Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nirwana Sari
"Ibuprofen merupakan jenis obat pereda sakit yang memiliki kelarutan dalam air yang rendah sekitar 11 ug/mL. Akibat kelarutan yang rendah dalam air, ibuprofen memiliki bioavabilitas yang rendah pula. Dalam penelitian ini akan dilakukan sintesis mikroemulsi minyak dalam air M/A untuk meningkatkan kelarutan dan bioavabilitas ibuprofen. Saponin dari ekstrak buah lerak digunakan sebagai surfaktan, palm oil sebagai minyak dan span 20 sebagai kosurfaktan. Mikroemulsi optimum didapat dengan perbandingan Sm 9:1 Sm:oil 7:1 dengan ukuran droplet sekitar 3,6 nm ndash; 15,7 nm, tipe mikroemulsi minyak dalam air M.A . Mikroemulsi stabil dalam waktu penyimpanan selama 7 hari dan dalam larutan pH 1,2 sedangkan pada larutan pH 7,4 tidak stabil. Kelarutan ibuprofen dalam bentuk sediaan mikroemulsi meningkat menjadi 1,8 mg/mL dalam air. Studi interaksi ibuprofen dengan mikroemulsi dapat dilihat dengan FTIR. Ukuran mikroemulsi yang telah terloading ibuprofen juga meningkat menjadi 45,07 nm. Ibuprofen yang tersolubilisasi ke dalam mikroemulsi berada pada bagian mikroemulsi yang bersifat hidrofob. Persen disolusi ibuprofen pada larutan pH 1,2 suasana lambung sebanyak 4 selama 2 jam sedangkan, pada larutan pH 7,4 suasana usus sebanyak 82,6 selama 12 jam.

Ibuprofen is a type of painkiller that has a low solubility in water about 11 g mL. Due to low solubility in water, ibuprofen has a low bioavability as well. In this research will be synthesized microemulsion oil in water O W to increase solubility and bioavability of ibuprofen. Saponins from lerak fruit extracts are used as surfactants, palm oil as oil and span 20 as cosurfactants. The optimum microemulsion was obtained by Sm 9 1 Sm oil 7 1 with droplet size about 3.6 nm 15.7 nm and the type of microemulsion is oil in water O W . Microemulsions are stable for 7 days and in pH 1,2 was stable and unstable in pH 7.4. The solubility of ibuprofen in microemulsion increased to 1.8 mg mL in water. The interaction studies of ibuprofen with microemulsions characterizated with FTIR. The size of the microemulsion loaded ibuprofen also increased to 45.07 nm. Ibuprofen solubilized in hydrophobic part of microemulsion. The percentage dissolution of ibuprofen in pH 1,2 is 4 for 2 hours, in pH 7.4 is 82.6 for 12 hours. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S69195
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Prasetyaningtyas
"Semakin meningkatnya kebutuhan manusia akan minyak bumi, menuntut proses distribusi minyak bumi berlangsung secara mudah dan murah. Oleh karena itu,, dilakukan pendistribusian minyak bumi melalui pipa-pipa bawah tanah maupun bawah laut. Baja karbon merupakan material umum yang digunakan sebagai bahan konstruksi pipa dalam industri minyak. Namun, sifat baja karbon sangat rentan untuk terjadinya korosi. Penambahan inhibitor merupakan salah satu metode pengendalian korosi untuk pipa distribusi minyak. Inhibitor korosi dari senyawa bahan alam mempunyai banyak keunggulan, seperti ramah lingkungan, murah dan mudah diproduksi. Pada penelitian ini, diseleksi inhibitor korosi dari fraksi n-heksana (FH), fraksi metanol (FM) dan fraksi etil asetat (FEA) dari ekstrak buah lerak sebagai inhibitor korosi pada baja karbon berdasarkan metode weight loss. Karakterisasi lapisan yang terbentuk pada permukaan baja karbon diamati dengan Fourier Transform Infra Red (FTIR), bentuk morfologi permukaan baja karbon dengan Scanning Electron Microscopy Energy Disspersive X-Ray (SEM EDS) dan mengetahui keberadaan Fe dan Fe2O3 dengan X-Ray Diffraction (XRD). Keberhasilan inhibitor korosi dalam melindungi baja karbon terlihat dari persen efisiensi inhibitor. Hasil seleksi didapatkan inhibitor terbaik adalah FM dengan % efisiensi inhibitor sebesar 95,71% pada konsentrasi 120 ppm dan suhu 30ᵒC dalam media HCl. Adsorpsi inhibitor korosi FM pada permukaan baja karbon mengikuti isoterm adsopsi Langmuir. Aplikasi inhibitor korosi FM dengan konsentrasi minimal 70 ppm pada temperatur 70ᵒC dengan waktu kontak 72 jam memberikan % efisiensi inhibitor di atas 90% pada larutan brine sintesis.
As increasing human need with petroleum, made petroleum distribution would be easier and cheaper. So, distribution was done by pipeline under land and under sea. Carbon steel was common material that used for pipeline construction of oil industry. But, properties of carbon steel caused corrosion. Adding inhibitor was one of method to restrain corrosion for oil distribution pipeline. Corrosion inhibitor from organic compound have some benefit, such as environmental friendly, cheap and easy to produce. In this research, corrosion inhibitor from n-hexane fraction (FH), methanol fraction (FM), and etyl acetate fraction (FEA) from lerak extract as corrosion inhibitor of carbon steel based on weight loss method. Characteristic of layer using FTR-IR spectrophotometer, surface morphological study was observed on SEM EDS and to identify Fe and Fe2O3 using XRD. The result showed that the best inhibitor was FM with % inhibitor efficiency was 95.71% with concetration of 120 ppm at 30ᵒC in clorida acid medium. Adsorption of FM corrosion inhibitor on carbon steel surface followed langmuir adsorption. Application of FM corrosion inhibitor at minimal concentration 70 ppm at 70ᵒC with 72 hours contact times gave % inhibitor efficiency more than 90% in synthetic brine."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S62327
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Fanny Anindyka
"Dalam menurunkan pour point model crude oil yang tinggi akibat adanya agregasi molekul-molekul wax, dilakukan penambahan inhibitor wax . Inhibitor wax yang digunakan merupakan senyawa aktif alami yang terkandung di dalam buah lerak (Sapindus rarak DC), diekstraksi menggunakan pelarut toluena dan etil asetat. Didapatkan dua inhibitor yaitu fraksi toluena (FT) dan fraksi etil asetat (FEA) lalu dilakukan uji kualitatif fitokimia, kromatografi lapis tipis serta karakterisasi FTIR. Senyawa triterpenoid di dalam inhibitor FT mampu menurunkan pour point model crude oil dari 21°C hingga 12°C pada dosis penambahan 1000 ppm, sedangkan saponin di dalam FEA dengan dosis 3000 ppm. Uji viskositas dan WAT model crude oil menunjukkan adanya penurunan viskositas dari 80 mPa.s menjadi 15 mPa.s untuk FT dan menjadi 12.5 mPa.s pada penambahan FEA. WAT model crude oil mengalami penurunan dari 32.9°C menjadi 28°C. Dari hasil studi ini diketahui bahwa senyawa aktif triterpenoid di dalam fraksi toluena (FT) lebih baik menginhibisi wax di dalam model crude oil.

Reducing the high pour point of crude oil models due to aggregation of wax molecules is by adding wax inhibitor. Wax inhibitor that used in this research is natural active compounds that contained in Lerak fruit (Sapindus rarak DC), then extracted using toluene and ethyl acetate. It obtained two inhibitors, toluene fractions (FT) and ethyl acetate fraction (FEA), both fractions tested by phytochemical qualitative test, thin layer chromatography (TLC) and FTIR characterization. Triterpenoid compounds in the FT inhibitor capable to reduce the pour point of crude oil models from 21°C to 12°C at 1000 ppm dose addition, while saponin in the FEA at dose of 3000 ppm. Viscosity and WAT of crude oil models test showed a decrease in viscosity 80 mPa.s to 15 mPa.s for FT and to 12.5 mPa.s for FEA additions. WAT of crude oil model decreased from 32.9°C to 28°C. From this study, it is known that the triterpenoid in toluene fractions (FT) better to inhibit wax in crude oil model."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60585
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Avinda
"Pada penelitian ini, nanopartikel SiO2 yang disintesis dengan metode green synthesis dimodifikasi dengan saponin sebagai surfaktan alami menggunakan buah lerak (Sapindus rarak D.C.). Didapatkan hasil %Konsentrasi stok Ekstrak Buah Lerak (EBL) fraksi air sebesar 3,66% (w/v) dan %Rendemen EBL sebesar 7,317%. Metabolit sekunder dalam buah lerak berperan sebagai sumber basa untuk menghidrolisis dan sebagai capping agent untuk mencegah aglomerasi serta penstabil dalam pembentukan nanopartikel. Karakterisasi menggunakan FTIR terhadap nanopartikel SiO2 hasil green synthesis menunjukkan terdapat puncak serapan dari gugus Si-O-Si, Si-OH, dan Si-H2O. Karakterisasi dengan XRD menunjukkan bahwa nanopartikel SiO2 hasil sintesis memiliki fasa amorf dengan adanya sedikit seed fasa kristalin dan karakterisasi SEM menunjukkan nanopartikel memiliki bentuk spherical. Kandungan saponin yang terdapat didalam buah lerak juga diekstraksi sebagai sumber surfaktan alami, dimana didapatkan hasil % konsentrasi stok dari saponin hasil ekstraksi yaitu sebesar 11,782%. Hasil karakterisasi FTIR menunjukkan bahwa larutan hasil ekstraksi dari buah lerak memiliki kandungan saponin didalamnya dan hasil karakterisasi spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 216 nm menunjukkan adanya saponin. Larutan saponin hasil ekstraksi memiliki nilai CMC pada konsentrasi 227,963 ppm. Larutan nano koloid SiO2-surfaktan dikarakterisasi menggunakan FTIR yang dihasilkan bahwa nanopartikel SiO2 telah terdispersi pada larutan surfaktan saponin. Dilakukan pengukuran IFT (interfacial tension), uji kompatibilitas, dan uji kelakuan fasa pada larutan surfaktan dan nanopartikel hasil sintesis sebagai uji screening tahap awal sebelum dapat digunakan pada proses EOR lebih lanjut. Pengukuran IFT dilakukan dengan metode spinning drop, dimana dengan peningkatan konsentrasi surfaktan, nano koloid SiO2, maupun nano koloid SiO2-surfaktan, terjadi pengurangan nilai IFT antara air dan minyak. Hasil uji kompatibilitas menunjukkan pada surfaktan saponin hasil ekstraksi buah lerak konsentrasi 0,01 dan 0,05%, serta larutan nano koloid SiO2-surfaktan pada konsentrasi 0,01 dan 0,05% tetap menghasilkan larutan yang jernih dan larut sempurna. Untuk hasil uji kelakuan fasa pada larutan surfaktan saponin dan larutan nano koloid SiO2-surfaktan menunjukkan keduanya membentuk emulsi fasa tengah.

In this research, SiO2 nanoparticles were synthesized by the green synthesis method and were modified with saponins as natural surfactants using lerak fruit (Sapindus rarak D.C.). The results obtained from concentration stock of Lerak Fruit Extract (EBL) water fraction is 3.66% (w/v) and EBL yield is 7.317%. Secondary metabolites in lerak fruit act as a source of bases to hydrolyze and as a capping agent to prevent agglomeration and stabilize the formation of nanoparticles. FTIR characterization on SiO2 nanoparticles showed that there were absorption peaks from Si-O-Si, Si-OH, and Si-H2O groups. Characterization with XRD showed that the synthesized SiO2 nanoparticles had an amorphous phase with a small amount of crystalline phase seed and SEM characterization showed nanoparticle had spherical shape. The saponin content contained in lerak fruit was also extracted as a natural surfactant source, where the concentration of stock obtained from the extracted saponin was 11.782%. The results of FTIR characterization showed that the solution extracted from lerak fruit contained saponins in it and UV-Vis characterization showed a peak at 216 nm which indicated saponin’s presence. The extracted saponin solution has a CMC value at 227,963 ppm. Nano colloid SiO2-surfactant solutions were characterized using FTIR resulting that SiO2 nanoparticles were dispersed in saponin surfactant solution. IFT (interfacial tension) measurements, compatibility tests, and phase behavior tests on surfactant solutions and nanoparticles synthesized were done as an initial screening test for further EOR processes. IFT measurements were carried out using the spinning drop method, where with increased concentrations of surfactants, nano colloidal SiO2, and nano colloids SiO2-surfactants, there was a reduction in the value of IFT between water and oil. The compatibility test results showed that the saponin surfactant extracted from lerak fruit for concentrations of 0.01 and 0.05%, as well as the nano colloid SiO2-surfactant solution at concentrations 0.01 and 0.05% produce clear and completely soluble solutions. For the phase behavior test results on the saponin surfactant solution and the nano colloid SiO2-surfactant solution, they both form a middle phase emulsion.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library