Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eka Mauliana Diastuti
2011
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Syafrida Manuwoto
Abstrak :
This study was aimed to determine maturity and ripeness of sawo (Achras sapota L.) based on near infrared (NIR) spectroscopy using artificial neural network. The NIR system was developed and applied to 120 sawo samples at the wavelength range from 1400 - 1995 nm, the data was recorded in 5 nm interval. The samples were separated into three group, i.e. mature, ripe, and over ripe based on their harvest time. The principal component analysis (PCA) was used to reduce dimension of NIR reflectance data that has been smoothed with moving average method. The 5, 10, 15 principal component was fed into the neural network model as input and the level of maturity and ripeness as output. The result recommended the use of 10 and 15 principal component as input on various nodes in hidden layer that would provided the highest accurateness of 100% in classifying the sawo based on its maturity and ripeness
Bogor: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
630 FPJ
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nur Fathia Rahma Fauzia
Abstrak :
Penelitian ini menunjukkan minat pada konsep warna dan semiotik, serta berfokus pada konsep warna yang digunakan pada produk kosmetik menurut salah satu perusahaan di Indonesia. Istilah warna dalam bahasa Indonesia yang digunakan dalam produk kosmetik sering dikaitkan dengan warna kulit orang Indonesia. Beberapa istilah warna yang berhubungan dengan warna kulit adalah variasi dari warna cokelat dan kuning, yang sering digunakan pada produk kosmetik untuk membedakan warna produk kosmetik, contohnya alas bedak dan bedak. Contoh variasi warna cokelat yang digunakan sebagai tanda untuk membedakan warna produk kosmetik adalah sawo matang, sedangkan contoh variasi warna kuning adalah kuning gading dan kuning langsat. Penelitian ini membahas dan meneliti cara penutur bahasa Indonesia, khususnya orang-orang yang bertempat tinggal di Jabodetabek dan berada pada usia generasi milenial, dalam memberikan pemaknaan pada istilah warna sawo matang, kuning gading, dan kuning langsat yang digunakan dalam produk kosmetik. Data penelitian ini terdiri dari respons berupa kata-kata, terhadap makna istilah warna sawo matang, kuning gading, dan kuning langsat yang digunakan dalam produk kosmetik. Data dikumpulkan oleh peneliti melalui penyebaran kuesioner secara daring. Responden dalam penelitian ini adalah orang-orang yang memiliki latar belakang etnis berbeda-beda, yaitu Aceh, Aceh-Palembang, Bali, Batak, Betawi, Betawi-Sunda, Bugis, Ende, Flores, Flores-Manado, Jawa, Jawa-Arab, Jawa-Batak, Jawa-Betawi, Jawa-Minangkabau, Jawa-Sumatera, Manado, Melayu, Minangkabau, Palembang, Sunda, Tionghoa, Toraja, dan tidak terdefinisikan. Hasil penelitian menunjukkan beragam konotasi yang mengacu kepada mitos tentang variasi istilah warna sawo matang, kuning gading, dan kuning langsat yang digunakan dalam produk kosmetik. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perbedaan latar belakang etnis mempengaruhi pemaknaan responden terhadap istilah warna sawo matang, kuning gading, dan kuning langsat. Responden dengan etnis yang sama dapat memberikan pemaknaan yang berbeda. Selain itu, ditemukan responden dari etnis tertentu yang tidak mengetahui istilah warna sawo matang, kuning gading, atau kuning langsat. Dampaknya adalah responden tersebut tidak dapat memberikan pemahaman atau pemaknaan terhadap warna sawo matang, kuning gading, dan kuning langsat ......This research shows interest in the concepts of color and semiotics which focuses on the concept of color used in cosmetic products according to one of the cosmetic companies in Indonesia. The color term in Bahasa Indonesia used in cosmetic products are often associated with the skin color of Indonesians. Some color terms related to skin color are variations of brown and yellow, which are often used in cosmetic products to differentiate the color of cosmetic products, for example foundation and face powder. An example of a brown color variation that is used as a sign to differentiate the color of a cosmetic product is sawo matang, while examples of a yellow color variation are kuning gading and kuning langsat. This research discusses the way Indonesian speakers, especially those who live in Jabodetabek and are the millennial generation, give meaning to the terms sawo matang, kuning gading, and kuning langsat used in cosmetic products. The research data consists of responses to the meaning of sawo matang, kuning gading, and kuning langsat used in cosmetic products. Data was collected by researchers through distributing online questionnaires. Respondents in this study were people who had different ethnic backgrounds, namely Aceh, Aceh-Palembang, Bali, Batak, Betawi, Betawi-Sunda, Bugis, Ende, Flores, Flores-Manado, Javanese, Javanese-Arabic, Javanese-Batak, Javanese-Betawi, Javanese-Minangkabau, Javanese-Sumatra, Manado, Malay, Minangkabau, Palembang, Sundanese, Chinese, Toraja, and undefined. The results show various connotations that refer to myths about sawo matang, kuning gading, and kuning langsat used in cosmetic products. The results also show that differences in ethnic backgrounds influence respondents' knowledge about sawo matang, kuning gading, and kuning langsat. Respondents with the same ethnicity may provide different meanings of sawo matang, kuning gading, and kuning langsat. This research also found that respondents from certain ethnicities did not know the terms sawo matang, kuning gading, or kuning langsat. As a result, respondents were unable to provide an understanding of sawo matang, kuning gading, or kuning langsat.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andry
Abstrak :
Sumber minyak baru dapat diperoleh dengan mencari sumber yang berasal dari biji-bijian tanaman. Banyak biji-bijian dari tanaman di Indonesia yang mengandung minyak yang berpotensi untuk dijadikan sumber minyak. Biji tanaman yang diketahui mengandung minyak adalah biji sawo (Achras zapota L.). Adanya kandungan minyak dalam biji sawo mendorong dilakukannya penelitian ini, yaitu memperoleh minyak yang berasal dari biji sawo dan melakukan karakterisasinya, sehingga nantinya diharapkan dapat menambah sumber minyak baru yang memberikan manfaat. Dalam penelitian ini, dilakukan ekstraksi pelarut menggunakan soxhlet dengan pelarut n-heksana untuk memperoleh minyak dari biji sawo. Minyak sawo yang dihasilkan selanjutnya dilakukan pula karakterisasi berupa penentuan sifat fisika-kimia dan komposisi asam lemaknya. Sifat fisika dan kimia ditentukan dengan penentuan berat jenis, indeks bias, titik leleh, bilangan asam, bilangan penyabunan, materi tidak tersabunkan, bilangan iod, dan bilangan peroksida. Sedangkan komposisi asam lemaknya ditentukan dengan pengubahan asam lemak menjadi metil ester dengan penambahan pereaksi BF3 metanolat sebagai katalisator yang diinjeksikan ke dalam alat GC dengan kolom kapiler AT-1000. Minyak biji sawo yang dihasilkan berwarna kuning kecoklatan sebelum proses pemurnian dan berwarna jingga kecoklatan setelah pemurnian dengan rendemen 32,66% dari berat serbuk inti kering biji sawo atau 19,804% dari serbuk biji sawo seluruhnya. Sifat fisika dan kimianya dari data yang didapat menunjukkan bahwa minyak biji sawo memiliki kualitas yang tinggi dan baik digunakan untuk sumber minyak baru dari segi pangan maupun nonpangan. Asam-asam lemak penyusun trigliserida yang didapat adalah asam palmitat 21,91%, stearat 8,72 %, oleat 58,24%, linoleat 9,38%, linolenat 0,37%, dan tergolong trigliserida jenis oleopalmitolinolein. ......Recent sources of oil are capable to be attained by searching sources from seeds of plants contain oil. Many species seeds of plants in Indonesia are potential to yield oil and potential to be processed to oil sources. The seed of plant known contains oil is from sapodilla (Achras zapota L.). The existence of oil content in sapodilla seeds, motivate to be studied for research. That is aimed to attain the oil yield from sapodilla seeds and determine its characterization, so that later on it can be expected to be addition for one of new oil sources. In this study, yielding oil from sapodilla seeds by solvent extraction with soxhlet apparatus which is extracted with hexane. In this study, also conducted the characterization by determining physico-chemical characterization and fatty acids components. The physico-chemical characterization determined are density, refraxtion index, melting point, unsaponification material, free fatty acid number, saponification number, iod number, and peroxide number. Meanwhile, the component of fatty acids are determined by reacted the fatty acids into methyl ester by adding BF3 in methanol as catalysator which is injected to GC which complemented colomn AT-1000. The colours of extracted oil are brownish yellow before purification and brownish orange after purification with its yield 32,66% from its core powder only of weight or 19,804 % from all sapodilla core powder. The physico-chemical characterization of the oil indicates that this extracted oil from sapodilla seeds has high quality which well for usage of new oil resource in food and non-food field. The result of GC analysis indicates that the sapodilla seeds oil is composed of palmitic acid 21,91%, stearic acid 8,72 %, oleic acid 58,24%, linoleic acid 9,38%, and linolenic acid 0,37%, and can be classified as oleopalmitolinolein.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30697
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library