Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Marny P. Nanjan
"Data statistik menginformasikan bahwa pedagang di Kota Madya Salatiga didominasi oleh kaum perempuan, juga kegiatan dagang beras. Hal tersebut didukung,oleh nilai-nilai sosial budaya Jawa seperti dikatakan oleh Susanto dan Geerts bahwa dialog tawar-menawar berkenaan dengan sejumlah uang dengan menggunakan budi bahasa yang lugas tanpa memperhitungkan hormat, malu dan rasa sungkan yang bagi laki-laki ,dianggap bertentangan dengan tatakrama Jawa. Keadaan ini memberi peluang bagi perempuan berkiprah di sektor publik. Perempuan yang menjadi informan ada yang termasuk kategori berhasil, menuju berhasil dan belum berhasil.
Sehubungan dengan itu permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini meliputi: kiat yang dilakukan oleh perempuan pedagang beras yang dikategorikan berhasil (1). menuju berhasil (2) dan belum berhasil (3) dalam usaha dagangnya dan dalam memainkan perannya di dalam rumah tangga; berperan ganda dalam keberhasilan usaha para perempuan penjual beras dan kiat-kiat yang dipilih untuk mengatasi hambatan tersebut, dan kemungkinan adanya pengaruh peran istri sebagai penghasil pendapatan terhadap status sosial perempuan penjual beras yang menjadi informan di dalam rumah tangga. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode survey dan wawancara mendalam.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pedagang kategori 1 memanfaatkan tenaga kerja dari dalam dan dari luar, disiplin dan diberi insentif. Pedagang kategori 2 hanya memanfaatkan tenaga kerja dari dalam, disiplin tidak ketat tetapi diberi insentif. Pedagang kategori 3 melakukan hal yang sama dan tidak diberi insentif. Ketiga kategori di atas sama-sama memanfaatkan modal dari dalam dan dari luar. Namun pedagang kategori 1 dan 2 secara perlahan-lahan menghentikan sistem ngalap nyaur dengan meminjam dana dari pihak bank. Di pihak lain pedagang kategori belum berhasil tetap menerapkan tradisi lama karena posisi mereka lemah, terkecuali seorang informan. Pedagang kategori 1, 2 dan 3 membentuk modal dengan cara menabung di bank (terkecuali 2 orang informan kategori 3), arisan, membeli tanah dan emas. Membeli perhiasan emas sudah lazim dilakukan oleh para informan. Hal tersebut tampaknya tidak jauh dengan sifat-sifat perempuan yang tidak dapat melepaskan diri dari kebutuhan berhias khususnya pada saat hajatan, maupun sebagai lambang status.
Pedagang kategori 1 ditopang oleh alat angkut (truk) sedangkan kategori 2 dan 3 tidak memiliki sarana perdagangan yang lengkap. Di samping itu mereka juga menerapkan siasat pemasaran yang terpadu (produk, harga, saluran distribusi dan promosi) agar pelanggan setia. Perempuan yang menjadi informan menunjukkan pula keuletan dalam berdagang di mana alokasi waktu mereka dalam menjalankan kegiatan dagang mencapai 8-10 jam, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan rumah tangga sekitar 3-4 jam. Walaupun mereka menggunakan strategi dalam usaha dagangnya, tidak lepas dari kendala seperti tunggakan kredit, gangguan kesehatan, pendidikan dan ketrampilan rendah dan lemahnya sistem informasi managemen sehingga, menyulitkan perolehan dana dari pihak bank dan tidak ada pemisahan harta pribadi dan kegiatan dagang.
Peranan domestik seolah-olah dilemahkan oleh peran kewiraswastaan. Namun ketika kedua peran itu sama-sama membutuhkan perhatian timbul konflik. Untuk mengatasi konflik agar kegiatan kewiraswastaan tetap jalan mereka mempunyai persepsi tugas-tugas domestik harus didahulukan. Para informan mengaku walaupun mereka telah menjalankan banyak peran, tidak berarti suami dilecehkan. Di samping itu bagi yang mampu mereka mencari tenaga pengganti guna menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, sedangkan. bagi yang tidak mampu pekerjaan rumah tangga dibantu oleh suami, anak-anak dan anggota kerabat yang lain. Andaikata suami lebih banyak berperan dalam rumah tangga, lebih mudah bagi para perempuan yang menjadi informan mengembangkan usahanya.
Bagi informan peran ganda ini merupakan jembatan untuk memperoleh otonomi dan kemandirian mereka sebagai pribadi. Meskipun mereka memiliki aktivitas sebagai pedagang beras penuh waktu, tuntutan budaya Jawa tentang perempuan sebagai istri dan ibu dalam kegiatan rumahtangga tetap mereka usahakan untuk dijalankan dengan sebaik-baiknya."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T4973
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradika Abimanyu
"Kota Salatiga merupakan salah satu kota di Indonesia yang dalam perjalanan sejarahnya tidak lepas dari pengaruh Hindia Belanda, salah satunya adalah kebijakan yang memisahkan kawasan permukiman berdasarkan golongan etnis atau dikenal dengan kebijakan wijkenstelsel. Salah satu yang akan menjadi pembahasan pada penelitian ini adalah permukiman etnis Tionghoa atau pecinan di Kota Salatiga pada abad 19 hingga 20 dengan melihat kaidah dan prinsip fengshui. Terdapat tiga tahap dalam penelitian ini, yaitu pengumpulan data, pengolahan data, analisis, dan interpretasi. Pada pengumpulan data dilakukan observasi dan wawancara terhadap objek yang akan diteliti yaitu bangunan-bangunan Tionghoa seperti kelenteng, pasar, ruko, rumah tinggal, dan makam sebagai tinggalan arkeologis. Selain itu, dilakukan studi dokumen terhadap foto dan peta terkait topik penelitian ini. Analisis yang digunakan adalah analisis mengenai arah hadap dan letak dari setiap bangunan. Hasil dari penelitian ini yaitu menjelaskan tata letak dari permukiman Tionghoa di Salatiga dan faktor yang mempengaruhinya.

Salatiga is one of the cities in Indonesia which in its history cannot be separated from the influence of the Dutch East Indies which separated settlement areas based on ethnic groups or known as the wijkenstelsel policy. One of the things that will be discussed in this research is the Chinese settlements or Chinatowns. This research discusses about Chinese settlement in Salatiga in the 19th to 20th centuries by looking at the rules and principles of fengshui. There are three steps in this research, that is data collection, data processing, analysis and interpretation. In data collection, observations and interviews were carried out on objects to be studied such as Chinese buildings such as temples, markets, shop houses, houses, and tombs as archaeological remains. Besides that, document studies of photos and maps were also carried out related to this research topic. On analysis, this research focused on facing direction and location of each buildings. The results of this paper are to explain the layout of Chinese settlements in Salatiga and also the factors that affect it."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"One of the anthropogenic processes that creates heavy metal pollution is the textile industry. Heavy metals in the wastewater of the textile factories in Salatiga,that discharged into Ledok river and rice fields can be accumulated into water ,sediment,soil and rice plants....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rd. Mas Adipati Aria Candranagara
"Cerita terdiri atas 2 bagian.
I. Cerita diawali dengan keberangkatan tokoh dari Salatiga menuju Semarang kemudian dilanjutkan dengan cerita mengenai kota Semarang, Betawi, Bogor, Karesidenan Prayangan, Ciamis, dan Cirebon, Karesidenan Tegal-Pekalongan, dan kembali ke Semarang (ke Salatiga)
II. Perjalanan kedua diawali dari Salatiga ke Semarang, Surabaya, Pasuruan, Gunung Tengger dan Karesidenan Probolinggo, Besuki, Banyuwangi, dan dari Sumber waru kembali ke Surabaya, Kediri, Sedayu, rembang, Jepara, dan terakhir ke Demak"
Semarang: G.C.T van Dorp, 1877
BKL.1089-CL 82
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library