Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Silvy Daniel
Abstrak :
ABSTRAK
Bibir atas dan bibir bawah membentuk bagian bawah dari profil jaringan lunak wajah yang sangat erat hubungannya dengan gigi geligi. Untuk melakukan koreksi ortodonti pada pasien dengan profil cembung, perlu dipertimbangkan kemungkinan terjadinya perubahan jaringan lunak sebagai akibat perubahan posisi anteroposterior gigi insisif atas. Retraksi insisif atas, tidak diikuti perubahan kontur bibir secara proposional. Oleh karena itu dilakukan penelitian mengenai banyaknya pengaruh retraksi gigi insisif atas terhadap perubahan posisi bibir atas dan bibir bawah. Selain itu juga diteliti hubungan antara tebal bibir, over jet dan perubahan inklinasi insisif atas dengan perubahan posisi bibir tersebut. Penelitian ini merupakan suatu studi klinis retrospektif. Sampel terdiri dari 30 foto sefalometri pasien dengan maloklusi kelas I protrusi dental maksiler dan kelas II divisi 1, usia > 16 tahun yang diukur sebelum dan setelah selesai perawatan. Dan hasil penelitian didapat persamaan regresi, yaitu: perubahan bibir atas = 0,319 x banyaknya retraksi insisif atas (dalam milimeter) + 0,182, perubahan posisi bibir bawah = 0,526 x banyaknya retraksi insisif atas (dalam milimeter) + 0,448, perubahan posisi bibir bawah = 0,826 x perubahan posisi bibir atas (dalam milimeter) + 1,176. Tebal bibir, over jet dan perubahan inklinasi insisif atas tidak berhubungan dengan perubahan posisi bibir atas dan bibir bawah.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kolibonso, Susana Triana
Abstrak :
Penentuan hubungan maksila mandibula dalam arah sagital secara sefalometrik, dengan beberapa metoda pengukuran sering memberikan hasil yang berbeda. Penggunaan bidang referensi S-N dan Bidang oklusal adalah yang sering digunakan. Akan tetapi bidang oklusal (Wits) dan titik N (Nasion) dinyatakan merupakan titik yang tidak stabil. Bidang palatal dikatakan dapat digunakan untuk menentukan hubungan maksila mandibula dalam arah sagital, dan oleh beberapa peneliti dinyatakan bidang yang relatif stabil. Penelitian ini bertujuan untuk mengerahui apakah penilaian hubungan maksila mandibula dengan menggunakan referensi bidang SN dan oklusal memberikan hasil yang sama dan sesuai dengan bidang palatal. Sehingga bidang palatal dapat digunakan sebagai referensi alternatif. Penelitian ini berdasarkan analisa sefalometrik sudut ANB, dan nilai Wits yang dilakukan pada pasien yang datang di klinik Pasca Sarjana FKG UI. Kriteria sampel adalah pasien dengan nilai sudur ANB dan Wits menunjukkan maloklusi klas I dan belum pernah perawatan orthodonti. pada distribusi normal akan terlihat berapa besar dari keseluruhan sampel yang juga menunjukkan maloklusi klas I. Hasil penelitian menunjukkan ada sebanyak 32 sampel dari 35 sampel (91,4 %) rnenunjukkan adanya kesesuaian pengukuran antara App-Bpp terhadap ANB dan Wits. Hasil ini menunjukkan bahwa bidang palatal memberikan hasil yang konsisten, sehingga kemungkinan dapar digunakan sebagai alternatif dalam menentukan hubungan maksila mandibula dalam arah sagital.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sira Sappa Palambang
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang dan tujuan: Gambaran foramen neuralis servikal pada potongan aksial memiliki keterbatasan dan tidak memperlihatkan foramen secara en face. Pemeriksaan MRI servikal dengan menggunakan potongan sagital oblik memberikan visualisasi dan diagnosis stenosis foraminal yang lebih optimal karena pengambilan potongan tegak lurus terhadap foramen neuralis. Saat ini prosedur operasional standar pemeriksaan MRI servikal di RSCM belum menggunakan potongan sagital oblik, sehingga masih belum dapat memberikan visualisasi langsung yang jelas dari foramen neuralis servikal dikarenakan anatomi dari foramen neuralis servikal tersebut. Metode: Uji hipotesis dilakukan dengan uji nonparametrik Mc Nemar dan hubungan diagnostik antara kedua potongan dinilai dengan analisis Cohen rsquo;s Kappa. Hasil : Terdapat perbedaan bermakna antara diagnosis kategori stenosis berdasarkan potongan sagital oblik dengan aksial MRI servikal dengan nilai p=0,001. Pada analisis Cohen rsquo;s Kappa didapatkan nilai r = 0,248 dengan nilai p=0,000. Kesimpulan : Terdapat perbedaan diagnosis stenosis yang siginifikan pada potongan sagital oblik dengan aksial MRI servikal dengan tidak adanya kesesuaian diagnostik antara kedua potongan tersebut.
ABSTRACT
Background and Objective Axial images in cervical MRI examination has limitations in evaluating neural foramen and do not directly visualized it. Oblique sagittal images cervical MRI, that perpendicular to the neural foramen in axial images, provides optimal visualization and better diagnosis of foraminal stenosis grading. Currently, the standard operating procedures of the cervical MRI examination in RSCM are not yet using oblique sagittal images, so it still can not provide direct visualization of the cervical neural foramen due to the anatomy of the cervical foraminal. Method Hypothesis testing was done with Mc Nemar nonparametric test and diagnostic association between the two images was assessed by Cohen rsquo s Kappa analysis. Result There is significant diagnostic differences p 0,001 of stenosis grading using axial images and oblique sagittal images cervical MRI. In the analysis of Cohen rsquo s Kappa, obtained r 0,248 with p 0,000. Conclusions There is significant differences in the diagnosis of cervical foraminal stenosis between the oblique sagittal images and axial images and also there is no diagnsotic association between oblique sagittal and axial images.
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sira Sappa Palambang
Abstrak :
"ABSTRAK
" Latar Belakang : Gambaran foramen neuralis servikal pada potongan aksial memiliki keterbatasan dan tidak memperlihatkan foramen secara en face. Pemeriksaan MRI servikal dengan menggunakan potongan sagital oblik memberikan visualisasi dan diagnosis stenosis foraminal yang lebih optimal karena pengambilan potongan tegak lurus terhadap foramen neuralis. Saat ini prosedur operasional standar pemeriksaan MRI servikal di RSCM belum menggunakan potongan sagital oblik, sehingga masih belum dapat memberikan visualisasi langsung yang jelas dari foramen neuralis servikal dikarenakan anatomi dari foramen neuralis servikal tersebut.Metode : Pada penelitian ini, dievaluasi 23 subjek penelitian 5 orang laki-laki, 18 orang perempuan, dengan rerata usia 57 tahun yang menjalani pemeriksaan MRI servikal di RSCM. Sebanyak total 138 foramen dianalisis dari C4-5 sampai C6-7 untuk mengetahui perbedaan diagnosis derajat stenosis foraminal servikal pada potongan aksial dengan potongan sagital oblik MRI servikal. Uji hipotesis dilakukan dengan uji nonparametrik Mc Nemar dan hubungan diagnostik antara kedua potongan dinilai dengan analisis Cohen rsquo;s Kappa.Hasil : Terdapat perbedaan bermakna antara diagnosis kategori stenosis berdasarkan potongan sagital oblik dengan aksial MRI servikal dengan nilai p=0,001. Pada analisis Cohen rsquo;s Kappa didapatkan nilai r = 0,248 dengan nilai p=0,000.Kesimpulan : Terdapat perbedaan diagnosis stenosis yang siginifikan pada potongan sagital oblik dengan aksial MRI servikal dengan tidak adanya kesesuaian diagnostik antara kedua potongan tersebut. "
" "ABSTRACT
"Background Axial images in cervical MRI examination has limitations in evaluating neural foramen and do not directly visualized it. Oblique sagittal images cervical MRI, that perpendicular to the neural foramen in axial images, provides optimal visualization and better diagnosis of foraminal stenosis grading. Currently, the standard operating procedures of the cervical MRI examination in RSCM are not yet using oblique sagittal images, so it still can not provide direct visualization of the cervical neural foramen due to the anatomy of the cervical foraminal.Method In this study, we evaluated 23 people 5 males and 18 females, mean age 57 years who visited RSCM and underwent cervical MRI. A total of 138 foramina were analysed from C4 5 to C6 7 both sides, based on axial images and oblique sagittal images to determine the diagnostic differences in cervical foraminal stenosis. Hypothesis testing was done with Mc Nemar nonparametric test and diagnostic association between the two images was assessed by Cohen rsquo s Kappa analysis.Result There is significant diagnostic differences p 0,001 of stenosis grading using axial images and oblique sagittal images cervical MRI. In the analysis of Cohen rsquo s Kappa, obtained r 0,248 with p 0,000Conclusions There is significant differences in the diagnosis of cervical foraminal stenosis between the oblique sagittal images and axial images and also there is no diagnsotic association between oblique sagittal and axial images.
2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Mac Theda
Abstrak :
ABSTRAK
Pendahuluan: Kelengkungan sagital tulang belakang memiliki fungsi dalam menjaga distribusi beban aksial terutama pada saat berdiri. Parameter balans sagital mencakup pelvic tilt (PT), pelvic incidence (PI), sacral slope (SS), lumbar lordosis (LL), dan C7 plumb line distance (C7PL). Perubahan tersebut menyebabkan keluhan nyeri dan deformitas. Penelitian sebelumnya menyebutkan ketidakseimbangan sagital pasca fusi berhubungan dengan prognosis klinis yang buruk. Penelitian ini menggunakan skoring IDO untuk luaran klinis. Penelitian ini menilai hubungan parameter balans sagital dengan perbaikan klinis yang dibandingkan sebelum dan sesudah operasi, serta melihat koreksi dari parameter balans sagital sebelum dan sesudah operasi. Metode: Pengambilan data dilakukan di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan metode Cohort. Subjek adalah 31 orang, pria dan wanita dewasa yang dilakukan fusi lumbal pada Januari 2016 sampai Juli 2017. Pasien mengisi kuisioner IDO dan menjalani pemeriksaan xray whole spine sebelum dan setelah fusi lumbal. Peneliti melakukan analisis skor IDO dan parameter balans sagittal menggunakan program Surgimap. Hasil: Didapatkan hubungan yang tidak bermakna secara statistik antara PT, LL, C7PL. Sedangkan PI dan SS menunjukkan hubungan bermakna secara statistik. Koreksi parameter balans sagital setelah fusi lumbal tidak ditemukan hasil yang signifikan secara statistik. Pembahasan: Dari penelitian sebelumnya di Indonesia didapatkan PI dan C7PL yang berhubungan dengan luaran klinis. Namun pada penelitian ini didapatkan PI dan SS yang bermakna secara statistik terhadap perbaikan klinis. Tidak didapatkan hasil yang signifikan untuk koreksi parameter balans sagital pasca fusi lumbal. Hal ini dikarenakan karena sulitnya untuk mengevaluasi koreksi pada saat intraoperatif.
ABSTRACT<>br> Introduction: Normal anatomy of the spine curvature has a function to distribute axial loading. Sagittal balance parameters consist of pelvic incidence (PI), pelvic tilt (PT), sacral slope (SS), lumbar lordosis (LL) and C7 plumb line distance (C7PL). Changes on these parameters may cause pain and other disabilities. The author used ODI score to measure clinical outcome. The goal of this research is to show the correlation between the parameter of sagittal balance with clinical outcome that is measured using ODI score taken before and after surgery and to show whether the sagittal balance parameters are corrected post operatively. Methods: Data collection was taken in dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. The study design is analytic observational with cohort. The subjects were 31, consist of male and female adult that undergo lumbar fusion during January 2016 until July 2017. All patients got whole spine xray and fill the ODI score questionnaire before and after the surgery. The sagittal balance parameters was measured using Surgimap software.Results The results showed that there was no significant relationship between PT, LL, C7PL with improvement of the patients statistically. There was a significant relationship between PI and SS with improvement of the patients statistically. There was no statistically significant correction of the sagittal balance parameters post operatively. Discussion: Previous study in Indonesia showed PI and C7PL were significant clinically. But this study concluded PI and SI that influence the clinical outcome. We found that the current surgical technique did not correct the sagittal balance parameters. This may be caused by the difficulty to monitor the correction intraoperatively.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin Ardian Noor
Abstrak :
Pendahuluan: Rekonstruksi anatomi dan biomekanik panggul yang akurat sangat penting untuk mendapatkan luaran klinis yang optimal pasca THR. Kesejajaran stem femur yang sesuai berperan dalam mendapatkan luaran yang diharapkan, terutama mencegah terjadinya impingement dan loosening. Meski demikian, tilting stem femur pada bidang sagital belum banyak diteliti dan pengaruhnya pada luaran klinis dan radiologis masih belum jelas. Pada studiini, peneliti ingin mengevaluasi posisi stem femur pada bidang sagital pasca THR cementless dan menganalisis hubungannya dengan luaran klinis dan parameter radiologis pascaoperasi. Metode: Studi analitik observasional dengan desain potong lintang dilakukan pada total 71 panggul (67 pasien, usia 18-85 tahun) yang telah dilakukan prosedur THR cementless di dua pusat orthopedi di Jakarta, Indonesia. Semua panggul dioperasi dengan teknik anterolateral atau posterior dan menggunakan implan dengan desain extended/full- coating wedge tapered stem (Corail, Depuy) atau proximal-coated wedge tapered stem (EcoFit, Implantcast; M/L Taper, Zimmer). Evaluasi dilakukan pada satu waktu dengan median 1,1 tahun (13,7 bulan). Luaran klinis dievaluasi menggunakan penilaian dengan kusioner mHHS, nilai VAS pada nyeripaha depan, dan penilaian derajat lingkup gerak sendi panggul. Kesejajaran sagital stem femurdan variabel radiologis lainnya diukur dari foto polos pelvis dan femur. Subjek dibagi ke dalam3 grup (anterior tilt, netral, dan posterior tilt) dan dilakukan analisis luaran pada ketiga grup tersebut. Pada studi ini, peneliti juga melakukan studi bivariat antara kesejajaran sagital stem femur dengan morfologi femur, approach, dan desain implan untuk melihat efeknya terhadapposisi stem. Hasil: Nilai median kesejajaran sagital stem adalah 2o (-4,3o – 7.2o) dengan posisi stem netralditemukan lebih banyak dibandingkan stem yang mengalami tilting (54,9% vs. 45,1%). Tidakditemukan perbedaan bermakna antara skor mHHS, nilai VAS nyeri paha, dan derajat ROM diantara ketiga grup stem alignment. Nilai anteversi dan offset implan pasca prosedur juga tidakdipengaruhi oleh posisi stem femur. Studi ini menemukan beberapa faktor yang mempengaruhi kesejajaran sagital stem yang bermakna secara statistik. Uji regresi linier pada morfologi femurmendapatkan bahwa setiap penambahan sudut kelengkungan anterior femur (femoral tilt) 1o berpotensi meningkatkan tilting stem femur sebesar 0,69o ke posterior (Coeff. = 0,502). Posisistem netral lebih banyak ditemukan pada approach anterolateral dibandingkan posterior(56,9% berbanding 50%; p=0,000). Anterior tilt ditemukan hanya pada approach posterior dansebaliknya posterior tilt ditemukan lebih banyak pada approach anterolateral approach (43,1%berbanding 20%). Deviasi stem juga ditemukan lebih besar secara proporsi pada proximal- coated stem dibandingkan dengan fully-coated stem (66,6% berbanding 37,7%; p=0,000). Kesimpulan: Perbedaan kesejajaran stem femur di bidang sagital tidak mempengaruhi luaran klinis maupun radiologis pasien pasca operasi. Meskipun demikian, dalam memposisikan stem, approach ̧anterolateral merupakan teknik terbaik untuk mendapatkan posisi stem netral. Sebaliknya, deviasi stem banyak ditemukan pada approach posterior maupun tipe implant proximal-coated. Terkait morfologi femur, setiap penambahan 1o anterior bowing, posterior tilting dapat bertambah 0,69o. Temuan ini akan sangat berguna bagi klinisi dalam melakukan perencanaan preoperasi THR cementless untuk medapatkan posisi stem femur yang ideal. ......Introduction: Optimal stem alignment is essential after THR. However, stem sagittal tilting has not been sufficiently investigated and outcome is still unclear. We aimed to evaluate sagittal stem position following cementless THR and its relationship with functional and radiological outcomes. Method: Seventy-one hips underwent primary cementless THR. Median follow up was 1,1 years. Postoperative clinical and radiological outcomes were evaluated. Subjects divided based on tilting degree and outcomes were compared between groups. Bivariate analysis was performed between sagittal alignment and several influencing factors for stem position. Results: Median sagittal alignment was 2º (-4,3º – 7.2º) with neutral stem more frequent. There were no significant differences on clinical or radiological outcomes. Test result showed 0,69º increase of posterior tilt for every 1º anterior bowing. Anterior tilting found only in posterior approach. Conversely, more posterior tilting after anterolateral approach. Larger stem deviation were found on proximal-coated stem. Conclusion: Stem tilting in sagittal plane did not affect patient’s functional or radiological outcome postoperatively. Although, in term of stem positioning, anterolateral is the best approach to obtain neutral stem. In addition, for every degree of increased anterior femoral bowing, 0,69º increase in posterior stem tilting can be expected.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library