Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1983
959.828 SEJ
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Tislinna Savitri Kurnianda
"Mendaratnya tentara Sekutu di Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945 ternyata telah diboncengi oleh Belanda (Netherlands Indies Civil Administration atau NICA). Dalam menghadapi masalah tersebut, untuk mendukung kekuatan yang ada seperti Hadan Keamanan Rakyat ( BKR ), Polisi dan badan - badan perjuangan seperti Pemuda Republik Indonesia (PRI), Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI) Soetomo berusaha menghimpun dan membangkitkan semangat rakyat Surabaya melalui radio yang lebih dikenal dengan sebutan Radio Pemberontakan, karena radio merupakan sarana yang paling efektif pada waktu itu meskipun masih terbatas jumlahnya. Melalui Radio Pemberontakan ini diharapkan dapat mempersatukan rakyat dan kekuatan yang ada untuk menghadapi usaha Belanda yang ingin menjajah kembali. Radio Pemberontakan ini merupakan sarana komunikasi antara rakyat dan pemerintah. Oleh karena itu, selain sebagai pembangkit semangat juga merupakan sarana untuk menyampaikan informasi mengenai keadaan politik (pemerintahan), keadaan logistik perang serta memberikan gambaran mengenai keadaan dalam medan pertempuran. Berdasarkan penelitian kepustakaan dan wawancara, Radio Pemberontakan ini mampu mempersatukan dan membangkitkan semangat juang rakyat Surabaya dan sekitarnya untuk bersama - sama dengan kekuatan yang ada seperti Badan Keamanan Rakyat, Polisi dan badan - badan perjuangan, berjuang melawan Belanda, yang kemudian meletus sebagai pertempuran 10"
1989
S12566
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sri Lestari
"Tindakan militer yang dilakukan oleh sesuatu negara terhadap satu daerah tertentu seringkali dilakukan dalam rangka usaha mereka melemahkan kekuatan dari negara yang menjadi musuhnya. Dalam hal itu, penyerbuan Belanda atas kota Mojokerto tanggal 17 Maret 1947, merupakan suatu tindakan Belanda dalam rangka memperlemah kekuatan dari negara Republik Indonesia. Daerah Delta Brantas yang meliputi Kabupaten Sido_arjo dan sebagian Kabupaten Mojokerto, merupakan suatu wilayah yang terkenal akan kesuburan tanahnya, khusus_nya tanaman padi dan labu. Disamping itu, dam Lengkong dan Mlirip yang berada dekat kota Mojokerto memiliki fungsi yang sangat panting dalam mengatur pembagian air di daerah Surabaya serta Delta Brantas. Sehingga dengan berhasil dikuasainya daerah Mojokerto oleh Belanda, maka berarti Belanda telah memperoleh pancangan kaki dalam rangka usaha mereka menekan pihak Republik Indonesia."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Irvan Sjafari
"Sejarah Palang Merah Indonesia berkaitan erat dengan sejarah kemerdekaan Indonesia. Peranan yang dimainkan oleh organisasi kemanusiaan ini sama pentingnya dengan peranan yang dimainkan oleh militer (badan-badan perjuangan), para diplomat dan politisi sipil dalam memperjuangkan terbentuknya negara-Indonesia. Hanya saja persoalannya PMI dituntut untuk memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh konvensi Jenewa sebagai organisasi palang merah. Dalam menerapkan standar ganda ini PMI Iebih menunjukan hasilnya untuk tingkat pusat, tetapi untuk tingkat lokal menghadapi berbagai masalah. Gerakan palang merah di keresidenan Malang menghadapi dilema standar ganda tersebut, apakah mereka harus menjadi badan perjuangan atau harus mematuhi konvensi Jenewa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S12265
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Puline Pudjiastuti Usodo
"Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang tercetus pada tanggal 17 Agustus 1945, membuka suatu periode baru bagi sejarah Indonesia dimana seluruh lapisan masyarakat bangkit untuk berusaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian maka perjuangan bangsa Indonesia, memberi tugas baru kepada rakyat, pemuda serta pemuda pelajar untuk membela dan menegakkan negara. Dalam situasi kemerdekaan demikian ini, khususnya di Surabaya, tentang berita kemerdekaan diumumkan melalui Radio Republik Indonesiadan surat-surat kabar pada tanggal 20 Agustus 1945. Setelah itu terdapat reaksi dari pasukan Jepang yang telah menyerah pada tanggal 15Agustus 1945 berupa penghapusan pembatasan penerangan lampu di Surabaya pada tanggal 22 Agustus 1945, yang selama pendudukan Jepang keadaan gelap gulita. Keesokan harinya pada tanggal 23 Agustus 1945, Presiden Soekarno dalam pidato radionya menyatakan berdirinya Komite Nasional Indonesia, kemudian didikuti pembentukan Komite Nasional Daerah-daerah seperti Komite Nasional daerah Surabaya"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1984
S12762
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Basuki Harijanto
"Penulisan mengenai pemogokan buruh perkebunan tahun 1950, yang penelitiannya dipusatkan daerah perkebunan Be_suki, dimulai dari awal munculnya sistem buruh kontrak yang sejalan dengan berkembangnya perusahaan perkebunan swasta di Hindia Belanda. Mengingat bahwa sejarah adalah suatu proses, maka pemogokan buruh perkebunan tahun 1950 adalah suatu proses panjang yang dialami oleh buruh perkebunan un_tuk memperjuangkan nasibnya. Maka penulisan pemogokan buruh perkebunan tahun 1950, pembahasannya ditarik ke belakang yaitu mulai munculnya perusahaan perkebunan swasta di Hin_dia Belanda. Kemudian diikuti dengan perkembangan gerakan buruh perkebunan dan gerakan buruh lainnya sampai munculnya Serikat Buruh Perkebunaa Republik Indonesia, hingga terja_di pemogokan buruh perkebunan tahun 1950. Tujuannya adalah untuk mengetahui sebab yang paling mendasar timbulnya pemo_gokan buruh perkebunan terhadap perusahaan asing. Penelitian data dilakukan di perpustakaan dan Arsip Nasional di Jakarta dengan mengadakan interpretasi sumber Selain itu juga diadakan peninj auan ke lokasi peris tiwa pe_mogokan di daerah Jember ( sekarang PTP XXVI di Jelbuk dan PTP XXVII di Jember ). Kesimpulannya, bahwa pengalaman buruh perkebunan di jaman Hindia Belanda adalah bernasib buruk dan hidup tidak layak. Dan perjuangan untuk meningkatkan taraf hidup yang layak selalu tidak berhasil, karena pengusaha perkebunan mendapat perlindungan dari pemerintah kolonial baik yang berupa poenale sanctie ataupun undang-undang hukum pidana dari artikel 161. his yang membatasi gerakan buruh. Maka se_telah Indonesia Merdeka kaum buruh tidak menyenangi pengu_saha asing sebagai sisa-sisa kolonial. Namun buruh perke_bunan harus bekerja kembali pada pengusaha asing sisa-sisa kolonial, karena pemerintah Republik menerima perjanjian Konferensi Meja Bundar 1949. Kaum buruh perkebunan harus menerima upah yang rendah dari pengusaha asing, sehingga mereka kembali hidup tidak layak seperti jaman kolonial. Ma_ka dalam diri kaum buruh perkebunan tumbuh sifat nasionalisme yang dinyatakan melalui sikap anti perusahaan asing sisa_-sisa kolonial yang masih memberi upah terlalu rendah di ne_gara Indonesia yang sudah merdeka. Jadi sifat nasionalisme dan kebutuhan sosial ekonomi yang mendasari terjadinya pe_mogokan buruh perkebunan tahun 1950."
1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library