Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ayu Wulandari
"Hipertensi merupakan salah satu penyakit utama kecacatan dan kematian di dunia. Gaya hidup kurang gerak seperti sedentary lifestyle menjadi salah satu penyebab penyakit hipertensi karena banyaknya kemudahan yang terjadi akibat semakin majunya teknologi. Sedentary lifestyle merupakan aktivitas minim gerak yang didominasi dengan aktivitas duduk atau berbaring dalam yang lama. Hal tersebut tidak lepas dari kehidupan di area perkantoran yang didominasi aktivitas duduk. Terdapat banyak hal yang memungkinkan seseorang untuk duduk dalam waktu lama seperti mengemudi menuju dan pulang dari tempat kerja, sarapan, makan malam, duduk di kursi kerja, menonton televisi, menggunakan komputer dan bersosialisasi. Oleh karena itu, penelitian ini terutama bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku sedentary lifestyle dengan kejadian hipertensi pada pekerja kantoran. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel 107 pekerja kantoran di Jakarta Selatan. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif korelasional dengan pendekatan kuantitatif dan rancangan cross-sectional untuk mengumpulkan data. Penelitian ini menggunakan kuesioner Workspace Sitting Questionnaire (WSQ) dan pengecekan tekanan darah secara langsung. Penelitian ini menggunakan uji Chi-Square dengan hasil terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku sedentary lifestyle dengan kejadian hipertensi (p = 0.038 < α 0,05). Berdasarkan hasil penelitian, peneliti merekomendasikan untuk merancang program intervensi sebagai upaya mencegah hipertensi dengan menekan perilaku sedentary lifestyle di lingkungan perkantoran.

Hypertension is one of the leading diseases of disability and death in the world. Sedentary lifestyle is one of the causes of hypertension because of the many conveniences that occur due to the advancement of technology. Sedentary lifestyle is a sedentary activity that is dominated by prolonged sitting or lying down. This cannot be separated from life in office areas that are dominated by sitting activities. There are many things that allow a person to sit for a long time such as driving to and from work, breakfast, dinner, sitting in a work chair, watching television, using a computer and socialising. Therefore, this study mainly aims to determine the relationship between sedentary lifestyle behaviour and the incidence of hypertension in office workers. This study used purposive sampling technique with a total sample of 107 office workers in South Jakarta. This research design uses descriptive correlation with a quantitative approach and cross-sectional design to collect data. This study used the Workspace Sitting Questionnaire (WSQ) and direct blood pressure checks. This study used the Chi-Square test with the results there is a significant relationship between sedentary lifestyle behaviour and the incidence of hypertension (p = <.001 < α 0.05). Based on the results of the study, the researcher recommends designing an intervention program as an effort to prevent hypertension by suppressing sedentary lifestyle behaviour in the office environment."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Guna Dharma
"Perilaku sedentari, ditandai dengan adanya kegiatan dalam jangka waktu yang lama yang melibatkan duduk atau berbaring, telah dilaporkan terkait dengan adanya peningkatan risiko jantung dan pembuluh darah. Duduk lebih dari 10 jam sehari dibandingkan dengan duduk kurang dari 5 jam sehari dikaitkan dengan peningkatan risiko terhadap penyakit kardiovaskular. Tingkat permasalahan yang ada di perusahaan ini, karena dari hasil pemeriksaan berkala pada 1 departemen didapatkan angka yang cukup signifikan terhadap faktor-faktor risiko PJK. Sedangkan pada departemen lainnya tidak ada sama sekali penilaian terhadap faktor-faktor risiko PJK.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat stratifikasi risiko PJK pada pekerja main office dan pekerja site dengan menggunakan Skor Kardiovaskular Jakarta, untuk masukan bagi manajemen perusahaan sebagai rekomendasi menggunakan skor tersebut untuk menilai risiko PJK pekerja, khususnya pekerja yang berada di main office. Metode penelitian menggunakan disain potong lintang dengan analisis komparatif. Hasil yang paling berhubungan dengan stratifikasi risiko kardiovaskular Jakarta adalah faktor risiko riwayat penyakit keluarga p=0.021, OR=1334.3, dan 95 CI=147.1-12103.6.

The sedentary behaviour, characterized by long term activities involving sitting or lying down, has been reported to be associated with an increased risk of cardiovascular disease. Sitting more than 10 hours a day compared to sitting less than 5 hours a day is associated with increased risk of cardiovascular disease.The underlying problems in this company, is that the periodic check results in one department obtained a significant number of risk factors for cardiovascular disease. While in other departments there is no assessment of cardiovascular disease risk factors.
The purpose of this research was to determine the level of cardiovascular disease risk stratification using Jakarta cardiovascular score, as an input for company management to recommend using this score to assess workers cardiovascular disease risks, especially for workers in the main office. A cross sectional study was used as a design for this research, with comparative analysis. The most closely related result with cardiovascular risk stratification is a family history with cardiovascular disease p 0.021, OR 1334.3, dan 95 CI 147.1 12103.6.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vivid Ivearni Patriana Leodewi Darwanto
"Prevalensi perilaku sedentari di Indonesia pada remaja lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok umur lainnya. Perilaku sedentari merupakan perilaku berisiko menyebabkan penyakit diabetes tipe II, hipertensi, gangguan jantung, dan depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan lama waktu sedentari pada remaja di Indonesia dan mengetahui faktor apa yang paling dominan.
Desain studi potong lintang, dengan menggunakan data GSHS 2015. Sampel penelitian remaja (11-18 tahun) yang memiliki data variabel lengkap sebesar 9973 sampel. Analisis bivariat dilakukan menggunakan uji beda proporsi dan analisis multivariate dilakukan menggunakan uji regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi perilaku sedentari ≥ 3 jam per hari pada remaja sebesar 27,7% (95% CI = 24,6%-30,9%). Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku sedentari adalah kelompok umur remaja (OR=3,344; 95% CI=2,410-4,642), indeks massa tubuh (OR=1,324; 95% CI=1,141-1,539), konsumsi makanan berisiko (OR=1,738; 95% CI=1,127-2,678), dan konsumsi alkohol (OR=1,643; 95% CI=1,294-2,088). Faktor paling dominan yang berhubungan dengan perilaku sedentari adalah kelompok umur remaja. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan memasukkan variabel dari faktor lingkungan.

The prevalence of sedentary behavior in Indonesia among adolescents is higher compared to other age groups. Sedentary behavior is a risky behavior that causes diabetes type II, hypertension, heart problems, and depression. This study aims to determine what factors are related to sedentary behavior among adolescents in Indonesia and to know what factors are the most dominant.
Cross-sectional study design, using data from GSHS 2015. The samples are adolescents (11-18 years) who have complete variable data. The total samples are 9973 samples. Bivariate analysis was performed using a different proportion test (Chi Square) and multivariate analysis was performed using logistic regression tests.
The results of the study showed that the prevalence of sedentary behavior for a period ≥ 3 hours per day in adolescents was 27.7% (95% CI = 24.6% -30.9%). Factors related to sedentary behavior were adolescent age groups (OR = 3.344; 95% CI = 2,410-4,642), body mass index (OR = 1,324; 95% CI = 1,141-1,539), consumption of foods at risk (OR = 1,738 ; 95% CI = 1,127-2,678), and alcohol consumption (OR = 1,643; 95% CI = 1,294-2,088). The most dominant factor associated with sedentary behavior is the age group of adolescents. Further research is needed by including variables from environmental factors.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niswatun Nafi'ah
"Perilaku sedentari merupakan faktor risiko gangguan metabolisme tubuh seperti: obesitas, kolesterol tinggi, hipertensi, diabetes melitus, serta berkaitan dengan gejala depresi dan kecemasan pada remaja. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran perilaku sedentari siswa SLTA di Kecamatan Tajurhalang Kabupaten Bogor tahun 2023 dan determinannya. Penelitian dengan desain cross sectional. Sampel sebesar 240 siswa diambil secara proportional random sampling  pada 16 sekolah. Pengumpulan data dengan cara responden mengisi sendiri kuesioner yang diadaptasi dari The Adolescent Sedentary Activity Questionnaire. Analisis univariat, bivariat (Chi Square), dan multivariat (regresi logistik ganda) dilakukan pada penelitian ini. Hasil penelitian mendapatkan sebanyak 58,8% siswa berperilaku sedentari kategori tinggi (≥6 jam/hari). Faktor individu yang berhubungan dengan perilaku sedentari siswa adalah jenis kelamin dan status ekonomi keluarga. Faktor interpersonal yang berhubungan dengan perilaku sedentari adalah pola asuh orang tua dan dukungan teman sebaya, sedangkan peraturan sekolah merupakan variabel confounding. Jenis kelamin adalah faktor yang dominan berhubungan dengan perilaku sedentari siswa, siswa perempuan berpeluang hampir 12 kali untuk berperilaku sedentari tinggi dibanding siswa laki-laki (OR=11,8; 95% CI=5,829–23,934) setelah dikontrol oleh status ekonomi keluarga, pola asuh orang tua, dukungan teman sebaya dan peraturan sekolah. Untuk itu, Dinas kesehatan dan Puskesmas perlu mengoptimalkan peran dan fungsi edukasi pencegahan perilaku sedentari siswa serta menjalin kerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kementerian Agama agar upaya pencegahan perilaku sedentari dapat maksimal.

Sedentary behavior is a risk factor for metabolic disorders such as obesity, high cholesterol, hypertension, diabetes mellitus, and is associated with symptoms of depression and anxiety in adolescents. The research objective was to describe the sedentary behavior of high school students in Tajurhalang District, Bogor Regency in 2023 and its determinants. Research with cross sectional design. A sample of 240 students was taken by proportional random sampling in 16 schools. Data collection by means of respondents filling out a questionnaire adapted from The Adolescent Sedentary Activity Questionnaire. Univariate, bivariate (Chi Square), and multivariate (multiple logistic regression) analyzes were performed in this study. The results of the study found that 58.8% of students behaved sedentarily in the high category (≥6 hours/day). Individual factors related to students' sedentary behavior are gender and family economic status. Interpersonal factors related to sedentary behavior are parenting and peer support, while school regulations are confounding variables. Gender is the dominant factor related to students' sedentary behavior, female students are almost 12 times more likely to have high sedentary behavior than male students (OR=11.8; 95% CI=5.829–23.934) after being controlled by family economic status, pattern parenting, peer support and school rules. For this reason, the Health Service and Community Health Centers need to optimize the role and function of education to prevent sedentary behavior in students and collaborate with the Education Office and the Ministry of Religion so that efforts to prevent sedentary behavior can be maximized.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Dwi Astuti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran perilaku sedentary selama pandemi COVID-19 sebagai mediator antara kecemasan dan depresi. Kecemasan didefinisikan sebagai bentuk antisipasi dari ancaman di masa depan yang lebih sering diasosiasikan dengan ketegangan otot dan kewaspadaan, perilaku pencegahan, dan penghindaran. Depresi didefinisikan sebagai adanya perasaan sedih, kosong, suasana hati yang mudah tersinggung, disertai perubahan somatis dan kognitif yang secara signifikan mempengaruhi kapasitas dan fungsi individu. Adapun perilaku sedentary didefinisikan sebagai setiap perilaku dalam keadaan terjaga yang ditandai dengan pengeluaran energi sebesar ≤ 1,5 ekuivalen metabolik (MET), baik dalam postur duduk, bersandar, atau berbaring. Pengukuran variabel pada penelitian ini dilakukan dengan alat ukur Beck Anxiety Inventory (BAI), Beck Depression Inventory (BDI), dan Sedentary Behavior Questionnaire (SBQ). Data diperoleh melalui survei daring dari warga negara Indonesia yang tinggal di Indonesia dan berada di rentang usia 20-40 tahun (N=608). Analisis data dilakukan dengan analisis model mediasi pada makro PROCESS dari Hayes, analisis korelasi parsial dan semi parsial, serta analisis kovariat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku sedentary mentally passive ditemukan memediasi secara parsial hubungan antara kecemasan dan depresi.

This study aims to determine the role of sedentary behavior during the COVID-19 pandemic as a mediator between anxiety and depression. Anxiety is defined as the anticipation of a future threat associated with muscle tension and alertness, prevention, and avoidance. Depression is defined as feelings of sadness, emptiness, irritable moods, somatic and cognitive changes that significantly affect individual capacity and function. Sedentary behavior is defined as any behavior in an awake state with an energy expenditure of ≤ 1.5 metabolic equivalents (MET), whether in a sitting, leaning, or lying posture. Variables in this study were measured using Beck Anxiety Inventory (BAI), Beck Depression Inventory (BDI), and the Sedentary Behavior Questionnaire (SBQ). Data collected by online surveys from Indonesian citizens who live in Indonesia in the age range of 20-40 (N = 608). Data were analyzed using a mediation model on Hayes macro PROCESS, part and partial correlation, and analysis of covariance. This study indicates that sedentary behavior mentally passive was found to partially mediated relationship between anxiety and depression."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Demy Faheem Dasril
"Konteks Penelitian : Trend obesitas mengalami peningkatan tiap tahunnya. Selama ini obesitas menjadi permasalahan global, baik di negara maju maupun negara berkembang. Di Indonesia sendiri, telah dilakukan berbagai penelitian untuk mengetahui angka prevalens obesitas dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya obesitas tersebut. Merujuk dari penelitian-penelitian sebelumnya, belum ada satupun data obesitas pada anak Taman Kanak-kanak (TK), padahal obesitas dapat berkembang mulai dari usia dini. Peneliti ingin mengetahui besar prevalens obesitas anak TK serta kaitannya dengan beberapa faktor risiko yang diteliti.
Tujuan Penelitian : Mengetahui prevalens obesitas pada anak TK di Jakarta Pusat dan hubungannya dengan faktor risiko sedentary life.
Desain Penelitian : Cross-sectional (deskriptif-analitik)
Lokasi Penelitian : Taman Kanak-kanak di Kecamatan Menteng, kelurahan Cikini, Jakarta Pusat. Masing-masing di TK Mini, TK Al-Ma'mur, TK Perguruan Cikini, dan TK As-Syukur.
Subyek Penelitian : Anak-anak TK yang bersekolah di keempat TK tersebut yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah sampel ditentukan dengan cara all-sampling dan memenuhi syarat minimum jumlah sampel berdasarkan rumus penghitungan besar sampel.
Hasil Penelitian : Pada penelitian ini, secara proporsi, angka obesitas pada subyek yang menjalani sedentary life (30,0%) lebih besar daripada subyek yang non-sedentary life (22,7%). Obesitas ditemukan 1,462 kali lebih banyak pada subyek yang sedentary life dibandingkan dengan subyek yang non-sedentary life {IK95%; RO=1,462 (0,711-3,009)}. Namun, secara statistik hal ini tidak bermakna (p=0,301). Penyebab dari hasil penelitian ini mungkin disebabkan oleh tidak detailnya pertanyaan dalam kuesioner, serta desain penelitian yang potong lintang sehingga tidak dilakukan pengukuran keluaran energi dalam METS. Selain itu, masih ada anggapan orang tua bahwa anak yang kurus jika berolah raga akan bertambah kurus dan ketidaktahuan orang tua mengenai makanan apa yang sebaiknya boleh dikonsumsi oleh anak.

Context : The trend of obesity is increasing annually. In the past decades, obesity has been a major global issue, especially in the United States and several other countries including Asia Pacific. In Indonesia, there was some study undergone to describe the prevalence of obesity and its risk factors. If we looked back into the past studies, there is no single study taken in the settings of Kindergarten children in spite that obesity is developing early in life. We wanted to know the prevalence of obesity in Kindergarten children and the determined risk factors in our research. Objective : Determine the prevalence of obesity in Kindergarten children at Jakarta Pusat and its correlation with sedentary life.
Research Design : Cross-sectional (descriptive-analytic)
Settings : Four Kindergarten at Kecamatan Menteng, kelurahan Cikini, Jakarta Pusat. The Kindergarten consists of TK Mini, TK Al-Ma'mur, TK Perguruan Cikini, and TK Assyukur.
Subject : The students at the abovementioned Kindergarten which fulfills the inclusion and exclusion criteria. Total sample for this research is carried out by all-sampling method to anticipate drop-outs. The total amount of sample taken in this study has been verified through the sample formulations.
Outcome : Proportionally, the number of obese child by sedentarian (30,0%) is bigger than the non-sedentarian child (22,7%). Obesity was found to be 1,462 higher for sedentarian subject compared to the non-sedentarian {CI95%; OR=1,462 (0,711-3,009)}. But statistically, this founding is not valid (p=0,301). In other words, this study alone can't. The possible cause for this result is the lack of detail in the quessionaire, and also the design of study only serves descriptive data and little correlation meaning. Likewise, there are still urban myth that skinny child will get skinnier if they do sports and parents ignorancy of their childs adequate food intake, by which the composition and frequency of eating.
Conclusion : The prevalence of obesity in Kindergarten children at Cikini, Menteng, DKI Jakarta is 28,1%, which has a correlation with sedentarian.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Setyawati
"Latar Belakang : Pekerjaan aktivitas rendah (sedentary work) merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kristal kalsium oksalat urin. Pada pekerja dengan aktivitas rendah cenderung terjadi stasis urin dan mengakibatkan pengendapan substansi yang terlarut di dalamnya. Hal ini bila dibiarkan terus menerus akan mengakibatkan terjadinya kristal pada urin, termasuk diantaranya adalah kristal kalsium oksalat.
Metode : Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui prevalensi kristal kalsium oksalat urin pada pegawai kantor X serta mengetahui hubungan pekerjaan aktivitas rendah (sedentary work) dengan terjadinya kristal kalsium oksalat urin. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan analisa kasus kontrol. Dilakukan pengumpulan data selama bulan Juni 2005 yang meliputi karakteristik responden serta faktor risiko dengan wawancara serta pemeriksaan urinalisa. Juga dilakukan pengisian label uraian aktivitas kerja masing-masing satu orang pada pegawai golongan sedentary dan non sedentary untuk mendapatkan gambaran pekerjaan.
Hasil : Dari 261 responden, didapatkan prevalensi kristal kalsium oksalat urin sebesar 41%. Faktor aktivitas kerja rendah (sedentary work) meningkatkan risiko terjadinya kristal kalsium oksalat urin dibandingkan dengan non sedentary (OR= 7,06; 95% CI 3,33;14,99). Kebiasaan makan sedang oksalat meningkatkan risiko terjadinya kristal kalsium oksalat urin (OR 21,41; 95% CI 3,85;118,95) dibandingkan dengan rendah oksalat. Kebiasaan kurang minum air putih akan meningkatkan risiko terjadinya kristal kalsium oksalat (OR 3,94; 95% CI 1,86;8,36) dibandingkan dengan cukup minum air putih.
Kesimpulan : Aktivitas kerja rendah (sedentary work), kebiasaan makan sedang oksalat dan kurang minum air putih meningkatkan risiko terjadinya kristal kalsium oksalat urin, sehingga dianjurkan pada pekerja golongan sedentary worker untuk mengurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung oksalat dan minum air putih yang cukup.

Background : Work with low activity (sedentary work) representing one of risk factor for calcium oxalate crystal in urine. At sedentary worker tend to happened urine static and result precipitation of dissolve substance in it. This matter when let continuously will result urine crystal inclusive calcium oxalate crystal.
Method : The research intention was to know prevalence of calcium oxalate crystal in urine among office X employee, and also to know relation of low activity work with the calcium oxalate crystal. The research design was cross sectional with case control analysis. Data was collected during June 2005 including respondents characteristic and also risk factor with interview and urinals lest, it?s also done admission filling of work activity table each one employee of sedentary and non sedentary.
Result : From 261 respondents got prevalence of calcium oxalate crystal in urine equal to 41%. Low activity work (sedentary work) increased risk of the happening calcium oxalate crystal in urine compared to non sedentary (OR 7,06; 95% (13,33; 14,99). Eat habit with medium oxalate increased risk of the happening calcium oxalate crystal in urine compared to lower oxalate habit (OR 21,41; 95% CI 3,85; 118,95). Less drink water habit increased risk of the happening calcium oxalate crystal in urine compared to enough drink water habit (OR 3,94: 95% CI 1,86,8,36).
Conclusion : Sedentary work, eat habit with medium oxalate and less drink water habit have proven increased the risk of calcium oxalate in urine. Therefore it is recommended for sedentary worker to reduce high oxalate food in diet and drink enough water.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16191
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatihatul Aghnia
"Mahasiswa yang mengerjakan skripsi rentan mengalami stres serta memiliki gaya hidup sedentari. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan perilaku sedentari dengan tingkat stres mahasiswa skripsi. Penelitian bersifat kuantitatif dengan desain deskriptif korelasi dan pendekatan cross sectional. Sebanyak 110 mahasiswa Universitas Indonesia yang mengerjakan skripsi dipilih dengan teknik proportional random sampling. Stres diukur menggunakan Perceived Stress Questionnaire (PSQ) dan perilaku sedentari Sedentary Behavior Questionnaire (SBQ). Sebanyak 79,1% mengalami stres berat dan 90% terlibat perilaku sedentari tinggi. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku sedentari dengan tingkat stres (p= 0,508; α=0,05). Rekomendasi penelitian selanjutnya lebih memfokuskan jenis perilaku sedentari.

Students who completed thesis was prone to stress and had a sedentary lifestyle. This study aimed to find the relationship between sedentary behavior with stress level of students who doing thesis. This study was quantitative descriptive correlation with crosssectional. The sample was 110 students of Universitas Indonesia who was doing thesis that chosen by proportional random sampling. Stress level measured with Perceived Stress Questionnaire (PSQ) and sedentary behavior measured with Sedentary Behavior Questionnaire (SBQ). The are 79,1% of respondents perceived severe stress and 90% involved with high sedentary behavior. This study showed no significant association between sedentary behavior with stress level (p= 0,508; α=0,05). The author suggests to more focused on each kind of sedentary behavior for further research.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marwan Sofyan
"Latar Belakang: Diabetes Melitus tipe 2 diketahui sebagai ancaman serius bagi kesehatan masyarakat karena dampaknya yang sangat luas bagi kehidupan masyarakat dan perekonomian. Data dari International Diabetes Federation (IDF) menunjukkan prevalensi diabetes di Indonesia tahun 2021 mencapai 19,5 juta. Sejumlah review menunjukkan bekerja dengan waktu kerja yang panjang (long working hours) memiliki efek yang buruk bagi kesehatan, khususnya gangguan metabolik.
Tujuan: Mendapatkan bukti apakah waktu kerja yang panjang merupakan faktor risiko yang meningkatkan kejadian diabetes melitus pada pekerja non sedentary.
Metode: Penelusuran literatur dilakukan melalui PubMed, Scopus, dan Proquest. Seleksi pertama dilakukan dengan menelusuri artikel sesuai kata kunci. Dari Pubmed didapatkan 61 artikel, dari Proquest 242 artikel, dan melalui Scopus didapatkan 437 artikel. Berikutnya dilakukan skrining berdasarkan judul dan abstrak, kriteria inklusi dan eksklusi, kemudian dilakukan dengan melihat teks penuh dan didapatkan 3 artikel yang relevan dan paling sesuai mendekati PICO dan menjawab pertanyaan klinis.
Hasil: Setelah dilakukan penelusuran dari tiga artikel, yang paling relevan dan cukup valid diperoleh hanya satu artikel. Berdasarkan penelitian Bannai, et al dengan studi cohort di Jepang didapatkan HR 2.28; 95% CI, 1.13–4.82 untuk pekerja non-clerical dan shift dengan number needed to harm (NNH) 12. Namun, penelitian ini tidak menunjukkan hubungan sebab akibat yang jelas. Penelitian lainnya dari Kuwahara, et al, untuk jenis kategori pekerjaan field work didapatkan nilai nilai OR 1.02 (95% CI 0.55-1.92), sedangkan penelitian Baek, et al menunjukkan pekerja blue collar memiliki kemungkinan terjadi prediabetes lebih tinggi jika waktu kerja lebih banyak dengan aOR=1.54 (95% CI 1.15 to 2.06). Dua penelitian ini tidak cukup valid dijadikan dasar karena merupakan studi cross sectional.
Kesimpulan: Pada pekerja non-sedentary, belum didapatkan cukup bukti yang mendukung hubungan waktu kerja panjang dengan meningkatnya risiko diabetes melitus tipe 2.

Background: Type 2 Diabetes Mellitus is known as a serious threat to public health because of its very broad impact on people's lives and the economy. Data from the International Diabetes Federation (IDF) shows the prevalence of diabetes in Indonesia in 2021 has reached 19.5 million. A number of reviews show that working long hours (long working hours) has a negative effect on health, especially metabolic disorders.
Objective: Determine whether long working hour is a risk factor that increases the incidence of diabetes mellitus in non-sedentary workers.
Method: Literature search was conducted through PubMed, Scopus, and Proquest. The first selection is made by searching for articles according to keywords. From Pubmed, 61 articles were obtained, from Proquest 242 articles, and through Scopus, 437 articles were obtained. Next, screening was carried out based on title and abstract, inclusion, and exclusion criteria, then carried out by looking at the full text and obtained 3 articles that were relevant and most suitable to approach PICO and answer clinical questions.
Result: After searching the three articles, the most relevant and valid enough was obtained only one article. Based on research by Bannai, et al with cohort study in Japan, HR was found to be 2.28; 95% CI, 1.13–4.82 for non-clerical and shift workers with number needed to harm (NNH) 12. However, this study did not show a clear causal relationship. Another study from Kuwahara, et al, for the type of field work category obtained an OR value of 1.02 (95% CI 0.55-1.92 ), while the study by Baek, et al showed that blue collar workers had a higher likelihood of developing prediabetes if they worked longer hours with an aOR = 1.54 (95% CI 1.15 to 2.06). These two studies were not sufficiently valid because they were cross-sectional studies.
Conclusion: In non-sedentary workers, there is not enough evidence to support the relationship between long working hours and an increased risk of type 2 diabetes mellitus.
"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Sophia Benedicta Hage
"[Latar belakang Aktivitas fisik adalah komponen penting dalam gaya hidup sehat begitu juga dengan jumlah waktu sedentary Akan tetapi sampai saat ini belum ada data tingkat aktivitas fisik maupun jumlah waktu sedentary pada populasi perempuan hamil Tujuan Mengetahui tingkat aktivitas fisik dan jumlah waktu kegiatan sedentary perempuan hamil Metode Jumlah total subyek sebanyak 106 perempuan hamil Dilakukan pengumpulan data karakteristik demografik dan penghitungan tingkat aktivitas fisik serta jumlah waktu sedentary Penghitungan tingkat aktivitas fisik dan jumlah waktu sedentary dilakukan dengan menggunakan metode pencatatan Bouchard Hasil Pada perempuan hamil di perkotaan dengan kehamilan tunggal jumlah pengeluaran energi subyek rata rata adalah 41 88 4 45 kcal kgBB hari Sebanyak 66 04 perempuan hamil berada di tingkat aktivitas fisik sedang sementara 33 96 berada di tingkat aktivitas berat Rata rata jumlah waktu yang dihabiskan perempuan hamil untuk melakukan perilaku sedentary adalah 8 51 jam per hari Kesimpulan Tingkat aktivitas fisik perempuan hamil di perkotaan telah memenuhi rekomendasi akan tetapi waktu kegiatan sedentary masih cukup panjang Kata kunci Perempuan hamil tingkat aktivitas fisik perkotaan jumlah waktu sedentary.

Background Physical activity and the amount of time spent in sedentary activities are key components to a healthy lifestyle Unfortunately to this day there is no evidence or data regarding the level of physical activity in pregnant women There is also no data regarding the sedentary time spent by pregnant women Objective To identify the level of physical activity in pregnant women as well as time spent in sedentary activities Methods Total respondents were 106 pregnant women Data collection regarding the level of physical activity and sedentary time was done through Bouchard Three Day Physical Activity Record Results Total mean energy expenditure of pregnant women with single pregnancy in urban areas is 41 88 4 45 kcal kg day The majority 66 04 of pregnant women is under the category of moderate physical activity level Meanwhile 33 96 of pregnant women is under the high physical activity level Mean sedentary time of pregnant women in urban area is at 8 51 hours per day Conclusion The level of physical activity in pregnant women in urban area is in accordance to the existing recommendation Although the time spent by pregnant women in sedentary activities are still relatively high Keywords Pregnant women physical activity level urban area sedentary time , Background Physical activity and the amount of time spent in sedentary activities are key components to a healthy lifestyle Unfortunately to this day there is no evidence or data regarding the level of physical activity in pregnant women There is also no data regarding the sedentary time spent by pregnant women Objective To identify the level of physical activity in pregnant women as well as time spent in sedentary activities Methods Total respondents were 106 pregnant women Data collection regarding the level of physical activity and sedentary time was done through Bouchard Three Day Physical Activity Record Results Total mean energy expenditure of pregnant women with single pregnancy in urban areas is 41 88 4 45 kcal kg day The majority 66 04 of pregnant women is under the category of moderate physical activity level Meanwhile 33 96 of pregnant women is under the high physical activity level Mean sedentary time of pregnant women in urban area is at 8 51 hours per day Conclusion The level of physical activity in pregnant women in urban area is in accordance to the existing recommendation Although the time spent by pregnant women in sedentary activities are still relatively high Keywords Pregnant women physical activity level urban area sedentary time ]"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>