Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Recently secang had productive be a kind of tea and sold broadly. In Dr. Ratu Safitri research had been known that secang had antioxidant activity and power as radical scavenging but they were labile if extracted in water
."
2007
658 JRTI 1:1 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sasi Suci Ramadhani
"Latar Belakang: Invasi mikroorganisme kedalam pulpa dan tubuli dentin merupakan penyebab infeksi saluran akar. Enterococcus faecalis merupakan bakteri yang sering ditemukan dalam infeksi primer, sekunder maupun persisten, memiliki kemampuan membentuk biofilm dan dapat bertahan hidup dalam kondisi yang ekstrim tanpa nutrisi sehingga bakteri ini sangat sulit dieliminasi. Preparasi kemomekanis tidak cukup untuk menghilangkan infeksi. Diperlukan suatu bahan irigasi untuk membantu menghilangkan  bakteri sehingga menyempurnakan preparasi saluran akar. Bahan irigasi herbal diperlukan sebagai alternatif pengganti bahan irigasi kimia untuk meminimalisir efek toksik dan resisten, namun tetap memiliki efek antibakteri yang setara dengan bahan irigasi kimia.
Tujuan: Menganalisa efek antibakteri larutan ektrak kayu secang terhadap biofilm E. faecalis isolat klinis.
Metode: Biofilm E. faecalis isolat klinis dibagi menjadi enam kelompok perlakuan untuk dipaparkan dengan bahan uji ekstrak kayu secang dengan konsentrasi 312 µg/ml, 625 µg/ml, 1250 µg/ml, 2500 µg/ml, 5000 µg/ml dan CHX 2% kemudian diuji dengan metode hitung koloni dan MTT assay.
Hasil: Didapatkan hasil dari kedua uji yang dilakukan bahwa konsentrasi optimum yang memiliki efek antibakteri setara dengan CHX 2% adalah konsentrasi 625 µg/ml.
Kesimpulan: Larutan ekstrak kayu secang memiliki efek antibakteri terhadap biofilm E. faecalis isolat klinis yang setara dengan CHX 2%.

Background: Microorganism invasion to the pulp and dentinal tubules is the cause of root canal infection. Enterococcus faecalis  commonly found in primary, secondary and persitent infection because it has ability to form biofilms and can survive in extreme conditions without nutrition, so these bacteria are very difficult to obliterate. Chemomechanical preparation not enough to eliminate infection. Materials needed to eliminate bacteria. Herbal irrigation required as an alternative chemical materials  to minimize toxicity and resistant effect, but still have an antibacterial effect comparable to chemical irrigation materials.
Objective: To analyze the antibacterial effects of secang heartwood againts E. faecalis biofilm clinical isolates.
Methods: em>E. faecalis biofilms were clinically suitable isolates into six treatment groups to be presented with secang heartwood extract test materials with a concentration of 312 µg/ml, 625 µg/ml, 1250 µg/ml, 2500 µg/ml, 5000 µg/ml and CHX 2% then examined by the colony forming unit and MTT assay methods.
Results: Obtained results from both test carried out that the optimum concentration which has an antibacterial effect along with 2% CHX is concentration of 625 µg/ml.
Conclusion: Secang wood extract solution has an antibacterial effect on E. faecalis bioflim clinical isolates that are comparable to CHX 2%.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Yulandari
"Latar belakang : E.faecalis merupakan bakteri yang mendominasi pada infeksi saluran akar persisten yang memiliki virulensi 1000 kali lebih kuat dalam bentuk biofilm dibandingkan planktonik. Penggunaan larutan irigasi herbal dipertimbangkan dengan tujuan meminimalkan efek samping namun memiliki efektivitas yang sama dibandingkan larutan irigasi kimia. Tujuan : Untuk menganalisis kemampuan kayu secang dalam mengeliminasi biofilm E.faecalis. Metode : Biofilm E.faecalis dibagi menjadi enam kelompok yaitu kelompok kayu secang konsentrasi 625 g/ml, 1.250 g/ml, 2.500 g/ml, 5.000 g/ml, CHX 2 dan kelompok biofilm tanpa perlakuan. Hasil : Ditemui bahwa nilai rerata koloni biofilm diantara empat konsentrasi yang diuji, konsentrasi 625 g/ml memiliki efektivitas antibakteri yang sama dengan CHX , sedangkan efektivitas antibakteri konsentrasi 5.000 g/ml merupakan yang terendah dibandingkan CHX 2 . Kesimpulan : Kayu secang mempunyai efek antibakteri terhadap biofilm E.faecalis dan efektivitasnya sama dengan CHX 2 .Kata kunci : E. faecalis; biofilm; kayu secang.

Background E.faecalis is the dominant bacteria in persistent root canal infections that have 1000 times stronger virulence in biofilms than planktonic. The use of herbal irrigation solutions is considered with the aim of minimizing side effects but having the same effectiveness as compared to chemical irrigation solutions. Objective To analyze the ability of secang heartwood in eliminating E.faecalis biofilm. Methods Biofilm E.faecalis divided into six groups, in secang heartwood concentration groups of 625 g ml, 1.250 g ml, 2.500 g ml, 5.000 g ml, CHX 2 and biofilm group without treatment. Results It was found that the mean value of the biofilm colony among the four concentrations, the concentration of 625 g ml had the same antibacterial effectiveness as CHX , while the antibacterial effectiveness of 5.000 g ml concentration was the lowest compared to CHX 2 . Conclusion Secang heartwood has antibacterial effect on E.faecalis biofilm and its effectiveness is equal to CHX 2 .Keywords Enterococcus faecalis biofilm secang heartwood "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Atini Solawati
"Pendahuluan: Kasus Diabetes tipe 2 meningkat pesat pada orang yang memiliki massa otot rendah. Sambiloto, Jamblang dan Secang merupakan tanaman yang banyak digunakan sebagai obat tradisional dalam mengobati diabetes. Tujuan: untuk mengevaluasi efek antidiabetes dan toksisitas subkronis dari kombinasi ekstrak ASC. Metode: Efek antidiabetes menggunakan tikus Sprague dawley jantan yang diaklimatisasi selama 14 hari kemudian diberi pakan HFD selama 28 hari, kemudian tikus dibuat diabetes dengan induksi streptozotosin 35 mg/kg BB. Setelah itu tikus diberi perlakuan ekstrak ASC dosis 150 dan 300 mg/kg BB setiap hari selama 28 hari. Berat badan, BGL dan profil lipid diukur sebelum dan sesudah perlakuan. Pada akhir penelitian, tikus dikorbankan kemudian pankreas serta lemaknya diambil. Sedangkan uji toksisitas subkronis dilakukan menggunakan tikus jantan dan betina yang diaklimatisasi selama 14 hari kemudian diberi pakan normal dengan ekstrak ASC dosis 150, 575 dan 1000 mg/kg BB setiap hari selama 135 hari. Pada akhir penelitian tikus dikorbankan kemudian diambil darah, jantung, paru - paru, hati, limpa, ginjal dan pankreas untuk dilihat histologinya. Hasil: kombinasi ekstrak ASC memiliki potensi antidiabetes dan tidak toksik pada uji subkronis 135 hari.

Introduction: Cases of T2DM have increased rapidly in people who have low body mass. Andrographis paniculata, Syzygium cumini, and Caesalpinia sappan (ASC) are plants that are widely used as traditional medicines in treating diabetes. Objectives: To evaluate antidiabetic effects and subchronic tocixity of a combined ASC extract. Methods: Antidiabetic effects using male Sprague dawley rats were acclimatized for 14 days and then fed HFD for 28 days. Rats were made diabetic by induction of streptozotocin 35 mg/kg BW. After that the rats were treated with ASC extract in doses of 150 and 300 mg/kg BW daily for 28 days. Body weight, BGL and lipid profiles were be measured before and after treatment. At the end of the study, the rats were sacrified and the pancreas and fat were collected. In subchronic toxicity test using male and female rats were acclimatized for 14 days and then fed normal diet with ASC extract at doses level of either 150, 575, and 1000 mg/kg BW daily for 135 days. At the end of the study, the rats were sacrified and then bloods, heart, pulmonary, liver, kidneys, spleen, and pancreas were collected. Result: The combination of ASC extracts has a potential antidiabetic effect and is non-toxic in the 135 days subchronic test.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mayang Listyaningdyah
"Secang (Caesalpinia sappan L) merupakan tumbuhan berkhasiat yang banyak ditemukan dibeberapa Negara di Asia bermanfaat untuk mengobati beberapa penyakit seperti diare, tuberkulosis, disentri, sipilis, radang mata dan obat kumur. Di jawa Tengah dan Bali, kayu Secang digunakan sebagai sirup dan minuman teh, atau ??teh cang??. Di Cina, kayu Secang digunakan sebagai obat-obatan tradisional Cina seperti analgesik dan antiinflammatori. Senyawa yang terkandung dalam kayu secang antara lain golongan flavonoid yang punya gugus fenolik yang berpotensi sebagai antioksidan. Penelitian ini dilakukan untuk mengisolasi dan mengetahui kandungan senyawa kimia hati kayu Secang (Caesalpinia sappan) serta uji terhadap aktivitas antioksidan dengan metode DPPH. Penelitian dilakukan dengan merendam sampel hati kayu secang dengan pelarut metanol. Pemisahan sampel dilakukan dengan ekstraksi menggunakan metanol- air dan etil asetat. Pemisahan komponen dari fraksi etil asetat dilakukan dengan kromatografi kolom. Hasil fraksinya diuji KLT menggunakan pengembang kloroform : metanol (9:1). Fraksi yang hasil uji KLT-nya mempunyai spot yang dominan yang diambil dan diperlakukan selanjutnya, sehingga didapat dua komponen. Komponen A direkristalisasi sehingga didapat satu spot, kristal yang terbentuk berwarna kuning sebanyak 78,5 mg. Hasil analisis FT-IR menunjukkan adanya gugus O-H, C=O, -CH2-, C=C. Hasil analisis GC-MS menunjukkan komposisi yang hampir murni, puncak tertinggi pada Rt 15,76 mempunyai BM 272 dan diduga senyawanya adalah demetilsappancalkon. Komponen B direkristalisasi dan didapat kristal berwarna merah sebanyak 265,8 mg. Hasil analisis FT-IR menunjukkan adanya gugus O-H, -CH2-, C=C, C-O. Hasil analisis GC-MS masih terdapat beberapa komponen, puncak pada Rt 15,63 diperkirakan sama dengan Komponen A, puncak pada Rt 18,57 mempunyai BM 286 dan senyawa ini diduga senyawa brazilin. Hasil uji aktivitas antioksidan kedua komponen menunjukkan adanya penurunan absorbansi DPPH pada panjang gelombang, ?? = 515 nm yang mengidentifikasikan bahwa senyawa yang terkandung bersifat antioksidan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariiq Azmi Rofiqi Sulkhan
"Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) merupakan penyakit mulut ditandai dengan ulkus berwarna putih-kekuningan yang umumnya sembuh selama 14 hari. Berbagai bentuk sediaan memiliki waktu kontak terbatas dengan lesi sehingga dapat mengurangi efek terapinya. Aktivitas anti-inflamasi, antiulkus, antioksidan, antibakteri glycyrrhizin (GL) dan ekstrak kayu secang sudah banyak dilaporkan tetapi belum ada yang menguji efeknya pada penyembuhan ulkus oral. Penelitian dilakukan bertujuan untuk membuat film mukoadhesif menggunakan zat aktif GL dan ekstrak kayu secang dengan karakteristik yang baik yang dapat diterima, memiliki aktivitas anti-inflamasi, dan tidak mengiritasi. Uji aktivitas anti-inflamasi zat aktif dilakukan sebagai uji pendahuluan penentuan dosis formulasi. Sembilan formula dengan variasi chitosan (CH) dan propilen glikol (PG) diuji terhadap parameter indeks mengembang, kekuatan mukoadhesif, waktu mukoadhesif, ketahanan regangan, dan pH permukaan. Formula optimal film dievaluasi karakteristik fisik, aktivitas anti-inflamasi, dan iritasinya. Total 3% kombinasi GL:ekstrak kayu secang (2:1) merupakan dosis optimal untuk formulasi. Formula optimal film (CH 0,53%; PG 3,00%) memiliki karakteristik sediaan film mukoadhesif yang baik yaitu mengembang >200%; melekat kuat pada mukosa selama 180,67 ± 9,85 menit; pH 6,39 ± 0,02 sama dengan rongga mulut; tahan terhadap lipatan >300 kali; stabil; dan tidak mengiritasi. Formula optimal film secara signifikan (p<0,05) menurukan diameter ulkus >90% sejak hari ke-4 dan jumlah leukosit mendekati normal yaitu 8975 ± 435,5/μL dibandingkan triamcinolone salep yaitu 9575 ± 415,1/μL. Pengamatan histologi menunjukkan formula optimal film memberikan profil regenerasi jaringan mirip dengan mukosa oral yang sehat. Formula optimal film dengan 3% kombinasi GL:ekstrak kayu secang (2:1) yang dihasilkan disimpulkan berpotensi dikembangkan sebagai alternatif pengobatan untuk SAR

Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS) is the oral mucosal lesions characterized by round ulcers with yellow-white color and heals up to 14 days. Many commercialized forms of treatment have limited residence time with the lesion that may decrease therapeutic efficiency. The anti-inflammatory, anti-ulcer, antioxidant, antibacterial properties of glycyrrhizin (GL) and C. sappan extract (CSE) have been demonstrated in many recent studies but no study has demonstrated the effect on the oral mucosal ulcer. The objective of this study was to optimize mucoadhesive oral film containing GL and CSE that is aesthetically acceptable, provides anti-inflammatory activity, and not irritant. Anti-inflammatory activity of GL and CSE was conducted as the preliminary study to determine the dosage of the formulation. All nine experimental runs with the various chitosan (CH) and propylene glycol (PG) concentrations were optimized against swelling index, mucoadhesive strength, residence time, tear resistance, and surface pH then physical characteristics, anti-inflammatory activity, and irritancy of the optimum formula were evaluated. Combination of 3% GL:CSE (2:1) showed the optimum dosage for formulation. The optimum formula (0.53% CH; 3.00% PG) showed a swelling index >200%; residence time up to 180.67 ± 9.85 minutes; pH 6.39 ± 0.02 similar to oral cavity; folding endurance >300 times; physical stable; and not irritant. The optimum formula was significantly (p<0.05) decreased the ulcer size up to >90% since day 4 with the leukocyte number 8975 ± 435.5/μL that was similar to the normal value compared to the triamcinolone paste 9575 ± 415.1/μL. In addition, the histological examination from optimum formula treatment showed a similar tissue regeneration profile with the healthy oral mucosa. This study was concluded that the mucoadhesive film containing combination of 3% GL:CSE (2:1) may be potential as the alternative treatment for RAS."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Chozin
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2004
T39566
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yemirta
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T39910
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wartono
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T39915
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indro Baskoro
"Kebutuhan akan inhibitor korosi ramah lingkungan semakin berkembang, sehingga penelitian untuk mencari alternatif ekstrak tumbuhan sebagai inhibitor korosi semakin meningkat. Kayu secang dipercaya memiliki kandungan antioksidan yang dapat berperan dalam menghambat laju korosi yang pada material. Penelitian ini dilakukan untuk melihat efek penambahan ekstrak Kayu Secang (KS) terhadap laju korosi dari Baja API 5L X52 dalam Larutan 3,5% NaCl dan juga melihat sifat sinergis inhibitor saat ekstrak KS dikombinasikan dengan ekstrak Kubis Merah (KM) yang sebelumnya telah dilaporkan efektif sebagai inhibitor korosi.
Beberapa pengujian dilakukan untuk mengevaluasi KS sebagai inhibitor korosi. Metode Polarisasi dan EIS digunakan untuk melihat efektifitas ekstrak KS dan kombinasinya dengan ekstrak KM sebagai inhibitor korosi dengan variasi konsentrasi yang ditambahkan. FTIR digunakan untuk mengkarakterisasi gugus fungsi yang terkandung dalam ekstrak KS dan KM. Model adsorpsi isotherm digunakan untuk melihat mekanisme adsorpsi dari ekstrak.
Dari hasil Polarisasi menunjukan penambahan ekstrak KS akan menurunkan laju korosi dari 0,172 mm/tahun menjadi 0,04 mm/tahun hingga konsentrasi 0,75 ml dalam 200 ml 3,5% NaCl, dan pengujian EIS mendukung hasil tersebut. Pengabungan ekstrak KS dengan KM menunjukan efek anti-sinergi melihat dari nilai sinergistik parameter yang didapat <1. Peningkatan efisiensi inhibisi pada komposisi 0,1 ml dan 0,2 ml KS dalam 2,5 ml KM, diperkirakan karena ekstrak yang ditambahkan belum mencapai titik optimum.
Hasil FTIR menunjukan ekstrak KS memiliki gugus C=O yang berperan dalam proses adsorpsi dan gugus ?OH (hydroxil) yang menunjukan sifat antioksidan. Ekstrak KS dan juga campurannya teradsorpsi mengikuti model Langmuir isotherm dimana adsorpsi yang terjadi adalah monolayer dan tidak ada reaksi antar molekul. Nilai energi bebas menunjukan bahwa proses adsorpsi terjadi secara spontan dan jenis ikatan yang terjadi dalam proses adsorpsi adalah secara fisik/physicsorption dengan nilai -20,79 KJ/mol untuk ekstrak KS, dan -7,08 KJ/mol untuk Ekstrak KS+KM

The needs of green corrosion inhibitors is growing, thus searching for the alternative plants extract to be used as corrosion inbitor is increasing. Caesalpinia sappan L (KS) believed to contain antioxidant that may play role in inhibiting the corrosion rate of material. This study was conducted to understand the inhibitive properties owned by the extract of KS on the API 5L X52 Material in 3.5%NaCl and to assess the sinergistic effect when KS is combined with Red Cabbage (KM) extract which already proven as alternative corrosion inhibitor.
Several tests were conducted to evaluate KS as green corrosion inhibitor. Tafel Polarization and EIS methods were used to assess the effectiveness of KS and its combination with KM as corrosion inhibitor at various concentration in 3.5% NaCl. FTIR method was used to characterize the functional groups contained in the extract. Adsorption isotherm was used to recognize the adsorption mechanism of the extracts.
The polarization results shows the inhibitive properties of KS thus reduce the corrosion rate of material from 0.172mm/year to 0.04mm/year with addition of 0.75ml of KS in 200ml 3.5%NaCl, meanwhile EIS result supports the polarization results. Mixing of KS and KM shows anti-synergistic effect, which shown on synergistic parameter value <1 for any volume addition of KS. An increase in inhibition efficiency on 0.1ml and 0.2ml KS composition of the mixture is expected due the mixture has not reached the critical point.
While FTIR results show KS and KM both has a C = O functional groups that play a role in the adsorption process and the -OH (hydroxil) which shows antioxidant properties. From the verification plot of several isotherm models, the KS extract and its mixture follows Langmuir Isotherm, which mean the inhibitive layer adsorbed is considered monolayer and there is no reaction between the active molecules. Thus from the calculation of adsorption free energy we have -20.79KJ/mol for KS and - 7.08KJ/mol, thereof the adsorption process considered as physicsorption and the adsorption occurs due to electrostatic bond. The minus (-) sign indicates the adsorption process is spontaneous.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45863
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>