Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maurin Marcelia
Abstrak :
Pendahuluan: Asam galat adalah senyawa fenolik alami pada tumbuhan dan buah yang telah dilaporkan memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker payudara MCF-7. Pada penelitian ini, enam senyawa turunan asam galat (alkil amida galat) hasil sintesis diuji efek sitotoksiknya terhadap sel kanker payudara MCF-7. Metode: Enam senyawa alkil amida galat, yaitu metil amida galat, etil amida galat , butil amida galat, sekunder butil amida galat, tersier butil amida galat, dan heksil amida galat dievaluasi sitotoksisitasnya terhadap sel kanker payudara MCF-7 dengan menggunakan metode MTT. Analisis regresi linier digunakan untuk menganalisis data, menghasilkan nilai IC50. Aktivitas sitotoksik senyawa alkil amida galat hasil sintesis dibandingkan dengan asam galat sebagai senyawa asli dan doxorubicin sebagai kontrol positif. Hasil: Di antara enam senyawa alkil amida galat hasil sintesis, tersier butil amida galat dan heksil amida galat menunjukkan aktivitas sitotoksik yang lebih kuat terhadap sel payudara MCF-7 dibandingkan dengan asam galat dan doxorubicin, dengan nilai IC50 masing-masing yaitu 2,1 μM dan 3,5μM. Kesimpulan: Tersier butil amida galat dan heksil amida galat berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai agen anti kanker payudara. ......Objective: Gallic acid is a natural phenolic compound distributed in plants and fruits which has been reported to have cytotoxic activity against human breast cancer carcinoma MCF-7 cells. In this research, six synthesized gallic acid derivatives (alkyl amide gallates) are extensively investigated their cytotoxic effects on breast MCF-7 cells. Methods: Six synthesized compounds of alkyl amide gallates, namely methyl amide gallate, ethyl amide gallate, butyl amide gallate, sec-butyl amide gallate, ters-butyl amide gallate and hexyl amide gallate were evaluated on the basis of their cytotoxicities against breast MCF-7 by MTT assay. Linear regression analysis is utilized to analyze data to generate IC50 value. The results will be compared with gallic acid as an original compound and doxorubicin as a positive control. Results: Among six synthesized alkyl amide gallates, ters-butyl amide gallate and hexyl amide gallate showed stronger cytotoxicity activities against breast MCF-7 cells compared to gallic acid and doxorubicin, with IC50 value of 2.1 μM to 3.5μM, respectively. Conclusion: Ters-butyl amide gallate and hexyl amide gallate is potential to be further developed as promising anti-breast cancer agents.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Sulaiman
Abstrak :
Permasalahan distribusi obat yang tidak spesifik pada pemberian obat secara sistemik dalam terapi penyakit kanker dapat diselesaikan dengan sistem pentargetan berbasis nanopartikel. Sehubungan dengan hal tersebut, nanopartikel emas sering menjadi pilihan karena diketahui memiliki aktifitas yang sinergis sebagai anti kanker sekaligus dapat menjadi pembawa dengan karakteristik yang baik dalam memfasilitasi penghantaran obat. Asam folat dapat digunakan sebagai molekul pentarget atas dasar ekspresi reseptor folat yang tinggi pada sel kanker payudara. Penelitin ini dilakukan untuk membuat suatu sistim pentargetan resveratrol (Trans-3, 5, 4-trihidroxy stilbene) yang dikonjugasikan dengan nanopartikel emas sebagai pembawa dan asam folat sebagai molekul pentarget serta menguji efektifitasnya terhadap sel kanker payudara MCF-7. Nanopartikel emas disintesis dengan reaksi reduksi garam emas HAuCl4 dengan pereduksi NaBH4 dan polyvinyl alcohol sebagai penstabil. Asam folat terkonjugasi dengan nanopartikel emas menggunakan 4-Aminothiophenol sebagai linker. Nanokonjugat (FA-AuNp-Rsv) berhasil disintesis dan memiliki karakteristik bentuk yang sferis, dengan ukuran partikel rata-rata 155,0 ±5,42 nm, indeks polidispersitas 0,272 ±0,024 dan zeta potensial -28,01 ±1,82 mV. Uji sitotoksisitas nanokonjugat FA-AuNp-Rsv menghasilkan nilai IC50 sebesar 21,28 ± 1,04 uM, sementara resveratrol bebas memiliki nilai IC50 sebesar 49,94 ± 1,06 uM. Aktifitas anti kanker resveratrol dapat ditingkatkan melalui pembentukan nanokonjugat bersama nanopartikel emas-asam folat dengan karakteristik yang baik dan sesuai untuk pentargetan terhadap sel kanker payudara.
Nanoparticle technology usualy can solve problems concerning the unspecific distribution of a conventional therapy using anti cancer drugs. Gold nanoparticles often become a choice owing to its synergic activity and ability to fasilitate drug delivery towards cancers. Folic acid on the other hand, can act as a targeting agent based on highly folate receptors expression on breast cancer cells. This research aimed to design a targeting system of resveratrol (Trans-3, 5, 4-trihidroxy stilbene) using gold nanoparticles as a carrier conjugated to folic acid as a targeting agent and test the effectivity against MCF-7 cell line. Gold nanoparticles were synthesized through gold salt HAuCl4 reduction using NaBH4 and polyvinyl alcohol as a stabilizers. Folic acid was conjugated to gold nanoparticles via attachment with 4-aminothiophenol as linker. The resulting nanoconjugate FA-AuNp-Rsv has a sferical shape with size value 155.0 ±5.42 nm, polydispersity index 0.272 ±0.024, and potential zeta on -28.01 ±1.82 mV. Cytotoxic test give an IC50 value of nanoconjugate at 21.28 ± 1.04 uM while that of free resveratol at 49.94 ± 1.06 uM. This result testifies that the anti cancer activity of resveratrol can be improved by forming a nanoconjugate with gold nanoparticles-folic acid that possess a good and suitable characteristics  as a targeting system against breast cancer.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T52562
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Firdianna
Abstrak :
Kanker payudara merupakan penyakit di mana sel di payudara bermutasi dan mengubah proses yang disebut dengan ganas, dimana sel-sel yang bermutasi menyebar ke bagian tubuh lain dan berkembang menjadi kanker lainnya. Pada tahun 2018, terdapat 58.256 penderita kanker payudara baru. Dengan penanganan yang tidak tepat, kanker dapat menyebabkan kematian. Pada tahun 2018 saja, ada 22.692 kematian yang disebabkan oleh kanker payudara. Salah satu jenis kanker yang paling banyak jumlah penderitaanya adalah jenis kanker payudara yang memiliki esterogen, progesteron, dan glukokortiroid reseptor. Penelitian mengenai pengobatan kanker terus dilakukan dengan mencari zat baru sebagai obat. Racun-racun dari hewan yang bersifat sitolitik, beberapa dapat memicu apoptosis pada sel kanker. Beberapa penelitian menyatakan bahwa faktor letal dari racun ikan lepu batu, Stonustoxin (SNTX), memiliki sifat sitolitik yang dapat merusak sel membran. Penelitian ini membahas tentang venom ikan lepu batu (Synanceia horrida) sebagai zat antikanker payudara. Racun ikan lepu batu dipanen dengan menggunakan jarum suntik. Purifikasi SNTX dilakukan dengan metode FPLC menggunakan kolom strong anion. Persentase inhibisi dari sel kanker payudara MCF-7 akan diukur dengan menggunakan metode MTT Assay. Hasilnya, sel kanker payudara MCF-7 mampu diinhibisi dengan nilai IC50 8,2771 µg/ml. ...... Breast cancer is a disease in which cells in the breast mutate and change the process called malignant, where the mutated cells spread to other parts of the body and develop into other cancers. In 2018, there were 58,256 new breast cancer sufferers. With improper handling, cancer can cause death. In 2018 alone, there were 22,692 deaths caused by breast cancer. One of the most common types of cancer is breast cancer which has estrogen, progesterone, and glucocortiroid receptors. Research on cancer treatment continues to be done by finding new substances as drugs. Toxins from animals that are cytolytic, some can trigger apoptosis in cancer cells. Some research states that the lethal factor of the venom stonefish, Stonustoxin (SNTX), has cytolitic properties that can damage cell membranes. This study discusses stonefish venom (Synanceia horrida) as breast anticancer agent. Stonefish venom is extracted using a syringe. SNTX purification was performed using the FPLC method using a strong anion column. The percentage of inhibition of MCF-7 breast cancer cells will be assessed using the MTT Assay method. As the result, breast cancer cell line MCF-7 is inhibited with IC50 8,2771 µg/ml.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arfi Rabbani
Abstrak :
Latar belakang: Kanker merupakan penyakit tidak menular dengan 18.1 juta kasus baru dan 9.6 juta kematian setiap tahunnya. Kanker payudara adalah jenis kanker kedua terbanyak setelah kanker paru-paru. Tata laksana kanker diperlukan biaya yang tinggi dan memiliki efek samping yang beragam. Komponen fitokimia aktif dari tumbuhan ataupun fungi yang memiliki kemampuan antioksidan dan sitotoksik terhadap sel kanker, dapat dikembangkan sebagai obat kanker. Salah satu jenis fungi yang berpotensi sebagai antikanker adalah genus Auricularia sp. atau Jamur Hitam-Putih. Studi ini bertujuan untuk mengetahui komponen fitokimia, aktivitas antioksidan dan efek sitotoksik dari ekstrak Auricularia sp. terhadap sel kanker payudara MCF-7. Metode: Auricularia sp. yang telah dikeringkan dihaluskan menjadi bubuk. Selanjutnya dimaserasi secara bertingkat menggunakan n-heksana, etil asetat dan etanol. Pada ketiga ekstrak dilakukan uji fitokimia dan kromatografi lapis tipis (KLT) dilanjutkan dengan pengujian aktivitas antioksidan, dan aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker payudara MCF-7. Hasil: Auricularia sp. mengandung senyawa metabolit sekunder flavonoid, alkaloid, dan triterpenoid, serta memiliki 17 komponen senyawa lain. Ekstrak etil asetat Auricularia sp. menunjukkan aktivitas antioksidan lemah terhadap radikal bebas DPPH, dengan nilai IC50 sebesar 215.51 μg/mL, dan memiliki aktivitas sitotoksik sangat kuat terhadap sel MCF-7 dengan nilai IC50 sebesar 0.209 μg/mL. Sedangkan ekstrak etanol dan ekstrak n-heksana menunjukkan aktivitas sitotoksik yang tergolong aktif, dengan nilai IC50 masing-masing sebesar 28.284 μg/mL dan 50.394 μg/mL. Kesimpulan: Auricularia sp. memiliki komponen fitokimia aktif yang menunjukkan aktivitas antioksidan terhadap radikal bebas DPPH dan menunjukkan aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker MCF-7. ......Background: Cancer is a non-communicable disease with over 18.1 million new cases and 9.6 million deaths annually according to WHO. Breast cancer is the number two highest count type of cancer trailing behind lung cancer. Treating cancer is expensive and have various side effects. Active components found in plants or fungi that have antioxidant and cytotoxic activity towards cancer cells, could be an alternative for anticancer. One of the fungi that is potentially developed as an anticancer, are the genus of Auricularia sp. also known as Black-White fungus. This study aims to determine the phytochemicals components, antioxidant activity and cytotoxic effect of the Auricularia sp. towards MCF-7 breast cancer cells. Method: Dried Auricularia sp. grinded into a fine powder. Then, multilevel maceration is done with the n-hexane, ethyl acetate, ethanol. The extracts undergo phytochemical screening and thin layer chromatography (TLC), followed by measuring antioxidant and evaluating the cytotoxic activity towards MCF-7 breast cancer cells. Results: Auricularia sp. contained secondary metabolites of flavonoids, alkaloids, and triterpenoids and a total of 17 other phytochemical components. Ethyl acetate extract of Auricularia sp. showed a weak antioxidant activity towards DPPH free radical with IC50 of 215.51 μg/mL and a very active cytotoxic evaluation with IC50 of 0.209 μg/mL. On the other hand, Ethanol and n-hexane is categorized with an active cytotoxic evaluation with 29.284 μg/mL and 50.394 μg/mL, respectively. Conclusion: Auricularia sp. contained phytochemical components that had biological activity of antioxidant toward DPPH free radical and cytotoxic towards MCF-7 breast cancer cell.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Isma Zahira Suhaima
Abstrak :
Latar belakang: Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum terjadi pada wanita dengan tingkat mortalitas yang tinggi. Tata laksana yang dapat dilakukan antara lain pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi, meskipun metode tersebut tidak jarang menimbulkan berbagai efek samping serta biaya yang mahal. Pengobatan alternatif juga kerap dilakukan untuk membantu penanganan kanker, salah satunya dengan obat-obatan herbal. Hibiscus rosa-sinensis diketahui memiliki berbagai senyawa fitokimia yang berpotensi dikembangkan sebagai antikanker. Metode: Hibiscus rosa-sinensis kering digiling menjadi serbuk, lalu dibuat menjadi ekstrak dengan metode maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan etanol. Analisis kandungan fitokimia ekstrak Hibiscus rosa-sinensis dilakukan melalui uji fitokimia dan kromatografi lapis tipis (KLT). Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak Hibiscus rosa-sinensis dilakukan menggunakan metode DPPH, sedangkan aktivitas sitotoksik ekstrak Hibiscus rosa-sinensis terhadap sel kanker payudara MCF-7 dilakukan dengan metode MTT. Hasil: Hibiscus rosa-sinensis memiliki kandungan fitokimia triterpenoid, alkaloid, flavonoid, tanin, dan steroid. Ekstrak Hibiscus rosa-sinensis menunjukkan aktivitas antioksidan terhadap radikal bebas DPPH dengan nilai IC50 sebesar 1,56 µg/mL untuk ekstrak etil asetat dan 42,30 µg/mL untuk ekstrak etanol. Aktivitas sitotoksik ekstrak etil asetat H. rosa-sinensis terhadap sel kanker payudara MCF-7 dikategorikan moderat dengan nilai IC50 sebesar 79,37 µg/m, sedangkan ekstrak n-heksana dan ekstrak etanol H. rosa-sinensis yang masing-masing memiliki nilai IC50 sebesar 125,23 µg/mL dan 210,77 µg/mL, dikategorikan aktivitas sitotoksik lemah. Simpulan: Hibiscus rosa-sinensis mengandung beberapa senyawa fitokimia yang memiliki aktivitas antioksidan terhadap radikal bebas DPPH dan menunjukkan aktivitas Metode: Hibiscus rosa-sinensis kering digiling menjadi serbuk, lalu dibuat menjadi ekstrak dengan metode maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan etanol. Analisis kandungan fitokimia ekstrak Hibiscus rosa-sinensis dilakukan melalui uji fitokimia dan kromatografi lapis tipis (KLT). Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak Hibiscus rosa-sinensis dilakukan menggunakan metode DPPH, sedangkan aktivitas sitotoksik ekstrak Hibiscus rosa-sinensis terhadap sel kanker payudara MCF-7 dilakukan dengan metode MTT. Hasil: Hibiscus rosa-sinensis memiliki kandungan fitokimia triterpenoid, alkaloid, flavonoid, tanin, dan steroid. Ekstrak Hibiscus rosa-sinensis menunjukkan aktivitas antioksidan terhadap radikal bebas DPPH dengan nilai IC50 sebesar 1,56 µg/mL untuk ekstrak etil asetat dan 42,30 µg/mL untuk ekstrak etanol. Aktivitas sitotoksik ekstrak etil asetat H. rosa-sinensis terhadap sel kanker payudara MCF-7 dikategorikan moderat dengan nilai IC50 sebesar 79,37 µg/m, sedangkan ekstrak n-heksana dan ekstrak etanol H. rosa-sinensis yang masing-masing memiliki nilai IC50 sebesar 125,23 µg/mL dan 210,77 µg/mL, dikategorikan aktivitas sitotoksik lemah. Simpulan: Hibiscus rosa-sinensis mengandung beberapa senyawa fitokimia yang memiliki aktivitas antioksidan terhadap radikal bebas DPPH dan menunjukkan aktivitas sit ......Background: Breast cancer is the most common type of cancer in women with a very high mortality rate. Treatments for this malignancy are surgery, chemotherapy, and radiotherapy, however those methods can cause adverse effects and quite expensive. Complementary and alternative medicines (CAMs) are also used to support those treatments, one of them is herbal medicine. Hibiscus rosa-sinensis is known to have various phytochemical components which have the potential to be developed as anticancer. Method: Dry Hibiscus rosa-sinensis was milled to a powder, then extracted by multilevel maceration method using n-hexane, ethyl acetate and ethanol as solvents. Phytochemical components of Hibiscus rosa-sinensis extracts was analyzed using phytochemical tests and thin layer chromatography (TLC). Its antioxidant activity was determined using DPPH method, meanwhile its cytotoxic activity towards MCF-7 breast cancer cells was evaluated using MTT assay. Result: Hibiscus rosa-sinensis were proved to contain triterpenoids, alkaloids, flavonoids, tannins and steroids. Hibiscus rosa-sinensis extracts showed antioxidant activity towards DPPH free radicals with IC50 value of 1.56 µg/mL for ethyl acetate extract and 42.30 µg/mL for ethanol extract. Cytotoxicity of Hibiscus rosa-sinensis ethyl acetate extract towards MCF-7 cells was moderately active with the IC50 value of 79.37 µg/mL. Meanwhile, Hibiscus rosa-sinensis n-hexane extract and ethanol extract which had IC50 for 125.23 µg/mL and 210.77 µg/mL, are categorized into weakly active cytotoxicity. Conclusion: Hibiscus rosa-sinensis contains several phytochemical compounds which showed antioxidant activiy towards DPPH free radicals and cytotoxic activity towards MCF-7 breast cancer cells, thus it can be developed further to be anti-breast cancer agents.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library