Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mustaqim Prasetya
"Latar Belakang: Gangguan penglihatan adalah gejala kedua yang sering muncul pada tumor otak setelah nyeri kepala. Gejala gangguan penglihatan yang paling sering terjadi pada tumor otak adalah penurunan visus atau tajam penglihatan (low vision sampai kebutaan), sedang tanda yang paling sering dijumpai adalah atrofi n. optikus dan papilledema. Penurunan tajam penglihatan yang dialami penderita tumor otak dapat sangat berat hingga berupa kebutaan. Sampai saat ini belum terdapat data angka kejadian gangguan penglihatan sampai kebutaan pada tumor otak di Indonesia.
Metode: Sebagai studi potong lintang analitik, dikumpulkanlah data pasien penderita tumor otak di atas usia 6 tahun yang datang berobat ke poliklinik Bedah Saraf FKUIRSCM pasien September 2013 hingga Februari 2014 dari catatan rekam medis.
Hasil: Jumlah pasien tumor otak yang mengalami buta sebanyak 37 orang (34,6 %) dengan usia rata-rata 45,3 (SD 11,3 tahun). Sebesar 86,5 % penderita berada pada usia produktif 15-54 tahun. Dari 37 pasien tumor otak yang buta terlihat proporsi gejala penyerta terbesar adalah sefalgia (terutama sefalgia kronis), diikuti oleh gangguan oftalmologi lain. Data pemeriksaan funduskopi hanya ditemukan pada kurang dari 50 % penderita, dengan temuan yang terbanyak adalah papil atrofi.
Kesimpulan: Besar angka kebutaan pada pasien tumor otak menunjukkan bahwa kondisi ini tidak hanya menjadi masalah medis saja tetapi juga masalah sosial yang serius. Banyaknya jumlah pasien tanpa data funduskopi menandakan masih lemahnya standar pemeriksaan neurooftalmologi ataupun pencatatan yang ada saat ini, padahal pemeriksaan funduskopi berperan sangat penting mendeteksi dini kejadian tumor otak pada pasien dengan gangguan penglihatan.

Background: Vision impairment is the second most common symptom in brain tumor after headache, with decreased visual acuity or low vision as its most common manifestation, and optic nerve atrophy and papilledema as its most common sign. Blindness may be the final outcome of this impairment. Until now, there is no data regarding the prevalence of vision impairment in brain tumor patient in Indonesia.
Method: As a analytic cross-sectional study, data is collected from the medical record regarding brain tumor patient above the age of 6 years old who were seen in the neurosurgery facility in FKUI-RSCM from September 2013 to February 2014.
Result: As much as 37 patient (34,6%) brain tumor patient were found to be blind; mean age was 45,3 years old (SD 11,3 years old), with 86,5% patient was in the productive age 15-54 years old. The commonest related symptoms was headache (especially chronic headache), followed by other ophthalmologic symptoms. Funduscopy data was found only in less than 50% patient; the commonest finding was optic nerve atrophy.
Conclusion: Blindness rate in brain tumor patient is not just a medical issue, but also a social one. Funduscopy usage must be encouraged more to provide early detection for brain tumor patient with vision impairment.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T58019
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Fitriani
"Meningioma salah satu tumor otak yang cukup sering terjadi. Tumor ini berada di area meninges dan gejala umum yang dihadapi penderita tumor otak yaitu sakit kepala. Perawat memiliki peran penting dalam manajemen nyeri non farmakologi. Salah satu yang umum yaitu teknik relaksasi napas dalam (deep breathing). Tujuan: mengurangi sakit kepala pada penderita meningioma dengan teknik relaksasi napas dalam. Metode: teknik relaksasi napas dalam dimulai dengan menghirup udara dari hidung sampai dada berkembang penuh. Lalu dikeluarkan melalui mulut secara perlahan-lahan. Teknik ini dilakukan sebanyak 6x/menit dan selama 2 menit. Pengukuran nyeri menggunakan numeric rating scale dan pengukuran tekanan darah, nadi, dan napas sebelum dan sesudah tindakan. Hasil: setelah dilakukan 4 hari intervensi teknik ini berhasil menurunkan skala nyeri baik secara subjektif maupun objektif. Dari skala nyeri 4 menjadi skala nyeri 1. Hal ini di dukung juga dengan penurunan tekanan darah, nadi, dan kecepatan napas. Kesimpulan: pemberian obat antiedema disertai teknik relaksasi napas dalam efektif dalam menurunkan sakit kepala penderita tumor otak.

Meningioma is one of the brain tumors that is quite common. This tumor is in the area of meninges and a common symptom faced by people with brain tumors is headache. Nurses have an important role in non-pharmacological pain management. One of them is the deep breathing relaxation technique. Aim: to reduce headaches in patients with deep breathing relaxation techniques. Methods: Deep breathing relaxation techniques begin by breathing air from the nose until the chest is expanded full. Then it is released by mouth slowly. This technique is done as much as 6x / minute and for 2 minutes. Pain measurement uses a numeric rating scale, then measurements of blood pressure, pulse, and breath performed before and after the action. Result: after 4 days of intervention, this technique succeeded in reducing the scale of pain both subjectively and objectively. From the scale of pain 4 to 1. This is also supported by a decrease in blood pressure, pulse and respiration rate. Conclusions: the administration of anti-edema drugs accompanied by deep breathing relaxation techniques was effective in reducing headaches of patients with brain tumors.

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library