Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rambe, Fitria Sakura Nohana
Abstrak :
Gunung Betung berada di dalam Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Provinsi Lampung. Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman, dapat disebut juga TAHURA WAR, merupakan kawasan pelestarian alam yang dibangun untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. TAHURA WAR memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata. Ditinjau dari aspek penawaran (supply), TAHURA WAR memiliki kekuatan obyek dan daya tarik wisata berupa hutan hujan tropis (Rain Forest) dengan keanekaragaman flora dan faunanya. Gejala keunikan alam dapat dijumpai seperti air terjun, batu berlapis, batu keramat, sumber air panas, gua serta bentang alam yang sangat indah. Dari aspek permintaan (demand), TAHURA WAR saat ini selalu dikunjungi wisatawan. Jumlah kunjungan cenderung meningkat selama 3 tahun terakhir. Dalam penyusunan materi untuk skripsi ini, kesempatan bagi penulis untuk menganalisis Tahura WAR sebagai wilayah yang memiliki Potensi Ekowisata yang baik, yang akan dikembangkan guna mencegah kerusakan hutan, sumber air, flora dan fauna yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Untuk itu perlu adanya peningkatan program wisata yang bertanggungjawab, berorientasi pada lingkungan alami, dan mendukung kesejahteraan masyarakat kota Bandar lampung. Adapun tujuan analisis ini adalah mendisain akses termudah menuju potensi wisata dan mengembangkan infrastruktur (sarana dan prasarana) dengan maksud memberi kenyamanan kepada para wisatawan yang berkunjung, meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar TAHURA WAR, dan yang pasti menjaga kelestarian hutan agar tetap alami.
Gunung Betung is located in Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman at Lampung Province. Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman, also known as TAHURA WAR, is a conservation area which built to the aims of collection natural or synthetis plants and/or animals, genuine and/or not genuine which used for research, science, education, cultivation, culture, tourism and recreation. TAHURA WAR have a high potential to develop as a tourism area. Based on supply aspect, this TAHURA WAR had the object strength and tour attraction such as tropical rain forest with diverse plants and animals. The unique of the natural symptoms that can be seen like waterfall, layers rock, the holy rock, geyser, cave and a beautiful natural scenery. Based on demand, TAHURA WAR at present always visited by tourists. The amount of visit increased for the last 3 years. In compilation of item for this final assignment, it is an opportunity for writer to analize Tahura WAR as an area with a good ecotourism potential, which will develop to prevent the forest damage, water resource, plants and animals which treated by irresponsible person. To do so, it takes a responsible increase tourism program, oriented to natural environment, and support the society welfare in Bandar Lampung. The aim of this analysist are to design the easiest access to the potential ecotourism and to develop the infrastructures to give the pleasure for the tourists, increase the standard of life of the community around the TAHURA WAR and for sure, to protect the natural forest conservation.
2008
R.21.08.54 Ram p
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Oshie Bimantara
Abstrak :
ABSTRAK Penyelenggaraan sarana dan prasarana perkeretaapian umum dilakukan oleh Badan Usaha sebagai penyelenggara, baik secara sendiri-sendiri maupun melalui kerja sama. Artinya adalah perusahaan swasta juga memiliki kesempatan yang sama seperti PT KAI dalam penyelenggaraan sarana dan prasarana kereta api. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana penyelenggaraan prasarana dan sarana perkeretaapian di Indonesia? Bagaimana penyelenggaraan perkeretaapian umum di Negara Amerika Serikat dan Negara Inggris serta perbandingannya dengan Negara Indonesia? Bagaimana upaya mewujudkan persaingan usaha yang sehat dalam penyelenggaraan prasarana dan sarana perkeretaapian umum oleh pihak swasta di Indonesia?

Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif, dengan menggunakan data sekunder dan menggunakan metode analisis data kualitatif, karena data yang diperoleh bersifat kualitas.

Hasil penelitian menyatakan pemerintah menugaskan pihak swasta hanya untuk membangun prasarana perkeretaapian saja, sedangkan untuk penyelenggaraan sarana dan prasarana telah ditunjuk PT. Kereta Api Indonesia sebagaimana dalam Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2011 dan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2016. Hal tersebut menunjukkan ketidakadilan bagi badan hukum seperti Perseroan Terbatas yang dikelola swasta untuk dapat pula melakukan penyelenggaraan sarana dan prasarana perkeretaapian umum. Oleh karena itu, dalam upaya mewujudkan keadilan dalam penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum oleh pihak swasta di Indonesia adalah dalam setiap pengadaan dan penyelenggaraan sarana dan prasarana perkeretaapian umum, maka penunjukan harus melalui prosedur lelang.


ABSTRACT The operation of public railway facilities and infrastructure is carried out by the Business Entity as an organizer, both individually and through cooperation. This means that private companies also have the same opportunities as PT KAI in the operation of railroad facilities and infrastructure. The problem in this study is how to implement railroad infrastructure and facilities in Indonesia? How is the implementation of public railways in the United States and the United Kingdom and its comparison with Indonesia? What are the efforts to realize healthy business competition in the implementation of public railway infrastructure and facilities by the private sector in Indonesia?

This study uses a normative juridical method, using secondary data and using qualitative data analysis methods, because the data obtained are of a quality nature.

The results of the study stated that the government assigned the private sector only to build railway infrastructure only, while for the implementation of facilities and infrastructure PT. Indonesian Railways as in Presidential Regulation Number 83 of 2011 and Presidential Regulation Number 55 of 2016. This shows injustice for legal entities such as limited liability companies managed by the private sector to also be able to carry out public rail infrastructure and facilities. Therefore, in the effort to realize justice in the implementation of public railway infrastructure by the private sector in Indonesia, in every procurement and operation of public railroad facilities and infrastructure, the appointment must be through an auction procedure.

 

Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
T51844
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransisca Dasilva
Abstrak :
Terpeliharanya sarana dan prasarana rumah sakit dengan baik sesuai standar yang berlaku merupakan faktor pendukung penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis efektivitas kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit berupa bangunan dan utilitas di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr. Mintohardjo melaui komponen input, proses, dan output. Desain penelitian adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam, telaah dokumen, pengamatan dan analisis. Penelitian menggunakan pendekatan sistem dengan memasukkan sarana manajemen pada unsur input, pendekatan siklus manajemen kualitas berupa PPEPP pada unsur proses, dan keterselesaian kegiatan pada unsur outputnya, serta melakukan penilaian efektivitas kegiatan menggunakan pendekatan hasil. Informan penelitian terdiri pejabat serta personel yang terkait langsung dengan kegiatan pemeliharaan. Hasil penelitian menyatakan bahwa kegiatan pemeliharaan rutin dianggap efektif dengan nilai perbandingan OS/OA ≥ 1, dan kegiatan pemeliharaan insidentil belum efektif dengan nilai OS/OA < 1. Hal yang berpotensi menurunkan efektivitas adalah kurangnya SDM, pengalihan anggaran, manajemen stok material belum optimal, tahap penetapan belum detail, aktivitas pengendalian masih pasif, serta tahap peningkatan hasil belum signifikan. Rekomendasi solusi dapat dilakukan koreksi terhadap SDM, anggaran, bahan material. Untuk kegiatan pemeliharaan yang telah efektif sebaiknya dilakukan aksi peningkatan kegiatan baik kualitas maupun kuantitasnya, sehingga dapat menghasilkan output dengan mutu yang semakin baik ......Facilities and infrastructure hospital maintanance properly according to applicable standards is a supporting factor for health sevices implementation. The purpose of this study was to analyze the effectiveness of the hospital buildings and utilities maintenance at Dr.Mintohardjo Navy Hospital, through the components of input, process, and output. The research design is a case study with a qualitative approach through in-depth interviews, document review, observation and analysis. The research uses a systems approach by including management facilities on the input element, a quality management cycle approach in the form of PPEPP on the process element, and the completion of activities on the output element, as well as assessing the effectiveness of activities using the goal oriented approach. The results of the study stated that routine maintenance activities are considered effective with a comparison value of OS/OA 1, and incidental maintenance activities have not been effective with a value of OS/OA < 1. The potential things which reduce effectiveness are lack of human resources, budget transfer, problem at material management, the determination stage is not yet detailed, control activities are still passive, and the yield improvement stage is not yet significant. Recommendations for solutions can be corrected for human resources, budgets, materials.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iin Suryatmana
Abstrak :
Pertumbuhan dan perkembangan balita dapat menyebabkan resiko cedera, karena balita mempunyai keinginan yang besar dalam mengenal lingkungannya tetapi belum dapat mengkoordinasikan antara keinganan dengan efek dari aktifitas yang dilakukan sehingga lingkungan dapat mengancam kehidupannya. Dampak yang ditimbulkan dari cedera pada balita adalah cedera ringan, cedera berat berupa kecacatan hingga kematian., tetapi cedera dapat dicegah kejadiannya Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik orang tua dan faktor – faktor predisposisi, penguat serta pemungkin yang berhubungan dengan perilaku pencegahan cedera pada balita. Metode penelitian ini adalah cross sectional, dengan sampel 445 orang tua. Pengambilan sampel menggunakan nonprobability sampling dengan cara consecutive sampling yang dilakukan secara online yang bersifat terbuka melalui media sosial whatsApp dan facebook. Sampel penelitian adalah orang tua yang mempunyai anak balita. Analisis penelitian menggunakan uji Chi Square menunjukkan adanya hubungan antara karakteristik dan faktor - faktor predisposisi, faktor penguat, serta faktor pemungkin dengan perilaku pencegahan cedera pada balita dengan nilai p value < 0,05. Analisis lebih lanjut menggunakan regresi logistik berganda menunjukkan bahwa faktor sarana dan prasarana dan pengetahuan merupakan variabel yang dominan berhubungan dengan perilaku pencegahan cedera pada balita setelah dikontrol variabel perancu yaitu penghasilan. Perilaku pencegahan cedera pada balita dapat berupa pengajaran keselamatan, pengawasan dan modifikasi lingkungan yang aman bagi balita. ......The growth and development of toddlers can cause the risk of injury, because toddlers have a great desire to know their environment but have not been able to coordinate between desires and the effects of the activities carried out so that the environment can threaten their lives. The impact of injuries to children under five is minor injuries, serious injuries in the form of disability to death, but injuries can be prevented. This research method is cross sectional, with a sample of 445 parents. Sampling using nonprobability sampling by means of consecutive sampling conducted online which is open through social media WhatsApp and Facebook. The research sample is parents who have children under five. Research analysis using the Chi Square test showed a relationship between characteristics and predisposing factors, reinforcing factors, and enabling factors with injury prevention behavior in toddlers with p value <0.05. Further analysis using multiple logistic regression shows that the facilities and infrastructure factors and knowledge are the dominant variables related to injury prevention behavior in children under five after controlling for confounding variables, namely income. Injury prevention behavior in toddlers can be in the form of safety teaching, supervision and modification of a safe environment for toddlers.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Sulistiyawati
Abstrak :
Kebakaran merupakan suatu peristiwa atau kejadian yang dapat menyebabkan banyak kerugian. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis terhadap penerapan manajemen tanggap darurat dan penanggulangan kebakaran di Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan melakukan observasi lapangan, wawancara, dan telaah dokumen. Hasil penelitian selanjutnya dibandingkan dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2009, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008, SNI 03-1746-2000, dan SNI 03-6574-2001. Hasil penelitian didapatkan bahwa kesesuaian penerapan manajemen tanggap darurat dan penanggulangan kebakaran di Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia, yaitu organisasi tanggap darurat sebesar 84.62%, tata laksana operasional sebesar 72.22%, dan sumber daya manusia (SDM) sebesar 80%. Dimana rata-rata kesesuaian sarana penyelamatan jiwa adalah sarana jalan keluar sebesar 90%, pintu darurat sebesar 72.22%, tangga darurat sebesar 92.50%, petunjuk arah jalan keluar sebesar 53.34%, pencahayaan darurat sebesar 59.93%, dan tempat berkumpul sementara sebesar 100%. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperlukan perbaikan dan peningkatan terhadap penerapan manajemen tanggap darurat dan penanggulangan kebakaran serta perbaikan dan pemeliharaan terhadap sarana penyelamatan jiwa di Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia.
Fire is an accident that can cause many losses. The objective of this study is to analyze implementation of emergency response management and fire prevention at Vocational Educational Program University of Indonesia. This study used the descriptive analytic method with performing field overview, interview, dan document study. The results of this study are compared to Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2009, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008, SNI 03-1746-2000, and SNI 03-6574-2001. The results show that implementation of emergency response management and fire prevention at Vocational Educational Program University of Indonesia are emergency response organization 84.62%, emergency response operational 72.22%, dan human resource 80%. The average of life safety facility are exit facility 90%, fire exit door 72.22%, emergency stair 92.50%, exit sign 53.34%, emergency lighting 59.93%, and assembly point 100%. Based on this study, it's necessary to improve implementation of emergency response management and fire prevention and maintain to life safety facility at Vocational Educational Program University of Indonesia.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S70194
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maesuroh
Abstrak :
Alat/cara kontrasepsi merupakan suatu sarana yang penting dalam upaya pengendalian kelahiran, baik untuk tujuan menunda dan menjarangkan kehamilan maupun mengakhiri kehamilan. Gerakan KB Nasional telah menggunakan berbagai jenis kontrasepsi sejak dimulainya program KB di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Freedman et al (1981) dan Soeradji et al {1987) mengungkapkan bahwa faktor-faktor sosial, ekonomi, demografi dan lingkungan mempunyai pengaruh yang cukup menentukan dalam keikutsertaan ibu ber KB.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik sosial, ekonomi, demografi dan faktor lingkungan serta memperkirakan besarnya probabilitas dari ibu (peserta KB aktif) yang memakai kontrasepsi efektif terpilih (MKET), non efektif (non MKET) dan ibu yang tidak ikut KB.

Penelitian ini menggunakan data hasil pilot Susenas tahun 1991 yang digabung dengan data hasil PODES (Potensi Desa) Tahun 1990 untuk propinsi Nusa Tenggara Barat. Unit penelitiannya adalah wanita yang berstatus kawin dan berumur 15-49 tahun. Dari jumlah sampel sebanyak 1.308 rumah tangga, yang memenuhi syarat sebagai unit penelitian (responden) ada sebanyak 918 orang wanita.

Model statistik yang dipakai untuk memperkirakan probabilitas keikutsertaan ibu ber KB adalah model regresi multi nomial logistik berganda. Variabel bebas yang diamati terdiri dari: umur ibu, daerah tempat tinggal, jumlah anak masih hidup, pendidikan ibu, rata-rata pengeluaran per kapita per bulan, indeks kondisi perumahan, pekerjaan ibu dan tersedianya sarana rumah sakit bersalin/poliklinik, puskesmas, dokter/paramedis, pos KB, sekolah dan pasar di desa tempat tinggal ibu.

Untuk memperkirakan probabilitas keikutsertaan ibu ber KB dilakukan pemilihan model yang cocok secara statistik dan substantif. Dari model yang diperhatikan dipilih tiga model sebagai berikut:

Model pertama {model l.a), yaitu model dengan faktor sosial ekonomi dan demografi sebagai variabel bebas, yang terdiri dari: umur ibu, jumlah anak masih hidup, pendidikan ibu dan rata-rata pengeluaran per kapita per bulan.

Model kedua (model 2.a), yaitu model dengan faktor lingkungan sebagai variabel bebas, yang terdiri dari: tersedianya sarana pos KB, sekolah dan pasar di desa tempat tinggal ibu.

Model ketiga (model 3.a),yaitu model dengan variabel bebas yang tercakup pada model pertama dan model kedua.

Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari model l.a dan model 3.a probabilitas rata-rata ibu memakai kontrasepsi efektif (MKET) dan non efektif (non MKET) cenderung berimbang. Sedangkan dari model 2.a walaupun probabilitas rata-rata ibu cenderung lebih memakai kontrasepsi non efektif dibandingkan dengan probabilitas rata-rata ibu yang memakai kontrasepsi efektif, tetapi perbedaannya relatif kecil. Kondisi ini menunjukkan bahwa ibu (peserta KB aktif) di NTB sudah mulai dapat memilih jenis kontrasepsi secara rasional dan semakin menjurus kepada pemakaian kontrasepsi efekfif.

Kesimpulan lebih lanjut mengenai hubungan berbagai variabel dengan probabilitas pemakaian kontrasepsi adalah sebagai berikut: adanya hubungan yang negatif antara umur ibu dengan probabilitas pemakaian kontrasepsi. Pada kelompok ibu berumur muda (20-34 tahun) probabilitasnya untuk memakai kontrasepsi efektif dan non efektif (MKET dan non MKET) cenderung berimbang dan lebih besar dibandingkan dengan kelompok ibu berumur tua ( 35 tahun) yang cenderung memakai kontrasepsi non efektif (non MKET).

Variabel sosial ekonomi dan demografi lainnya, yaitu jumlah anak masih hidup, pendidikan ibu, dan rata-rata pengeluaran per kapita per bulan menunjukkan hubungan yang positif dengan probabilitas pemakaian kontrasepsi. Probabilitas ibu yang mempunyai anak > 3 orang untuk memakai kontrasepsi baik efektif maupun non efektif cenderung lebih besar dibandingkan dengan kelompok ibu yang mempunyai anak masih hidup orang. Kelompok ibu yang mempunyai anak < 2 orang probabilitasnya cenderung memakai kontrasepsi non efektif, sedangkan ibu yang mempunyai anak >3 orang probabilitasnya untuk memakai kontrasespsi efektif dan non efektif cenderung berimbang.

Lebih lanjut dari model yang diperhatikan nampak bahwa variabel pendidikan ibu menunjukkan pola hubungan yang sama, yaitu ibu yang berpendidikan SD mempunyai probabilitas pemakaian kontrasepsi baik efektif maupun non efektif cenderung lebih besar dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan tidak tamat SD/tidak pernah sekolah yang probabilitasnya cenderung memakai kontrasepsi non efektif.

Demikian pula perbedaan rata-rata pengeluaran per kapita per bulan menunjukkan hubungan yang positif dengan probabilitas ibu yang memakai kontrasepsi efektif (MKET) setelah dikontrol dengan faktor sosial, ekonomi dan demografi lainnya di dalam model. Tetapi sebaliknya dari model yang sama ternyata probabilitas pemakaian kontrasepsi non efektif dari kelompok ibu yang mempunyai rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di atas batas miskin tidak menunjukkan adanya perbedaan dengan kelompok ibu yang mempunyai rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah batas miskin.

Di samping dukungan terhadap adanya hubungan antara status sosial ekonomi dan faktor demografi dengan probabilitas pemakaian kontrasepsi penelitian ini juga memberikan temuan adanya pengaruh faktor lingkungan yaitu tersedianya sarana pos KB, sekolah dan pasar terhadap probabilitas pemakaian kontrasepsi balk sebelum maupun setelah memperhi tungkan pengaruh faktor sosial, ekonomi dan demografi. Keberadaan pos KB berpengaruh positif terhadap probabilitas ibu yang memakai kontrasepsi efektif (MKET), sebaliknya tidak berpengaruh terhadap probabilitas ibu yang memakai kontrasepsi non efektif (non MKET). Kelompok ibu yang tinggal di desa yang ada sarana pos KB probabilitasnya memakai kontrasepsi efektif cenderung dua kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok ibu yang tinggal di desa yang tidak ada sarana pos KB.

Berikut adanya sarana sekolah juga menunjukkan pengaruh yang positif terhadap probabilitas pemakaian kontrasepsi efektif dan non efektif. Kelompok ibu yang tinggal di desa yang terdapat sarana SD dan SLTP/SLTA probabilitasnya untuk memakai kontrasepsi efektif dan non efektif cenderung lebih besar dibandingkan dengan kelompok ibu yang tinggal di desa .yang hanya ada sarana SD. Tetapi ada atau tidak adanya sarana sekolah lanjutan (SLTP/SLTA) disamping SD di desa tempat tinggal ibu, probabilitasnya cenderung masih lebih besar memakai kontrasepsi non efektif dibandingkan dengan probabilitas ibu yang memakai kontrasepsi efektif.

Selain itu penelitian ini memberikan temuan yang kurang menggembirakan, yaitu adanya pengaruh negatif dari tersedianya sarana pasar terhadap probabilitas keikut sertaan ibu ber KB di mana ibu yang tinggal di desa yang ada sarana pasar, probabilitasnya untuk memakai kontrasepsi efektif dan non efektif cenderung lebih kecil dibandingkan dengan kelompok ibu yang tinggal di desa yang tidak ada sarana tersebut.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan memperhatikan pengaruh faktor lingkungan dari model yang diperhatikan (model 3.a), ternyata probabilitas ibu untuk memakai kontrasepsi efektif dan non efektif (MKET dan non MKET) dari variabel umur, jumlah anak masih hidup, pendidikan dan rata-rata pengeluaran per kapita per bulan cenderung meningkat.

Demikian pula dari model yang sama probabilitas ibu yang memakai kontrasepsi, efektif dan non efektif dari faktor lingkungan yaitu: variabel pos KB, sekolah dan pasar juga cenderung meningkat setelah memperhitungkan pengaruh faktor sosial, ekonomi dan demografi.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M Thoha B Sampurna Jaya
Abstrak :
ABSTRAK
Lingkungan pemukiman merupakan ekosistem buatan yang mencakup lingkungan alam, lingkungan hidup sosial, dan lingkungan hidup buatan. Program transmigrasi pemukiman kembali merupakan ekosistem buatan dalam bentuk salah satu paket pembangunan yang berwawasan lingkungan. Program ini adalah untuk memukimkan kembali penduduk dari daerah-daerah sekitar daerah aliran sungai (DAS), hutan lindung, suaka alam, dan dari daerah kritis lainnya di Kabupaten Lampung Selatan ke daerah yang masih jarang penduduknya di Kabupaten Lampung Utara.

Pokok masalah penelitian adalah: (1) apakah ada hubungan antara lingkungan pemukiman dengan sikap transrigran pemukiman kembali, (2) apakah ada perbedaan lingkungan fisik, sosial-ekonomi dan budaya serta daerah asal transmigran periode pertama dengan periode terakhir, dan (3) apakah ada perbedaan sikap keduanya terhadap lingkungan tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dari dua periode penempatan tersebut dapat dipelajari hubungan antara lingkungan pemukiman dan sikap transmigran dalam dua kondisi yang berbeda.

Dengan tujuan tersebut, kegunaan penelitian adalah untuk memberikan masukan kepada pengambil kebijakan, khususnya Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi Lampung guna pengembangan sistem dan pola penempatan transmigrasi pemukiman kembali serta bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan disiplin ekologi manusia.

Berdasarkan tujuan dan kegunaan penelitian tersebut di atas terpilih sampel dari populasi yang ada yaitu kepala keluarga transmigran pemukiman kembali di Kecamatan Sungkai Utara. Menyadari luasnya lokasi dan banyaknya populasi, penentuan besarnya sampel digunakan teknik stratified proportional random sampling. Dari sejumlah 77 responden yang terpilih terdiri dari 29 responden transmigran periode pertama dan sebanyak 48 responden transmigran periode terakhir. Adapun teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Berdasarkan hipotesis yang diajukan, dalam pengujian terungkap adanya hubungan yang erat antara lingkungan sosial ekonomi dan budaya; juga terdapat hubungan yang erat antara lingkungan fisik dengan sikap transmigran. Selain itu, hubungan antara daerah asal dengan sikap transmigran tidak teruji secara nyata. Hubungan-hubungan tersebut menunjukkan keterkaitan antara rendahnya daya dukung lingkungan (tingkat kesuburan lahan, kondisi kehidupan sehari-hari yang relatif sulit) dengan sikap para transmigran pemukiman kembali. Dengan semakin rendahnya tingkat pendapatan, maka semakin terbatasnya kegiatan-kegiatan sosial-budaya sehingga semakin kurang positif sikap transmigran. Selain itu, tidak teruji secara nyata perbedaan lingkungan fisik antara transmigran periode pertama dengan periode terakhir (t': 0,26); yang berarti kondisi lingkungan fisik dari kedua periode tersebut tidak ada perbedaan. Dari aspek lingkungan sosial-ekonomi dan budaya antara transmigran periode pertama berbeda nyata dengan transmigran periode terakhir (t' : 2,90), hal ini disebabkan latar belakang kehidupan keduanya sangat berbeda.

Perbedaan ini disebabkan keadaan sosial-ekonomi transmigran periode terakhir lebih baik dibandingkan transmigran periode pertama. Dari aspek sosial-budaya transmigran periode terakhir berasal dari lingkungan pemukiman yang memiliki pola dan corak yang sama dengan lokasi transmigrasi; sedangkan transmigran periode pertama berasal dari daerah pegunungan yang berbeda dengan lokasi transmigrasi sehingga proses adaptasi dan kebiasaan sehari-hari mengalami sedikit hambatan.

Dengan perbedaan tersebut timbal perbedaan sikap antara transmigran periode pertama dengan sikap transmigran periode terakhir. Perbedaan sikap ini secara jelas disebabkan oleh kondisi kehidupan sehari-hari yang menyangkut sosial-ekonomi dan budaya, sedangkan sikap terhadap lingkungan fisik tidak terdapat perbedaan secara nyata (t' : 0,09).

Secara deskriptif kuantitatif penelitian ini dapat mengungkapkan pula tingkat pendapatan para transmigran sangat rendah sekali. Pendapatan transmigran periode pertama sebesar Rp 36.657,02 dan transmigran periode terakhir sebesar Rp 40.202,84/jiwa/tahun; dan lebih memprihatinkan lagi bahwa pendapatan tersebut secara rata-rata dari kedua periode sebesar 54,64% diperoleh dari usaha non pertanian. Hal ini didukung oleh lahan yang digarap hanya 35,5% dari seluas dua hektar yang diberikan pemerintah.

Rendahnya pendapatan dan banyaknya curahan tenaga kerja di luar pemukiman mengakibatkan turunnya aktivitas sosial kemasyarakatan, seperti: tidak berjalannya KUD, rendahnya pendidikan anggota keluarga, dan lambannya proses pembauran dengan penduduk lokal. Hal ini disebabkan juga terpisahnya lokasi pemukiman transmigrasi dengan pemukiman penduduk lokal, kendatipun secara administratif berada di satu desa.

Salah satu keberhasilan program transmigrasi ini adalah daerah ini secara umum lebih maju dan ramai bila dibandingkan dengan sebelum adanya program tersebut. Dengan kondisi tersebut di atas baik yang bersifat positif maupun negatif dirasa perlu pembinaan yang lebih intensif guna meningkatkan proses sosialisasi sehingga terwujudnya kehidupan yang serasi antara transmigran periode pertama dan periode terakhir serta penduduk lokal.

1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Kadir
Abstrak :
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rusaknya bangunan-bangunan cagar budaya dan adanya permasalahan-permasalahan yang ada di kotatua, maka penelitian ini bertujuan untuk (1) mengindentifikasi konsep pengembangan wisata heritage Kotatua saat ini; (2) Menganalisis kekuatan dan kelemahan dari konsep pengelolaan Kotatua saat ini; (3) Membangun model wisata berbasis heritage berkelanjutan yang dapat menyelaraskan kepentingan keberlanjutan budaya, peningkatan ekonomi masyarakat sekitar kawasan Kotatua, peningkatan pengunjung dan kemudahan akses. Pendekatan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Sedangkan analisis data yang digunakan terdiri dari analisis deskriptif dan verifikatif dengan alat analisis Structural Equation Modelling (SEM). Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan (1) Konsep rencana strategis pembangunan kawasan kotatua Jakarta mengandung prinsip-prinsip dasar pembangunan wisata rakyat dan pelestarian budaya serta bagaimana semua pihak berkerja sama untuk mencapai tujuan bersama dalam konsep MICE (Meeting, Incentive, Conference and Events) yang mengacu pada jenis wisata tertentu dimana kelompok besar menyusun rencana umum masa depan guna mencapai tujuan bersama; (2) Implikasi penerapan konsep pembangunan yang berorientasi ekowisata pada kawasan wisata sejarah kotatua di tinjau dengan analisis SWOT. Untuk merespon secara efektif perubahan dalam lingkungannya, pengelola kawasan wisata harus mencermati lingkungan eksternal dan internalnya. Berdasarkan posisi kawasan wisata sejarah Kotatua Jakarta dalam Matriks SPACE maka strategi yang cocok untuk kawasan wisata ini adalah strategi kompetitif; (3) Model yang dapat memberdayakan masyarakat menjadi sejahtera, peningkatan PAD dan menjaga kelestarian budaya serta sejarah dikembangkan dengan cara: (a) Pengoptimalan input yang dimiliki masyarakat sekitar kawasan wisata kotatua Jakarta; (b) Proses revitalisasi yang dilakukan merupakan bentuk perubahan untuk meningkatkan keberlangsungan kawasan wisata kotatua Jakarta agar dapat diminati wisatawan sebagai sebuah wisata sejarah yang menarik untuk menjadi tujuan wisata; (c) Output tercapai apabila sasaran revitalisasi sampai pada tahapan perkembangan ekonomi, pemberdayaan masyarakat da pengembangan kawasan wisata kota tua; (d) Outcame dari model ini adalah masyarakat sejahtera, PAD meningkat dan kelestarian budaya serta sejarah tetap terjaga dengan baik, dari beberapa model yang ada, maka penulis dalam riset ini membangun model revitalisasi yaitu; Model KML (kelembagaan, Masyarakat dan Lingkungan). ......This research is motivated by the destruction of cultural heritage buildings and the problems that exist in Kotatua, then this study aims to (1) identify the concept of heritage tourism development is now Old Town, (2) Analyze the strengths and weaknesses of current Kotatua management concepts, (3) Building a heritage-based sustainable ecotourism models that can align the interests of cultural sustainability, economic improvement Kotatua around the area, an increase in visitors and ease of access. The approach in this study is a quantitative with methode quantitative and qualitative research methods. While the data analysis consisted of descriptive analysis and verification with analytical tools Structural Equation Modelling (SEM). Based on the analysis that had been done, it can be concluded (1) The concept of the development of a strategic plan Jakarta Old Town area containing the basic principles of tourism development and preservation of folk culture and how all parties work together to achieve common goals in the concept of MICE (Meeting, Incentive, Conference and Events) which refers to a particular type of tourism in which large groups of the general plan the future in order to achieve common goals, (2) implications of the application of the concept of eco-tourism oriented development in the tourist area of ??the old city at the review history with SWOT analysis. To respond effectively to changes in its environment, managers must examine the tourist area of ??the external and internal environment. Based on the position of the tourist area of ??the history of the old city in the SPACE matrix is ??a suitable strategy for this tourist area is a competitive strategy, (3) models that can empower people to be prosperous , increase revenue and preserve the culture and history developed by: (a) Optimization input of the communities around the area of ??the old city of Jakarta tourist; (b) revitalization process undertaken is a form of changes to improve the sustainability of the tourist area of ??the old city of Jakarta to be attracted tourists as an interesting historical sights to become a tourist destination; (c) Output reached if revitalization goals through the development stages of an early slow start, empowerment da pengembengan old town tourist area; (d) of this model is Outcame prosperous society, increased revenue as well as historical and cultural preservation is maintained properly, from some of the existing models, the authors in this research builds a model of revitalization, that is KML model (Institutional, Communities and the Environment).
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2016
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saeful Anwar
Abstrak :
Tesis ini membahas mengenai pemberdayaan masyarakat dan pemanfaatan modal sosial dalam program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan. Metode penelitian yang digunakan adalah Metode Penelitian Kualitatif dengan melakukan perbandingan terhadap pembangunan sarana dan prasarana fisik yang difasilitasi oleh PNPM di 2 (dua) desa yang memiliki angka kemiskinan cukup tinggi yaitu Desa Cibunar dan Desa Jagabaya di Kecamatan Parungpanjang. Kedua desa tersebut memiliki perbedaan karakteristik dimana Desa Cibunar bersifat periferi dan masyarakatnya heterogen sementara Desa Jagabaya masih bernuansa pedesaan dengan latar belakang masyarakat yang lebih homogen. Dalam penelitian ini terungkap bahwa modal sosial telah terbentuk di dua desa tersebut. Modal sosial yang telah terbentuk tersebut kemudian juga memberikan sumbangsih terhadap proses pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana fisik. Begitu juga variasi dan besarnya modal sosial yang berperan dalam pembangunan sarana dan prasarana fisik tersebut memberikan pengaruh terhadap tingkat kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana fisik yang telah dibangun. Dari hasil penelitian ini terungkap juga bahwa sarana dan prasarana fisik yang dibangun dapat memberikan manfaat ekonomis khususnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan atau menurunkan angka kemiskinan di kedua desa tersebut.
This thesis discusses the benefit of community development and social capital in poverty reduction programs based on community empowerment such as the National Program for Community Empowerment (PNPM) Rural. The method used is Qualitative Research Methods by doing a comparison of the development of physical infrastructure that is facilitated by PNPM in 2 ( two ) villages which have moderately high poverty which are Cibunar village and Jagabaya village in sub-District Parungpanjang. Both villages have different characteristics which are Cibunar village periphery and heterogeneous society while Jagabaya is still in a rural setting with a background that is more homogeneous society. In the research revealed that social capital has been formed in the two villages. Social capital that has been formed is also to contribute to the implementation of the development of physical infrastructure. So are the variety and amount of social capital that play a role in the development of physical infrastructure such an impact on the level of the quality and quantity of physical infrastructure that has been built. From the results of this reserach also revealed that the physical infrastructure provide economic benefits, especially in order to improve the welfare or reduce poverty in the two villages.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T39343
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library