Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Khairinal
Abstrak :
Kurkumin adalah senyawa biokatif yang diisolasi dari Curcuma xanthorrhiza telah diketahui mempunyai efek anti-kanker payudara. Perkembangan sel tumor payudara mempunyai hubungan yang erat dengan respon imun yang dimediasi oleh sel limfosit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kurkumin terhadap respon imun pada sel limfosit dari limpa mencit C3H bertumor payudara secara in vitro. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Sel limfosit diisolasi dari limpa mencit C3H bertumor payudara setelah 2 minggu transplantasi tumor, kemudian diberi perlakuan kurkumin dan dikultur dalam inkubator pada 37 oC dan CO2 5%. Pada penelitian ini perlakuan dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan yaitu perlakuan P1 dengan dosis kurkumin 5 ppm, perlakuan P2 dengan dosis kurkumin 25 ppm, perlakuan P3 dengan dosis kurkumin 50 ppm, dan perlakuan K tanpa perlakuan kurkumin sebagai kontrol. Respon imun ditentukan berdasarkan proliferasi sel limfosit melalui pengamatan dan penghitungan jumlah sel limfosit selama lima hari yakni hari ke 1, 2, 3, 4, dan 5. Penghitungan jumlah sel limfosit dilakukan dengan metode haemositometer dibawah mikroskop fase kontras. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan sel limfosit dengan kurkumin sampai hari ke 5 menyebabkan penekanan/supresi pada sel limfosit sebesar: perlakuan kurkumin 5 ppm 52%, perlakuan kurkumin 25 ppm 55%, dan perlakuan kurkumin 50 ppm 41%. Hasil analisis statistik dengan uji ANOVA satu arah dan uji Post Hoc Duncan menunjukkan tidak ada perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap jumlah sel limfosit dengan perlakuan dosis kurkumin yang berbeda (5,25, dan 50 ppm).
Curcumin is a bioactive compound isolated from Curcuma xanthorrhiza having biological activities as anti-breast cancer. The development of tumor cell has a strong relationship with cellular immune response mediated by lymphocyte cell. The aim of this study was to find out the effects of curcumin on proliferation of lymphocyte cells from the spleen of breast cancer C3H mice in vitro. This research applied experimental method by using lymphocyte cell isolated from the spleen of breast cancer C3H mice after two weeks of mammary tumor transplantation. Lymphocyte cells were treated with curcumin then cultured in incubator at 37 oC, 5% CO2 . The treatments divided into 4 groups: P1 was group treated with 5 ppm of curcumin, P2 was group treated with 25 ppm of curcumin, P3 was group treated with 50 ppm of curcumin and K group without curcumin treatment as a negative control. Immune response was determined based on cell proliferation through lymphocyte cell amount counting at day-1, day-2, day-3,day- 4, and day-5. The amount of lymphocyte cells were counted using haemocytometer methode under contrast phase microscope. The result of this study indicated that curcumin treatment suppressed the proliferation of lymphocyte cell: 52% of lymphocyte supression for treatment with 5 ppm of curcumin, 55% of lymphocyte supression for treatment with 25 ppm of curcumin, 41% of lymphocyte supression for treatment with 50 ppm of curcumin. one way-ANOVA and Post Hoc Duncan test showed that there were not significant differentiation against lymphocyte cell amount with the variety of doses of curcumin (5, 25, 50 ppm).
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T30068
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erlinda Marthias
Abstrak :
Terapi radiasi bagi para penderita banker payudara telah diketahui dapat roenurunkan juralah limfosit, dan dlduga keadaan tersebut disebabkan oleh kerusakan kroffiosoiTj selama terapi radiasi. Di Indonesia penelitian yang menghubungkan terjadinya aberasi kromosom pada penderita banker payudara Ciengan jumlah limfosit selama terapi radiasi belum pernah dilakukan. Para penderita banker payudara mendapatkan dosis radiasi 200 cGy per ban (benin — Jumat), atau 1000 cGy per m'inggu selama + 6 minggu. Untuk mengetahui pengaruh dosis radiasi tei'hadap. kerusakan kromosom, maka pada penelitian ini penderita dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu: kelompok sebelum terapi radiasi (1), kelompok setelah terapi radiasi dosis 2000 cGy (11), 4000 cGy (111), dan 6000 cGy (IV). Terhadap semua kelompok percobaan dihitung juralah aberasi kromosom tipe disentrik, asentrik, cincin, dan kromosom dengan aberasi selain tiga tipe yang pertama, dan juralah limfositnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terapi radiasi 2000 cGy atau lebih dapat menimbulkan berbagai aberasi kromosom, Aberasi kromosom disentrik dan asentrik berbeda nyata secara statistik terhadap kontrol (sebelum terapi radiasi), sedangkan untuk aberasi kromosom cincin dan aberasi lain (aberasi kromatid) tidak berbeda secara etatietik terhadap kontrol. Selanjutnya analieis korelasi Spearman menyimpulkan, jumlah kromopjom apjentrik ada korelasi negatif yang nyata (p < 0,05) terhadap jurnlah limfosit penderita kanker payudara; sedangkan jumlah kromosom disentrik, kromosom cinciri,.dan aberasi lain tidak ada korelasi dengan jumlah limfositnya.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfin Alexander
Abstrak :
Ion kalsium (Ca2+) merupakan kation yang berperan dalam kondensasi kromosom. Berbagai penelitian mengenai pengaruh Ca2+ terhadap struktur kromosom telah dilaporkan. Akan tetapi, penelitian-penelitian tersebut masih terbatas pada galur sel kanker atau sel hewan mamalia dengan pendekatan analisis ultrastruktur. Pengaruh Ca2+ terhadap struktur dan pola banding kromosom pada sel manusia non-kanker belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Ca2+ terhadap struktur dan pola banding kromosom dari sel darah manusia melalui teknik GTL-banding. Sel darah manusia dikultur, kemudian dilakukan pemanenan kromosom dan banding menggunakan pewarna Leishman. Pengaruh Ca2+ dievaluasi dengan menginkubasikan kromosom pada dua larutan berbeda, yaitu larutan 1 mM BAPTA sebagai chelator spesifik Ca2+ dan 1 mM EDTA sebagai chelator kation, dan dibandingkan dengan kontrol. Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dengan mengamati struktur dan pola banding kromosom, serta secara kuantitatif dengan menentukan nilai kromosom berdasarkan kriteria Quality Assessment (QA) dari International System for Human Cytogenetics Nomenclature (ISCN). Hasil yang diperoleh menunjukkan kromosom kelompok perlakuan 1 mM BAPTA memiliki struktur tidak padat, membentuk struktur fibrous, dan berukuran lebih lebar dibandingkan kromosom kontrol dengan pola banding tidak jelas dan kabur. Kromosom kelompok perlakuan 1 mM EDTA membentuk struktur tidak padat dan berukuran lebih panjang dibandingkan kelompok kontrol. Rata-rata nilai kromosom pada kelompok kontrol, BAPTA, dan EDTA berturut-turut adalah 4,467 ± 0,78; 4,30 ± 0,75; dan 4,467 ± 0,86. Perbedaan struktur kromosom, pola banding, dan rata-rata nilai kromosom pada kromosom 1 mM BAPTA dan 1 mM EDTA menunjukkan bahwa kation Ca2+ merupakan faktor penting dalam kondensasi struktur kromosom. ......Calcium ion (Ca2+) is a cation that has a major role in chromosome condensation. Studies about Ca2+ effect in chromosome structure have been reported. However, the studies are limited for cancer cell lines using the ultrastructure analysis approach. The effect of Ca2+ on chromosome structure and banding pattern of the human non-cancer cell line is still unknown. This study aims to determine the effect of Ca2+ on human blood cell chromosome structure and banding pattern using the GTL-banding technique. The blood cell was cultured and then the chromosome was harvested and banded with Leishman dye. The Ca2+ effect was evaluated by using 1 mM BAPTA as Ca2+ specific chelator and 1 mM EDTA as common cation chelator and then compared with the control. The data were then analysis both qualitatively by observing chromosome structure and banding pattern, as well as quantitatively by determining chromosome value based on Quality Assessment (QA) from International System for Human Cytogenetics Nomenclature (ISCN). The result showed that the BAPTA-treated chromosome structure was fuzzy, fibrous, and wider than the control group with a less clear banding pattern than the control. In addition, EDTA-treated chromosome structure was less condensed and longer than those of the control. The mean chromosome value of control, BAPTA-, and EDTA-treated chromosome are 4.467 ± 0.78; 4.30 ± 0.75; and 4.467 ± 0.86. Distinct characteristic of chromosome structure, banding pattern, and mean of chromosome value from BAPTA- and EDTA-treated chromosome further indicates that Ca2+ plays an important role in chromosome condensation.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library