Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisya Dwi Rianthi
Abstrak :
Latar belakang: Identifikasi dan deteksi dini keterlambatan perkembangan anak sampai usia 3 tahun membutuhkan alat uji penapisan yang sahih dan andal serta mudah diaplikasikan orangtua. Kesahihan dan keandalan ASQ-3 belum teruji di Indonesia sehingga ASQ-3 belum digunakan secara luas sebagai alat uji penapisan perkembangan anak. Tujuan: Mengetahui kesahihan dan keandalan ASQ-3 bahasa Indonesia sebagai alat uji penapisan keterlambatan perkembangan anak usia 24-36 bulan. Metode: Penelitian potong lintang ini dibagi menjadi 2 tahap. Tahap pertama yaitu adaptasi transkultural, modifikasi dan tranlasi kuesioner ASQ-3 versi orginal ke bahasa Indonesia. Tahap kedua, kuesioner bahasa Indonesia yang sudah final, diuji ke 30 subyek dari 5 kelompok umur (24,27,30,33,36 bulan). Uji kesahihan dengan menggunakan koefisien korelasi, uji keandalan dengan konsistensi internal dan keandalan inter-rater. Hasil: Uji kesahihan dengan koefisien korelasi kuat di domain komunikasi usia 24 bulan (0,908), domain motor kasar usia 24 bulan (0,860), domain motor kasar usia 36 bulan (0,865). Uji keandalan dengan Alpha Cronbach ialah baik (0,673-0,825) dengan keandalan inter-rater yang sangat baik (0,916). Kesimpulan: ASQ-3 bahasa Indonesia sahih dan andal sebagai alat uji penapisan keterlambatan perkembangan anak usia 24-36 bulan. ......Background: Identification of children with developmental disabilities is critical step in providing early intervention services. Ages and Stages Questionnaires third edition (ASQ-3), a parent-report questionnaires has been proven to be a valid and reliable screening test and good psychometric properties. This test has not been validated and standardized before in Indonesia. Aim: To provide the validated and reliability form of the Indonesian version of the Ages and Stages Questionnaires as an appropriate developmental screening tool for evaluation of 24-36 months Indonesian children's development. Method: Cross sectional study divided into two parts. First part included the adaptation, transcultural, and translation ASQ-3 original version to Indonesian version. Second part, final form of Indonesian ASQ-3 was performed for 30 children from 5 age groups (24,27,30,33,36 months). In order to determine validity of the questionnaires using correlation coefficient, and reliability was measured using internal consistency and intraclass correlation coefficient. Results: The validity determined by correlation coefficient was very good in communication area at 24 months age (0.908), gross motor at 24 months age (0.860), and gross motor at 36 months age (0.865). The reliability, determined by cronbach's alpha ranged from 0.673-0.825 and the inter-rater reliability was 0.916. Conclusion: The Indonesian version of the ASQ has appropriate validity and reliability for screening developmental disorders in 24 -36 months children in Indonesia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T55526
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Komarunisa
Abstrak :
[ABSTRAK
Subjective Global Assessment (SGA) dan Nutritional Risk Screening (NRS) 2002 merupakan alat skrining malnutrisi yang bertujuan untuk mendeteksi passien yang mengalami malnutrisi maupun berisiko malnutrisi. Dampak malnutrisi terhadap pasien dan rumah sakit, antara lain memperpanjang lama perawatan, meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien, serta bertambahnya biaya pengobatan rumah sakit. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian terhadap alat skrining tersebut pada pasien bedah rawat inap di Ruang Rawat Bedah Gedung A RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM ) dan membandingkan kedua hasilnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi malnutrisi pasien bedah dewasa rawat inap dan mengetahui metode skrining yang tepat dan praktis untuk mendeteksi pasien berisiko malnutrisi. Secara khusus, penelitian ini bertujuan mengetahui spesifisitas dan sensitivitas metode skrining NRS-2002, serta waktu pelaksanaan skrinng tersebut. Penelitian ini merupakan studi potong lintang pada pasien bedah dewasa rawat inap di RSUPNCM yang memenuhi kriteria penelitian dengan jumlah sampel 75 orang. Seluruh instrumen penelitian divalidasi sebelum pengambilan data. Pengumpulan data meliputi wawancara menggunakan kuesioner dan formulir metode skrining malnutrisi, pengukuran berat badan dan tinggi badan estimasi serta penilaian indeks masa tubuh. Didapatkan prevalensi malnutrisi sebesar 40% pada pasien bedah dewasa rawat inap di RSUPNCM dengan sensitivitas NRS 83,3% dan spesifisitas 100%. Jumlah penderita malnutrisi yang tertinggi berada pada kelompok umur >60 tahun ( p = 0,04) dengan kasus bedah gastrointestinal yang malnutrisi lebih banyak signifikan (p = 0,008) dibandingkan dengan kasus bedah non gastrointestinal serta waktu pelaksanaan berbeda signifikan antara SGA dan NRS 2002 (p = 0,00).
ABSTRACT
The Subjective Global Assessment (SGA) and Nutritional Risk Screening (NRS) 2002 are screening tools aimed at detecting malnourished individuals and those at risk for malnutrition. The consequences of malnutrition for both patient and hospital include prolonged hospital length of stay, increased morbidity and mortality rate, and high hospital expenses. In this study we examined the applicability of those screening tools in surgery hospitalized patients at Gedung A RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM ) and compared the result. The aim of this study is to investigate the prevalence of malnutrition in Dr. Cipto Mangunkusumo general hospital and to determine which screening tools is more appropriate and practical for identifying the risk of malnutrition. Particularly, this study is to determine specificity, sensitivity and time consuming of the NRS 2002. The study is a cross-sectional study at surgery hospitalized patient in RSUPNCM and icluded 75 patients. All of the instruments will be validated prior to data collection, which includes interview using questionnaire and malnutrition tools form, , weight and height estimated measurements and the assessment of body mass index. The prevalence of malnutrition at surgery hospitalized patient in RSUPNCM was 40% with the sensitivity and the specificity of the NRS 2002 were 83,3% and 100% consecutively. The malnourished patients were significantly higher in the age group >60 years old (p= 0,04) with cases of gastrointestinal surgery more significant (p=0,08) compared with the case of non-gastrointestinal surgery as well as the time consuming significantly different between SGA and NRS 2002 (p=0,00)., The Subjective Global Assessment (SGA) and Nutritional Risk Screening (NRS) 2002 are screening tools aimed at detecting malnourished individuals and those at risk for malnutrition. The consequences of malnutrition for both patient and hospital include prolonged hospital length of stay, increased morbidity and mortality rate, and high hospital expenses. In this study we examined the applicability of those screening tools in surgery hospitalized patients at Gedung A RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM ) and compared the result. The aim of this study is to investigate the prevalence of malnutrition in Dr. Cipto Mangunkusumo general hospital and to determine which screening tools is more appropriate and practical for identifying the risk of malnutrition. Particularly, this study is to determine specificity, sensitivity and time consuming of the NRS 2002. The study is a cross-sectional study at surgery hospitalized patient in RSUPNCM and icluded 75 patients. All of the instruments will be validated prior to data collection, which includes interview using questionnaire and malnutrition tools form, , weight and height estimated measurements and the assessment of body mass index. The prevalence of malnutrition at surgery hospitalized patient in RSUPNCM was 40% with the sensitivity and the specificity of the NRS 2002 were 83,3% and 100% consecutively. The malnourished patients were significantly higher in the age group >60 years old (p= 0,04) with cases of gastrointestinal surgery more significant (p=0,08) compared with the case of non-gastrointestinal surgery as well as the time consuming significantly different between SGA and NRS 2002 (p=0,00).]
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eny Erlinda Widyaastuti
Abstrak :
ABSTRAK
Program spesialis keperawatan medikal bedah khususnya neurologi dimaksudkan untuk menjadikan seorang perawat spesialis neurosains yang berperan dalam pemberi asuhan keperawatan lanjut, melakukan pembuktian ilmiah, dan agen pembaharu. Asuhan keperwatan yang dilaksanakan pada kasus stroke hemoragik dan 30 pasien dengan gangguan neurologis dengan pendekatan Model adaptasi Roy RAM . Perilaku maladaptif yang paling sering ditemui pada mode adaptasi fisiologis adalah penurunan kapasitas adaptif intrakranial dan resiko perfusi serebral tidak efektif. Evidence Based Nursing dilakukan dengan menerapkan aromaterapi lavender pada 5 pasien neurologi dengan insomnia dengan hasil p value 0,002 . Program inovasi menerapkan skrining National Institute Health Stroke Scale NIHSS , Berg Balance Scale BBS , Three Inkontinence Question 3 IQ , Frenchay Aphasia Screening Test FAST , Insomnia Severity Index dan Adult Non Verbal Pain Scale ANVPS untuk dapat menunjang pengkajian khusus pada pasien neurologi. Skrining yang diaplikasikan dapat membantu mengidentifikasi masalah keperawatan khususnya pada pasien neurologi.ABSTRACT Specialist nurse program of medical surgical nursing esspecially neuroscience specialist nurse play role in nursing pactice as advanced nursing care providers, conduct scientific evidence and innovator. Roy adaptation model approach was used in the nursing care of haemoragik stroke and 30 patients of neurological disorders cases. Decrease intranial adaptive capacity and risk of ineffective cerebral tissue perfussion was the most often of nursing diagnosis enforced which was caused maladaptive behavior in physiological mode. Evidence based nursing was implemented by practice lavender aromatherapy for 5 neurologic disorders patients with insomnia and the result p value 0,002. Innovation program implemented of screening tools of the National Institute Health Stroke Scale NIHSS , Berg Balance Scale BBS , Three Inkontinence Question 3 IQ , Frenchay Aphasia Screening Test FAST , Insomnia Severity Index dan Adult Non Verbal Pain Scale ANVPS to support the neurological patients assesment. Aplication of screening tools could help to identified nursing problems esspecially to neurological patients
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwit Ida Chahyani
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: HIV-associated neurocognitive disorder (HAND) adalah komplikasi neurologis dalam perjalanan penyakit HIV. Karena prevalensi HAND masih tinggi dan dampak negatif yang disebabkannya seperti gangguan fungsional, kehilangan pekerjaan, membutuhkan caregiver, maka sangat diperlukan sekali perangkat alat penapisan gangguan kognitif yang praktis, mudah, tidak membutuhkan waktu yang lama serta tersedia disemua fasilitas untuk penapisan HAND. Ini merupakan penelitian pertama di Indonesia untuk menentukan sensitivitas dan spesifisitas International HIV Dementia Scale (IHDS) dan Montreal Cognitive Assesment versi Indonesia (MOCA-INA) sebagai alat penapisan HAND dan untuk mengetahui pola ranah kognitif yan paling sering terganggu. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan uji diagnostik pada pasien HIV yang berobat di poliklinik pelayanan terpadu HIV RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta September-Desember 2015. Pasien yang memenuhi kriteria penelitian dilakukan pemeriksaan penapisan dengan IHDS dan MOCA-INA dilanjutkan pemeriksaan kognitif lengkap. Hasil: Didapatkan 120 subjek dengan nilai median usia 33 (21-40) tahun, sebagian besar telah mendapatkan ARV 117 orang (97,5%). Proporsi gangguan kognitif berdasarkan IHDS 54 orang (45%), berdasarkan MOCA- INA 69 orang (57,5%). Proporsi HAND berdasarkan pemeriksaan kognitif lengkap 72 orang (60%). Nilai sensitivitas IHDS 45,8% (95% CI 0,348-0,573) dan spesifisitas IHDS 56,3% (95% CI 0,423-0,693). Nilai sensitivitas MOCA-INA 70,8% (95% CI 0,595-0,801) dan spesifisitas MOCA-INA 62,5% (95% CI 0,484 to 0,748). Pola gangguan kognitif yang tersering adalah gangguan memori 71 subjek (98,6%), diikuti fungsi eksekutif 56 subjek (77,8%) dan kelancaran bahasa 31 subjek (43,1%). Kesimpulan: MOCA-INA adalah alat penapisan HAND yang memiliki nilai sensitifitas dan spesifisitas yang lebih baik dibandingkan IHDS. Gangguan ranah kognitif yang tersering adalah memori, fungsi eksekutif dan kelancaran bahasa
ABSTRACT
Background: HIV-associated neurocognitive disorder (HAND) is a disabling complication in HIV disease progression. Due to high prevalence and negative impacts of HAND such as functional disorders, loss of employment, and dependence to caregivers, it is necessary to have some practical tools to screen HAND to prevent disabilities. This was the first study in Indonesia to look into the sensitivity and specificity of IHDS and MOCA-INA as a screening tool for HAND and to determine which cognitive domains are mostly affected. Materials and Method: This was a diagnostic study in integrated HIV outpatient clinics in Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta in September to December 2015. Patients were screened for cognitive disorders using IHDS and MOCA-INA as well as complete cognitive assessment. Results: There were 120 subjects with median (range) age of 33 (21-40) years. Most subjects (97.5%) received Antiretroviral Treatment (ART). Prevalence of cognitive disorder based on IHDS and MOCA-INA were 45% and 57.5%, respectively. Prevalence of HAND based on complete cognitive assessment were 60%. The sensitivity and specificity of IHDS were 45.8% (95% CI 0.348-0.573) and 56.3% (95% CI 0.423-0.693). The sensitivity and specificity of MOCA-INA were 70.8% (95% CI 0.595-0.801) and 62.5% (95% CI 0.484 to 0.748). Memory (98.6%) was the most affected domain, followed by executive function (77.8%), and verbal fluency (43.1%). Conclusions: These data suggest that MOCA-INA is a validated screening tool for HAND with higher sensitivity and specificity. The most frequent disorders were memory, executive function, and disturbance in verbal fluency.
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Sartiya Rini
Abstrak :
ABSTRAK
Perawat spesialis neurosains berperan dalam praktik keperawatan berupa pemberi asuhan keperawatan lanjut, melakukan pembuktian ilmiah dan agen pembaharu. Asuhan keperawatan dilakukan pada kasus pasien dengan cedera kepala dan 30 pasien gangguan neurologis dengan pendekatan Model adaptasi Roy. Perilaku maladaptif paling banyak terganggu pada mode fisologis dengan diagnosa resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral. Evidence Based Nursing dilakukan dengan menerapkan augmentative and alternative communication AAC pada 3 pasien stroke yang mengalami afasia motorik dengan hasil yang signifikan p value 0,038 . Program inovasi menerapkan enam screening tools yaitu Insomnia Severity Index ISI , National Institute Health Stroke Scale NIHSS , 3 Incontinence Question 3 IQ , Berg Balance Scale BBS , Frenchay Aphasia Screening Test FAST dan Adult Non Verbal Pain Scale ANVPS pada pasien dengan gangguan neurologi yang terbukti memudahkan perawat dalam menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat. Model Adaptasi Roy telah berpengaruh besar terhadap profesi keperawatan. Model ini adalah salah satu model yang paling banyak digunakan dalam memandu penelitian, pendidikan dan praktik keperawatan. ABSTRACT Neuroscience nurse specialist play role in nursing practice as advanced nursing care providers, conduct scientific evidence and innovator. Roy adaptation model approach was used in the nursing care of the head injury patients and 30 patients of neurological disorders cases. Risk of cerebral tissue perfusion ineffectiveness was the most often of nursing diagnosis enforced which was caused maladaptive behavior in physiological mode. Evidence based nursing was implemented by augmentative and alternative communication AAC in 3 stroke patients with motor aphasia with significant results p value 0.038 . The Innovation program applies six screening tools are Insomnia Severity Index ISI , National Institute of Health Stroke Scale NIHSS , 3 Incontinence Questions 3 IQs , Berg Balance Scale BBS , Frenchay Aphasia Screening Test FAST and Adult Non Verbal Pain Scale ANVPS in neurological disorders patients proven to facilitate nurses in establishing nursing diagnoses. Roy Adaptation Model has greatly influenced the profession of nursing. It is one of the most frequently used models to guide nursing research, education and practice.
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fadli Syamsuddin
Abstrak :
ABSTRAK
Perawat spesialis neurosains berperan dalam praktik keperawatan berupa pemberi asuhan keperawatan lanjut, melakukan pembuktian ilmiah dan agen pembaharu. Asuhan keperawatan dilakukan pada kasus pasien dengan Tumor Otak dan 30 pasien gangguan neurologis dengan pendekatan Model adaptasi Roy. Perilaku maladaptif paling banyak terganggu pada mode fisologis dengan diagnosa resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral. Evidence Based Nursing dilakukan dengan menerapkan thermal tactile stimulation pada 3 pasien stroke yang mengalami disfagia dengan hasil yang signifikan p value 0,038 . Program inovasi menerapkan enam screening tools yaitu Insomnia Severity Index ISI , National Institute Health Stroke Scale NIHSS , 3 Incontinence Question 3 IQ , Berg Balance Scale BBS , Frenchay Aphasia Screening Test FAST dan Adult Non Verbal Pain Scale ANVPS pada pasien dengan gangguan neurologi yang terbukti memudahkan perawat dalam menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat. Model Adaptasi Roy telah berpengaruh besar terhadap profesi keperawatan. Model ini adalah salah satu model yang paling banyak digunakan dalam memandu penelitian, pendidikan dan praktik keperawatan ABSTRACT Neuroscience nurse specialist play role in nursing practice as advanced nursing care providers, conduct scientific evidence and innovator. Roy adaptation model approach was used in the nursing care of the tumor brain patients and 30 patients of neurological disorders cases. Risk of cerebral tissue perfusion ineffectiveness was the most often of nursing diagnosis enforced which was caused maladaptive behavior in physiological mode. Evidence based nursing was implemented by thermal tactile stimulationin 3 stroke patients with disfagia with significant results p value 0.038 . The Innovation program application six screening tools are Insomnia Severity Index ISI , National Institute of Health Stroke Scale NIHSS , 3 Incontinence Questions 3 IQs , Berg Balance Scale BBS , Frenchay Aphasia Screening Test FAST and Adult Non Verbal Pain Scale ANVPS in neurological disorders patients proven to facilitate nurses in establishing nursing diagnoses. Roy Adaptation Model has greatly influenced the profession of nursing. It is one of the most frequently used models to guide nursing research, education and practice
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library