhadap upaya pemberdayaan masyarakat khususnya pada masyarakat
daerah rural yang ada di Prefektur Oita, Jepang Elemen elemen pemberdayaan
termasuk di antaranya keikutsertaan dan partisipasi masyarakat, terbukanya akses
akses berbagai informasi terbentuknya pembangunan kapasitas organisasi
masyarakat lokal dan pemerintah yang bertanggung jawab menjadi alat yang
digunakan untuk mengetahui kontnbusi pemberdayaan masyarakat dalam
kegiatan gerakan tersebut Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan
ketergantungan yang kuat dan masyarakat rural kepada pemenntah daerah
Dominasi pemenntah membenkan variasi pemberdayaan masyarakat dengan
karaktenstik berbeda dan berdm sendm dalam Gerakan Isson Ippin Prefektur Oita
sehingga implementasi gerakan hanya dapat dilakukan di prefektur tersebut.

ABSTRACT
This thesis discusses the contnbution of the One Village One Product Movement
m an effort as empowerment especially to people of rural areas at the existing
commumties of Oita Prefecture, Japan Empowerment elements mcludmg
mclusion and participation access to Information local orgamzational capacity
and accountability are responsible to be a tcol used to determine the contnbution
of empowerment withm activities of the movement The results indicate a strong
dependency relationship of rural society to the local govemment The dominance
of local govemment m providing vanety of strong guidances gives One Village
One Product Movement m Oita Prefecture as a distmct character and a stand alone
so that the implementation of the movement can only be done m the prefecture."
Lengkap +
2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan
"Untuk bisa memenuhi kebutuhannya, sebuah rumah tangga perlu menjalankan mata pencaharian. Komunitas transmigran di Desa Sungai Radak Satu merupakan komunitas yang di program oleh pemerintah untuk bekerja sebagai petani padi, namun karena adanya berbagai hambatan tidak memungkinkan mereka untuk menggantungkan hidup hanya dari bekerja sebagai petani padi saja. untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan pendapatan para komunitas transmigran di Desa Sungai Radak Satu harus menjalankan pekerjaan lain. Dalam memilih pekerjaan terdapat berbagai strategi yang dilakukan oleh masing-masing rumah tangga, ragam strategi ini didasarkan oleh berbagai faktor seperti aset dan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing rumah tangga. Skripsi ini menunjukkan ragam strategi yang dilakukan oleh Komunitas Transmigran di Desa Sungai Radak satu dalam menjalankan dan memilih mata pencaharian mereka. Penelitian yang dilakukan dengan metode kualitatif, data-data diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan etnografi. Penelitian menemukan bahwa komunitas transmigran di Desa Sungai Radak Satu beradaptasi dengan melakukan diversifikasi pada mata pencaharian tertentu untuk bertahan hidup dan menambah kekayaan.

A household must engage in livelihood in order to meet their necessities. The government has programmed the transmigration community in Sungai Radak Satu Village to work as rice farmers, however due to many obstacles, they are unable to rely solely on rice farming. The transmigration community in Sungai Radak Satu Village must rely on various sources of income to meet their necessities and improve their revenue. Each household employs a variety of strategy when it comes to selecting works. This sort of strategy is dependent on a number of criteria, including each household's assets and skills. This thesis will show the numerous strategy used by the transmigration community in Sungai Radak Satu Village to support themselves. Qualitative approaches are used in the research, and the data displayed are the findings of interviews, observations, and ethnographic methodologies.This study discovered that the transmigrant population in Sungai Radak Satu Village adapts to these circumstances by diversifying their livelihoods in order to survive and grow their wealth."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library