Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bondan Kanigoro
"Telah dilakukan penelitian mengenai membangun suatu rancang bangun ratemeter menggunakan detektor NaI Tl berbasis mikrokontroler Dimana menghitung jumlah cacahan suatu radiasi sinar gamma dari suatu unsur radioaktif Cacahan tersebut terukur dari pulsa pulsa listrik yang dihasilkan dari detektor NaI Tl Detektor yang terdiri dari scintillator dan tabung photomultiplier dapat mendeteksi adanya suatu aktivitas radioaktif Menggunakan unsur Amerisium 241 Am 241 sebagai sumber radioaktif dan mengukur tingkat cacahan radioaktif terhadap tingkat perubahan tengan detektor yang digunakan Menentukan daerah Plateau dari detektor yang digunakan pada tegangan 1000V sampai dengan 1020V dengan daerah kerja optimal detektor pada tegangan 1010V Membandingkan ratemeter yang telah dibuat dengan surveymeter yang terkalibrasi dengan hasil cacahan terhadap perubahan jarak radioaktif yang digunakan.

Has conducted research on building a design ratemeter using NaI detector Tl based microcontroller Where counting the number of counts of a gamma ray radiation from a radioactive element The initial count of measurable electrical pulses generated from the detector NaI Tl Scintillator detector consists of a photomultiplier tube and can detect the presence of a radioactive activity Using Americium 241 Am 241 as a radioactive source and measuring the level of radioactive chopped the rate of change amid the detector used Determining the Plateau area of the detector used at voltages up to 1020V 1000V with optimal work area detector voltage 1010V Comparing ratemeter which has been made with SurveyMETER calibrated with the results of counts to changes in the use of radioactive distance."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57116
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marliyadi Pancoko
"Plastik sintilator adalah bahan yang digunakan untuk mendeteksi radiasi ionisasi. Dalam penelitian ini, plastik sintilator dibuat menggunakan matrik epoksi dengan metode polimerisasi. p-Terphenyl (PTP) dan 1,4-Bis(5-phenyl-2-oxazolyl)benzene (POPOP) digunakan sebagai dopan primer dan sekunder. Rasio dopan primer dan sekunder divariasikan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap sifat sintilator. Analisis Fourier - Transform Infrared Spectrometer (FTIR) mengungkapkan adanya rantai aromatik, yang memainkan peran penting dalam proses sintilasi dengan mempengaruhi efisiensi konversi radiasi energi tinggi menjadi sinyal cahaya tampak. Pada karakterisasi Differential Scanning Calorimetry (DSC) terlihat bahwa penambahan dopan tidak menunjukan perbedaan antara sample sintilator dan matriknya. Dopan aromatik yang ditambahkan tidak mengalami reaksi kimia tetapi terdispersi di dalam matrik. Penyebaran dopan dalam matrik epoksi dapat diamati dari morfologi permukaan epoksi, bintik-bintik molekul dopan masih terlihat jelas di bawah Scanning Electron Microscope (SEM). Sifat sintilasi teramati melalui evaluasi optik, sampel terbukti mampu menyerap foton UV hingga 340 nm dan memancarkan foton dalam rentang panjang gelombang 400-500 nm, dengan puncak pada 423 nm. Analisis spektrum gamma menggunakan 137Cs, menunjukkan bahwa sintilator epoksi merespon sinar gamma yang masuk berdasarkan spektrum Compton yang dihasilkan. Sebagai kesimpulan, plastik sintilator yang dihasilkan dalam penelitian ini memiliki potensi untuk mendeteksi sumber gamma dan dapat digunakan pada Radiation Portal Monitor (RPM).

A plastic scintillator is a material utilized for detecting ionizing radiation. In this study, plastic scintillators were created using an epoxy matrix through a polymerization process. The primary and secondary dopants used were p-Terphenyl (PTP) and 1,4-Bis(5-phenyl-2-oxazolyl)benzene (POPOP). The ratios of dopants were varied to investigate their effects on the scintillator's properties. FTIR analysis uncovered the presence of aromatic chains, which play a crucial role in the scintillation process by influencing the conversion of high-energy radiation into visible light signals. Characterization with DSC indicated that the addition of dopants did not yield any discernible differences between the scintillator sample and its epoxy matrix. The added aromatic dopants did not undergo any chemical reactions but rather dispersed within the epoxy matrix. This dispersion could be observed in the surface morphology of the epoxy, with visible spots of dopant molecules under the SEM. Optical evaluation showed that the samples effectively absorbed UV photons up to 340 nm and emitted photons within the 400-500 nm wavelength range, peaking at 423 nm. Gamma spectrum analysis using 137Cs demonstrated the epoxy scintillator's responsiveness to incoming gamma rays, correlating with the generated Compton spectrum. To conclude, the plastic scintillator in this research exhibits great potential for gamma detection and can be effectively utilized in RPM."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandy Aryo Mustiko
"Muon kosmik merupakan partikel sekunder hasil interaksi sinar kosmik dengan atmosfer bumi yang memiliki potensi besar dalam berbagai aplikasi seperti radiografi, pemetaan struktur bawah permukaan, dan pengukuran radiasi latar. Namun, keberhasilan sistem deteksi muon di permukaan bumi seringkali terhambat oleh paparan radiasi gamma dari sumber alami maupun buatan yang dapat menurunkan akurasi deteksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi performa sistem deteksi muon berbasis plastic scintillator dalam kondisi lingkungan radiasi yang bervariasi, meliputi tanpa sumber radiasi (hanya muon), serta dengan paparan radiasi gamma dari Co-60, Cs-137, dan background alami (K-40). Pendekatan yang digunakan meliputi akuisisi sinyal dari detektor, pengolahan data, dan penentuan ambang batas (threshold) optimal menggunakan metode gradien count rate, yang menghasilkan nilai stabil pada 273 mV. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa sistem mampu mendeteksi muon dengan cukup baik di bawah berbagai kondisi, dengan count rate sebesar 54,7 hit/menit pada background alami, 52,9 hit/menit untuk Co-60, 55,7 hit/menit untuk K-40, dan 46,1 hit/menit untuk Cs-137. Dibandingkan dengan referensi CosmicWatch sebesar 60 hit/menit, deviasi yang tercatat berkisar antara 7,2% hingga 23,2%. Temuan ini menunjukkan bahwa metode yang diterapkan cukup efektif dalam memisahkan sinyal muon dari gangguan radiasi gamma, meskipun masih terdapat efek residual. Dengan demikian, pendekatan ini dapat menjadi dasar pengembangan sistem deteksi muon yang lebih andal untuk digunakan di lingkungan terbuka atau area dengan latar radiasi tinggi.

Cosmic muons are secondary particles produced by the interaction of cosmic rays with the Earth's atmosphere and have significant potential in various applications such as radiography, subsurface imaging, and background radiation measurement. However, accurate muon detection at the Earth's surface is often hindered by gamma radiation from both natural and artificial sources, which can compromise detector performance. This study aims to evaluate the performance of a plastic scintillator-based muon detection system under different radiation conditions: without external sources (pure muon background), and under exposure to gamma radiation from Co-60, Cs-137, and natural background (K-40). The approach involves signal acquisition, processing, and determination of an optimal threshold using a count rate gradient method, which identified a stable threshold at 273 mV. Experimental results show that the system can detect muons reliably across varying conditions, with count rates of 54.7 hits/min (±7%) under natural background, 52.9 hits/min for Co-60, 55.7 hits/min for K-40, and 46.1 hits/min for Cs-137. Compared to the CosmicWatch reference value of 60 hits/min, the observed deviation ranges from 7.2% to 23.2%. These findings indicate that the applied method is effective in separating muon signals from gamma background, although some residual interference remains. Overall, the proposed approach provides a promising foundation for developing more robust muon detection systems suitable for use in open or high-radiation environments."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library