Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lee, Thung Sen
Abstrak :
Kanker payudara adalah kanker dengan insidensi dan tingkat mortalitas tertinggi untuk wanita di Indonesia berdasarkan Cancer Country Profile oleh WHO pada 2014. Salah satu hipotesis terbaru dalam dunia onkologi adalah keberadaan sel punca kanker yang mendorong tumorigenesis, metastasis, therapy resistance dan remission pada kasus kanker ganas. Sel punca kanker dianggap hidup dalam kondisi hipoksia in vivo, sejalan dengan keadaan sel punca pada umumnya. Kondisi inilah yang mendorong sel punca kanker untuk memiliki karakteristik stemness yang menganugerahkan mereka kapasitas self-renewal dan pluripotency hingga akhirnya memperoleh ciri malignansi. Sebagai salah satu cara untuk mendalami sifat unik ini, kultur sel punca kanker payudara yang telah difraksinasi menggunakan marker CD44 /CD24-, diekspos terhadap hipoksia dengan interval berbeda. Perubahan ekspresi dari Oct4 sebagai core regulator dan ALDH1 sebagai modulator dari stemness akan diukur dan dibandingkan dalam kondisi hipoksia dan normoksia. ......Breast cancer has the highest incidence and mortality rate in Indonesian women based on WHO Cancer Country Profiles 2014. One of the emerging hypothesis in the oncology world is on cancer stem cells, which are responsible for the tumorigenesis, metastasis, therapy resistance and remission in many cancer types and cases. Similar to stem cells, cancer stem cells live around hypoxic surrounding in vivo and this condition granted the cancer stem cells pluripotency and self renewal capability, thus the characteristic of stemness and malignancy. Breast cancer has been shown to also contain cancer stem cells and so to study the unique trait under hypoxic condition, the cells, which have been fractionated by markers CD44 and CD24 , are subjected to hypoxia. The expression of Oct4 and ALDH1 as the core regulator and modulator of stemness respectively are assessed and further compared between hypoxic and normoxic groups.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70409
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Halim
Abstrak :
Latar Belakang : Kanker payudara adalah kanker kedua tersering pada wanita dengan angka kcmatian yang tinggi. Keganasan, cherno-resistance, dan kegagaJan tempi untuk menyembuhkan kanker payudara disebabkan oleb adanya sel punca kanker payudara (BCSCs). BCSCs mengekspresikan multigen untuk kelangsungan hidup, kemampuan self-renewal, dan kemampuan bennetastasis. LingkWlgan hipoksia memicu sel tumor untuk mengekspresikan gen pro-survival dan beradaptasi secara metabolik terhadap stres, sehingga memlcu pertumbuhan sel kanker. Inhibitor of Apoptosis Prolein (lAP), mengatur supresi apoptosis, kontrol pembelahan sel, dan promosi angiogenesis. Ekspresi gen survivin sangat tinggi di sei tumor Wltuk kclangsungan hidup. perkembangan tumor dan keganasan. Survivin sangat papuler dijadikan sebagai gen target kanker. Mendalami peran SUrYivin dalam kondisi hipoksia akan menjanjikan manfaat terapeutik yang lebih baik. Dalam percobaan ini, ekspresi survivin akan diamati di BCSCs yang dibiakkan dalam media bebas serum yang diberi perlakuan hipoksia 1%dengan periode berbeda. Mctode : Sel punca diekstrak dari kanker payudara, kemudian diberi perlakuan hipoksia. RNA kemudian diisolasi dan diukur dengan spectrophotometry Wltuk menentukan kadar kemumian sampeL Setelah itu, One-Step qRT-PCR dilakukan untuk mendapatkan hasH ekspresi relatif gen survivin. Produk peR tersebut kemudian diproses dengan electrophoresis uotuk memastikan gen yang telat diamplifikasi. HasH : Kadar ekspresi gen survivin rnengalami penurunan di sci pWlca kanker payudara selama proses hypoxia dengan interval yang berbeda. Kesimpulan : Sci punca kanker payudara yang diberi perlakuan hypoxia yang berbeda menunjukkan kadar ekspresi gen survi.vin yang rendah. Ada kemungkinan bahwa seI tersebut telah berdiferensiasi dalam popuJasi sel puncak. Penelitian tambahan perlu dilaksanakan untuk memastikan aktivitas apoptosis di sel puncak kanker payudara dalam kondisi hypoxia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70453
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Wideani
Abstrak :
Pertumbuhan kanker tidak hanya ditentukan oleh adanya sel kanker itu sendiri akan tetapi ditentukan juga oleh lingkungan mikro disekitarnya. Lingkungan mikro tersebut merupakan jaringan yang heterogen dengan adanya interaksi sel termasuk sel punca mesenkim. Sekretom mengandung faktor-faktor biologis terlarut yang dapat mempengaruhi pertumbuhan sel kanker. Stem cell from Human Exfoliated Deciduous SHED diketahui merupakan sumber sel punca yang memiliki banyak potensi. Sampai saat ini belum diketahui bagaimana dampak pemberian CM dari SHED terhadap sel punca kanker payudara. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemberian conditioned medium kultur SHED pada sel punca kanker payudara terhadap viablitas, proliferasi dan tumorigenitas serta kepuncaan dari sel punca kanker payudaraALDH dan sel punca kanker MCF7. Conditioned medium SHED SHED-CM adalah medium kultur bebas serum sel SHED yang dikumpulkan dalam 24 jam dan 48 jam. ALDH dan MCF7diberikan 50 v/v SHED-CM 24 jam dan 48 jam dan di inkubasi selama 72 jam. Hal yang sama dilakukan untukperlakuan aktivasi CM dengan suhu. CM sebelum digunakan terlebih dahulu dipanaskan dalam suhu 80 C selama 10 menit. Kontrol adalah sel yang diberikan 50 v/v a-MEM. Perhitungan viabilitas sel dilakukan dengan menggunakan metode Trypan Blue Exclusion Assay dan ekspresi relatif mRNA dari TGF-b1, TGF-b1 receptor TBRI , ALDH1A1 dan OCT4 menggunakan qRT-PCR dan analisis menggunakan perhitungan livak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekspresi relatif dari TGF-b1, TGF-b1 reseptor TBRI , ALDH1A1 dan OCT4 pada sel ALDH dan MCF7 pasca induksi dengan CM SHED mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan kontrol. Selain itu, peningkatan yang lebih signifikan ditunjukkan pada perlakuan aktivasi dibandingkan yang tidak diaktivasi. Hal yang berbeda pada hasil uji viabilitas sel. Viabilitas sel mengalami penurunan pasca induksi dengan CM SHED sedangkan setelah diinduksi dengan CM SHED yang telah diaktivasi, viabilitas sel mengalami peningkatan yang signifikan pada sel ALDH dan MCF7. Dengan demikian sekretom SHED dapat meningkatkan viabilitas dan proliferasi serta kemampuan kepuncaan dari ALDH dan MCF7.
Cancer development is not only determined by corresponding of cancer cells but also by the microenvironment. This includes a heterogen network of interacting cell include mesenchymal stem cells. Conditioned medium of MSC culture containing soluble factor hes been identified to affect intercellular communicating between MSC and cancer cells which could affect the stemness of cancer cells. Many studies reported that Stem cells from human exfoliated deciduous teeth SHED as a novel stem cell source with multipotent potential. However, the effect of MSC interaction with cancer cells can not be clearly understood so that the effects of safety in its utilization are not yet known for certain. This study is to confirm the relation between secretom of MSC from SHED with the stemness and agresiveness of ALDH and MCF7. SHED conditioned medium SHED CM , SHED were grown in serum free a MEM for 24 and 48 hours, consist of two groups, non heated and heated at 80 C for 10 min. Human BCSCs ALDH cultured in DMEM F12 were supplemented with 50 v v CM SHED 24 h and 48 h, as well as with heated by 72 h incubation. Control was BCSCs supplemented with 50 v v a MEM. We measured the viability with trypan blue assay and mRNA expression of TGF b1, TGF b1 receptor TBRI , as well as stemness genes ALDH1A1 and OCT4 using qRT PCR. The relative mRNA expression levels of TGF b1, T RI, OCT4 and ALDH1A1 in BCSCs supplemented with non heated SHED CM were increased compared to their control and also after TGF b1 heat activation was significantly higher than in non heated SHED CM. In the other hand, the viability cell was significantly reduced after supplemented with non heated SHED CM, but increased higher than control when treated with heated SHED CM, there are may be a role of the TGF b1 signaling involvement of other factors in SHED CM affect cell proliferation and increase the stemness. We found that secretomes SHED can increase proliferation of breast cancer stem cells ALDH and also expression of stemness gene OCT4 and ALDH1A1. the activation with heated can enhance the increase of proliferation and stemness. We assumed that signalling of TGF can affect tumor proggresion of ALDH and MCF7
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarifah Dewi
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Keberadaan sel punca kanker payudara diduga berkontribusi dalam timbulnya resistensi terapi. Beberapa mekanisme yang mempengaruhi respons terapi pada kanker yaitu aktifnya jalur sinyal embrionik, hambatan apoptosis dan tingginya perbaikan DNA serta adaptasi sel punca kanker terhadap hipoksia dan stres oksidatif.Tujuan: Menganalisis profil ekspresi gen kepuncaan pada kanker payudara setelah terapi neoajuvan hormonal dan kemoterapi dilihat hubungannya dengan jalur apoptosis p53, jalur stres oksidatif NFkB dan penanda hipoksia HIF- serta respons terapi.Metode: Penelitian ini menggunakan sampel jaringan kanker payudara stadium IIIB dan IV sebelum terapi neoajuvan 46 sampel pre dan setelah terapi neoajuvan 46 sampel post . Total RNA diekstraksi kemudian dilakukan pengukuran ekspresi dengan menggunakan teknik Next Generation Sequencing Truseq targeted RNA expression Illumina dengan menggunakan panel sel punca, p53 dan NFkB. Selain itu juga ekspresi HIF-1 dan HIF-2 diukur dengan menggunakan qRT-PCR.Hasil: Setelah terapi neoajuvan, profil ekspresi gen kanker payudara yang memiliki respons molekuler yang baik pada jalur kepuncaan adalah CCNE1, CDC42, CTNNB1, HDAC2, PSEN1, PSENEN, pada jalur apoptosis adalah BIRC5, CASP8, CASP9, CDK1 dan PCNA, pada jalur stres oksidatif adalah SOD2, STAT1 dan TBK1, serta pada jalur hipoksia yaitu HIF-1 dan HIF-2 . Profil ekspresi gen dengan respons molekuler yang buruk pada jalur kepuncaan adalah ALDH1A1, ALDH2, CCND2, CXCL12, FZD7, IGF1, sedangkan pada jalur apoptosis adalah ATM dan BID. Respons histopatologis Miller Payne berkorelasi positif bermakna dengan ekspresi gen jalur apoptosis dengan respons molekuler yang baik BIRC5, CASP8, CDK1 , namun berkorelasi negatif bermakna dengan ekspresi gen ALDH1A1. Survival pasien kanker payudara berkorelasi negatif bermakna dengan ekspresi ALDH1A1 dan SOD2.Kesimpulan: Ekspresi gen ALDH1A1 dan SOD2 merupakan faktor penting untuk prediksi prognosis terapi neoajuvan sistemik pada pasien kanker payudara stadium lanjut.
ABSTRACT
Introduction: The presence of breast cancer stem cells is considered to contribute to therapeutic resistance. There are some mechanisms affected therapy response in the cancer, such as active embryonic signaling pathways, inhibition of apoptosis and high DNA repair, adaptation to hypoxia and oxidative stress.Aim: to analyse the stemness gene expression profile in breast cancer after neoadjuvant chemotherapy and hormonal therapy correlated with apoptotic p53 , oxidative stress NFkB and hypoxia HIF- signaling pathways and also therapeutic responses.Methods: This study used breast tissue samples IIIB and IV before neoadjuvant therapy 46 pre samples and after neoadjuvant therapy 46 post samples . Total RNA was measured the expression profile using Next Generation Sequencing Truseq targeted RNA expression Illumina with stem cell, p53 and NFkB panels. In addition, HIF-1 and HIF-2 expression were measured using qRT-PCR. Results: After neoadjuvant therapy, the expression profiles of breast cancer genes that have good molecular responses in stem cells pathway are CCNE1, CDC42, CTNNB1, HDAC2, PSEN1, PSENEN, in apoptotic pathway are BIRC5, CASP8, CASP9, CDK1 and PCNA, in oxidative stress pathway are SOD2, STAT1 and TBK1, as well as in the hypoxic pathway HIF-1 and HIF-2 . Expression profiles with poor molecular responses in stem cells pathway are ALDH1A1, ALDH2, CCND2, CXCL12, FZD7, IGF1, while in apoptotic pathway are ATM and BID. Histopathologic response Miller Payne was significantly positively correlated with apoptotic pathway gene expression with good molecular response BIRC5, CASP8, CDK1 , but negatively significant correlated with ALDH1A1 gene expression. Survival of breast cancer patients significantly negatively correlated with ALDH1A1 and SOD2 expression. Conclusion: ALDH1A1 and SOD2 gene expression is an important factor for predicting the prognosis of systemic neoajuvan therapy in patients with advanced breast cancer.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ashfar Kurnia
Abstrak :
Kanker payudara merupakan kanker terbanyak nomor 1 di Indonesia dan memiliki insiden kematian terbesar. Kanker payudara adalah sekumpulan masa yang heterogen, pertumbuhan masa tersebut disebabkan oleh adanya sel punca kanker payudara. Sel punca kanker payudara memiliki kemampuan untuk berkembang biak, memperbaiki dirinya sendiri dan juga resisten terhadap apoptosis. Pada kondisi normal sel punca payudara normal memiliki reseptor permukaan CD44+/CD24+, namun pada kondisi keganasannya sel punca kanker payudara mengekspresikan protein permukaan sel CD44+/CD24-/low . Dilakukan penelitian untuk mengetahui proporsi CD44 dan CD24 dengan menggunakan imunofluoresensi. Jaringan kanker payudara dan payudara normal dihancurkan dan diekstraksi selnya dengan menggunakan colagenese IV dan disaring dengan saringan filter 40 mikron. Hasil ekstraksi sel normal payudara dan kanker payudara dilakukan pewarnaan dengan menggunakan antibodi pertama, rabbit-anti-human CD44 dan mouse-anti-human CD24, serta antibodi kedua, goat-anti-rabbit-berikatan dengan Rhodamine dan goat-anti-mouse-berikatan dengan FITC dalam PBS-BSA 2%. Diperoleh 12 gambaran sel dan intensitas cahaya fluoresensinya. Tidak diperoleh perbedaan signifikan antara sel punca kanker payudara dengan sel punca payudara normal pada intensitas fluoresensi CD44 dan CD24, kemungkinan disebabkan karena telah terjadi metastasis. Serta adanya penurunan nilai intensitas CD44 dengan bertambahnya waktu kultur.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33155
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gladies Mercya Grameinie
Abstrak :
ABSTRAK
Perubahan status metabolisme pada sel kanker diduga berhubungan dengan penyesuaian dirinya terhadap perubahan lingkungan mikro sel. Lingkungan mikro sel kanker yang bersifat asidosis diakibatkan adanya peningkatan produksi laktat.Produksi laktat meningkat karena sel kanker mengalami metabolisme glikolisis dalam keadaan normoksia, ini yang dikenal dengan fenomena Warburg.Akumulasi laktat diduga mempengaruhi transporter monokarboksilat 1 dan 4 dalam sel kanker. Dalam penelitian ini membahas ekspresi laktat dehidrogenase A dan B yang berperan dalam perubahan laktat dan dilihat hubungannya dengan kadar laktat intraseluler dan transporter monokarboksilat yang mengatur keseimbangan laktat sel.Desain penelitian adalah eksperimental in vitro menggunakan sel punca kanker payudaraCD24-/CD44+ yang di beri natrium bikarbonat selama 0.5 jam, 24 jam dan 48 jam. Sel di kultur dalam DMEM F-12 ditambahkan Hepes. Kemudian di harvest sesuai waktu inkubasi dan di ekstraksi sel. Hasil ekstraksi sel di bagi dua untuk di lakukan uji laktat dengan kit lactate colorimetric assay dan untuk isolasi RNA menggunakan tripure isolation reagen serta di analisis menggunakan qRT-PCR.Hasil penelitian menunjukkan pemberian natrium bikarbonat pada sel punca kanker payudara CD24-/CD44+ dapat meningkatkan pHe.Ekspresi LDH-A, MCT4 dan MCT1 tinggi di awal inkubasi sebagai respon adaptif sel. sedangkan Ekspresi LDH-Bmulai tinggi setelah 24 jam dan 48 jam. Peningkatan laktat intraseluler terjadi dalam inkubasi 24 jam pada sel yang diberikan natrium bikarbonat. Dalam menjaga keseimbangan laktat antara dalam dan luar sel ekspresi LDH-A dan MCT-4 mulai diturunkan ekspresinya oleh karena akumulasi laktat di dalam sel. Namun setelah 48 jam Laktat intraseluler mulai menurun oleh karena penurunan MCT1 yang mulai ditekan. Sehingga laktat yang berada dalam sel berasal dari ekstraselular.Di lihat dari pola ekspresi gen LDH-A, LDH-B, MCT1 dan MCT4 dapat disimpulkan adanya perubahan metabolisme akibat pemberian natrium bikarbonat dari glikolisis anaerob menjadi aerob.
ABSTRACT
Changes in the status of metabolism in cancer cells is thought to relate to his adjustment to changes in the microenvironment of the cells. Microenvironment of cancer cells that are acidosis due to an increase in lactate production. Lactate production increases because the cancer cells metabolized glycolysis in a state normoksia, is known as the phenomenon of Warburg. Lactate accumulation is expected to affect transporter monocarboxylic 1 and 4 in cancer cells. In this study discusses the expression of lactate dehydrogenase A and B, which plays a role in the change of lactic and views its relationship with lactate levels of intracellular and transporter monocarboxylic that regulates the balance of lactic cells. The study design is experimental in vitro using breast cancer stem cells CD24-/CD44+ were given sodium bicarbonate for 0.5 hours, 24 hours and 48 hours. Cells cultured in DMEM F-12 was added Hepes. Then at harvest appropriate incubation time and cell extraction. The results in the cell extraction for two to do tests on lactate with lactate kit and colorimetric assay for RNA isolation using tripure isolation reagents and analyzed using qRT-PCR. The results showed administration of sodium bicarbonate in breast cancer stem cell CD24-/CD44+ can enhance the PHE. Expression of LDH-A, MCT4 and MCT1 high at the start of incubation as an adaptive response of cells.while the Expression of LDH-B started higher after 24 hours and 48 hours. Increased lactate intracellular occur within 24 h incubation the cells were given sodium bicarbonate. In maintaining the balance of lactate between the inside and outside of the cell expression of LDH-A and MCT-4 began to be revealed expression because of the accumulation of lactate in the cell. But after 48 hours Lactate intracellular began to decline because of a decrease in MCT1 began suppressed. So that the lactate that are in cells derived from the extracellular. In view of gene expression patterns of LDH-A, LDH-B, MCT1 and MCT4 concluded their metabolism changes as a result of administration of sodium bicarbonate from anaerobic into aerobic glycolysis
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisana Sidqi Aliya
Abstrak :
Latar Belakang: Sel punca kanker merupakan populasi sel minor yang memiliki kemampuan self-renewal dan proliferasi tak terbatas sehingga bersifat tumorigenik dan diduga berperan dalam penurunan sensitivitas terhadap berbagai terapi kanker. Tamoksifen merupakan terapi lini pertama pada kanker payudara ER positif namun penggunaan jangka panjangnya menimbulkan masalah resistensi. Beberapa faktor yang diduga berperan dalam penurunan sensitivitas sel terhadap Tamoksifen yakni modulasi pensinyalan estrogen melalui ERα66; dan ERα36 (yang diketahui memperantarai pensinyalan non-genomik), serta ekspresi transporter effluks seperti MRP2 yang berperan dalam penurunan kadar Tamoksifen intraseluler. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek pemaparan Tamoksifen berulang pada sel punca kanker payudara CD24-/CD44+, dalam kaitannya mengenai sensitivitas terapi melalui perubahan ekspresi estrogen reseptor alfa dan transporter efluks MRP2. Metode: Selpunca kanker payudara CD24-/CD44+ dipaparkan Tamoksifen 1 μM selama 21 hari dengan DMSO sebagai kontrol negatif. Viabilitas sel setelah pemaparan Tamoksifen diuji dengan metode trypan blue exclusion. Sifat tumorigenik sel setelah pemaparan (CD24-/CD44+(T)) diuji dengan mammossphere formation assay dan dibandingkan dengan sel CD24-/CD44+(0) yang belum dipaparkan Tamoksifen. Ekspresi mRNA Oct4, c-Myc, ERα66, ERα36 dan MRP2 dianalisis dengan one step quantitative RT-PCR. Hasil: Terjadi penurunan sensitivitas sel punca kanker payudara CD24-/CD44+(T) yang dipaparkan Tamoksifen selama 21 hari yang ditunjukkan dengan kenaikan viabilitas sel hingga 125,2%. Tamoksifen tidak dapat menekan sifat tumorigenik sel CD24-/CD44+(T) yang dibuktikan melalui jumlah mammosfer yang tidak berbeda bermakna dibandingkan dengan CD24-/CD44+(0). Penurunan sensitivitas sel CD24-/CD44+(T) juga dibuktikan melalui peningkatan ekspresi Oct4 dan c-Myc; keduanya merupakan petanda pluripotensi dan c-Myc juga dikenal sebagai petanda keganasan. Parameter penurunan sensitivitas seperti ERα66, ERα36 dan MRP2 juga menunjukkan peningkatan ekspresi pada hari ke-15 namun menurun kembali pada hari ke-21 yang menunjukkan adanya mekanisme regulasi lain yang mungkin terlibat dalam penurunan sensitivitas sel punca kanker payudara terhadap Tamoksifen. Kesimpulan: Pemaparan Tamoksifen berulang dapat menurunkan sensitivitas sel punca kanker payudara CD24-/CD44+ melalui perubahan ekspresi estrogen reseptor alfa dan transporter efluks MRP2. ......Background: Cancer stem cells are minor population of cells possessing self-renewal and unlimited proliferation abilities which support their tumorigenicity and role in decreased sensitivity to many cancer therapies. Tamoxifen is a first line therapy for breast cancer patients with positive ER status. Nonetheless, after 5 years of its long term use eventually leads to recurrence and resistance in 50% of patients receiving tamoxifen therapy. Among some factors that might play role in decreased sensitivity to tamoxifen are modulation of estrogen signaling through ERα66 and ERα36 (the latter known for its non-genomic estrogen signaling), and expression of efflux transporter such as MRP2 responsible for decreased intracellular tamoxifen level. The objective of this study is to analyze the effects of repeated tamoxifen exposure toward decreased sensitivity of the breast cancer stem cells CD24-/CD44+ through changes in expression of estrogen receptor alpha and efflux transporter MRP2. Methods: Breast cancer stem cells CD24-/CD44+ were exposed to 1 μM tamoxifen for 21 days with DMSO as negative control. After exposure with 1 μM tamoxifen, the cell viability were tested by the trypan blue exclusion method. Cell tumorigenicity of tamoxifen-exposed CD24-/CD44+(T) and CD24-/CD44+(0) (before treatment) were tested by the mammosphere formation assay. The expression of Oct4, c-Myc, ERα66, ERα36 andMRP2 mRNAs were analyzed by one step quantiative RT-PCR. Results: A decreased sensitivity of the breast cancer stem cells CD24-/CD44+ exposed with 1 μM tamoxifen for 21 days was observed as indicated by an increased cell viability up to 125.2%. In the presence of tamoxifen, breast cancer stem cells CD24-/CD44+(T) exhibited tumorigenic properties as indicated in no significant difference in the formation of mammosphere unit compared to those of CD24-/CD44+(0). After exposure with 1 μM tamoxifen for 21 days, an elevated level of Oct4 and c-Myc expressions were observed; both are known as pluripotency markers and the latter also known as marker of aggresiveness. Parameters for a decreased sensitivity such as ERα66, ERα36 and MRP2 also exhibited an elevated expression after 15 days of exposure, but the decreased expression after 21 days of exposure suggests that there might be another mechanism involved in decreased sensitivity of the breast cancer stem cells toward tamoxifen. Conclusion: Repeated tamoxifen exposure may decrease the sensitivity of the breast cancer stem cells CD24-/CD44+ through changes in expression of estrogen receptor alpha and efflux transporter MRP2.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resda Akhra Syahrani
Abstrak :
Latar Belakang: Kanker payudara merupakan jenis kanker dengan angka kejadian paling tinggi yang dialami oleh wanita di seluruh dunia. Doksorubisin merupakan antibiotik antrasiklin yang menginduksi kematian sel kanker dengan berbagai mekanisme, salah satunya dengan pembentukan spesi oksigen reaktif. Walaupun kanker payudara termasuk ke dalam tumor padat yang kemosensitif, sebagian besar tetap mengalami kekambuhan dan resistensi terhadap obat, bahkan terhadap doksorubisin yang dianggap sebagai obat yang paling kuat dalam terapi kanker. Dalam dekade terakhir ini telah ditemukan bahwa dalam jaringan kanker payudara terdapat subpopulasi sel yang jumlahnya hanya sedikit tetapi bersifat resisten terhadap pengobatan. Populasi minor ini dikenal dengan sel punca kanker. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sensitivitas sel punca kanker payudara CD24-/CD44+ terhadap doksorubisin serta efeknya pada status stres oksidatif. Metode: Sel punca kanker payudara diinduksi dengan doksorubisin selama 14 hari. Kemudian dilakukan analisis viabilitas, analisis stress oksidatif melalui label DHE dan DCFH-DA serta ekspresi dan aktivitas spesifik MnSOD serta pengukuran terhadap GSH intraseluler maupun ekstraseluler. Hasil: Viabilitas sel punca kanker payudara yang diinduksi dengan doksorubisin menurun pada hari kedua dan kemudian akan mulai naik kembali pada hari kedelapan. Hal ini berkorelasi dengan analisis stress oksidatif dimana kadar ROS yang rendah dan aktivitas spesifik antioksidan yang tinggi pada hari kedelapan. Selain itu, terjadinya penurunan kadar GSH intraselular dan peningkatan kadar GSH ekstraseluler dari hari kedua sampai hari ke-14. Kesimpulan: Pemaparan doksorubisin berulang selama 14 hari menyebabkan penurunan sensitivitas sel punca kanker payudara CD24-/CD44+ mulai hari kedelapan. Penurunan sensitivitas sel punca kanker payudara CD24-/CD44+ terhadap doksorubisin berulang disebabkan oleh penurunan ROS dan peningkatan aktivitas antioksidan MnSOD. Transpor effluks doksorubisin ditunjukkan dengan terjadinya penurunan GSH intraselular dan peningkatan GSH ekstraselular. ......Background: Breast cancer by far has been the highest incidence among other cancers in worldwide. Doxorubicin is an anthracycline antibiotic which induces cancer cell death by many mechanisms, most importantly by generation of radical oxygen species (ROS). Although breast cancer is considered one of the most chemosensitive solid tumors, most initially tumors relapse and develop resistance to drugs, even to doxorubicin which is considered as the most active drug available for the treatments of breast cancer. It has been found that solid tumors contain a small number of population that are highly resistant to drug treatment, known as cancer stem cells (CSCs). The aim of this study is to analyze the sensitivity of breast CSCs CD24-/CD44+ to doxorubicin and the effect to oxidative stress status. Methods: Breast CSCs were treated with doxorubicin for 14 days. The effect of doxorubicin was examined by oxidative stress analysis DHE label and probe and also expression and activity antioxidant MnSOD and measurement of intracellular and extracellular GSH. Results: The viability of breast CSCs treated with doxorubicin was first decreased on the second day and started to increase on the eight day of treatment, indicating reduced sensitivity of breast CSCs to doxorubicin after eight days of treatment. This was associated with the low ROS level and the high specific activity MnSOD on the eight day. On the other hand, the intracellular GSH was decreased and the extracellular GSH was increased from the second day to the fourteenth day. Conclusion: Doxorubicin treatment for 14 days causing the reduced sensitivity of breast CSCs CD24-/CD44+ starting on the eight day of treatment. The reduction of breast cancer stem cell CD24-/CD44+ sensitivity caused by the lowering of ROS and the enhancement of specific activity of MnSOD. Doxorubicin efflux transport showed by the lowering of intracellular GSH and also the enhancement of extracellular GSH.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jevi Septyani
Abstrak :
Latar belakang : Kanker payudara merupakan kanker dengan prevalensi tertinggi pada wanita. Di dalam suatu masa tumor, terjadi ketidakseimbangan kurangnya oksigen dengan tinggi nya kebutuhan sel tumor yang terus berproliferasi. Ketika homeostasis dari oksigen terganggu, sel akan mengekspresikan dan menstabilisasi suatu protein yang sangat sensitif terhadap oksigen, bernama Hypoxia Inducible Factor (HIF). HIF2alpha adalah subunit dari keluarga HIFalpha yang dapat mendukung aktivasi dari beberapa gen target seperti VEGF, Oct4, yang dapat mendukung proliferasi, angiogenesis, dan perubahan mekanisme glikolisis pada sel. Berbeda dengan HIF1alpha yang sudah sering diperbincangkan dalam berbagai literatur, peran dan ekspresi dari HIF2alpha ini masih diperdebatkan. HIF2alpha berperan dalam kondisi hipoksia kronik yang terdapat pada jaringan tumor, yang dapat mempertahankan proliferasi dan keganasan sel kanker, bahkan dapat memicu adanya metastasis. Beberapa hipotesis mengatakan bahwa eradikasi dari HIF2a dapat dijadikan target untuk cara penyembuhan dengan menginhibisi sel punca kanker. Metode : Sampel diambil dari sel kanker payudara yang telah dipurifikasi sebelumnya oleh tim riset Wanandi melalui proses pemisahan sel magnetik menjadi sel punca kanker payudara. Sel diinduksi hipoksia dengan durasi yang berbeda-beda (0 jam, 30 menit, 4 jam,6 jam, dan 24 jam). Sel selanjutnya diisolasi untuk mendapatkan RNA, dan dilakukan RT-qPCR serta elektroforesis untuk mengetahui tingkat ekspresi dari HIF2alpha. Hasil : Hasil dari eksperimen ini berbeda dengan studi literatur kami. Setelah dianalisis kuantifikasi relatif dengan gen 18s sebagai housekeeping gen, tingkat ekspresi dari HIF2a mengalami penurunan dibandingkan dengan sebelum diinduksi hipoksia (0 jam). Meningkatnya durasi hipoksia tidak berbanding lurus dengan peningkatan dari HIF2alpha, melainkan menunjukan fluktuasi. Kesimpulan : Ekspresi HIF2alpha pada sel punca kanker payudara CD44+/CD24- menurun setelah diinduksi hipoksia. ......Background: Breast cancer is the cancer with the highest prevalence in women. In a period of a tumor, there is an imbalance lack of oxygen to his high needs tumor cells continue to proliferate. When homeostasis of oxygen is interrupted, the cell will express and stabilize a protein that is highly sensitive to oxygen, called Hypoxia Inducible Factor (HIF). HIF2a is a subunit of HIF family that can support the activation of multiple target genes such as VEGF, Oct4, which can support the proliferation, angiogenesis and glycolysis mechanisms of the cell changes. Unlike the HIF1a that has often been discussed in the literature, the role and expression of HIF2a is still debated. HIF2a said to play a role in chronic hypoxic conditions found in tumor tissue, which can maintain the proliferation and the malignancy of cancer cells, it can even lead to metastasis. Some hypotheses say that the eradication of HIF2a can be targeted for healing way to inhibit cancer stem cells. Methods: Samples were taken from breast cancer cells that had been purified previously by the Wanandi?s research group via magnetic cell separation process into breast cancer stem cells. Cells will be induced hypoxia with different duration (0 hours, 30 minutes, 4 hours, 6 hours, and 24 hours). Cells will be further isolated to obtain RNA, and performed RT-qPCR and electrophoresis to determine the level of expression of HIF2a. Results: The results of this experiment differ from our literature study. Having analyzed the relative quantification of gene 18s as a housekeeping gene, the expression level of HIF2a decreased compared with the prior-induced hypoxia (0 hours). Increasing duration of hypoxia is not directly proportional to the increase of HIF2a, but showed fluctuation. Conclusion : The expression of HIF2alpha in breast cancer stem cell CD44+/CD24- declines after being induced hypoxia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70376
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Christian
Abstrak :
Latar Belakang: MnSOD adalah antioxidant yang paling umum untuk melindungi sel-sel dari stres radical oksidatif Endogenous dan exogenous radical bebas superoksida . Sel punca kanker diketahui untuk bertahan dalam keadaan hipoksia dan kelangsungan hidup sel punca kanker dipengerahi oleh level ekspresi MnSOD. Namun, efek hipoksia terhadap ekspresi gen MnSOD SOD2 masih belum diketahui. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk menginvestigasi tingkat ekspresi MnSOD dalam berbagai interval waktu hipoksia dalam induksi hipoksia kepada CD24-/44 sel punca kanker payudara. Metode: Sampel kanker payudara diperoleh dalam klinik dan dipisahkan dengan Magnetic cell Sorting MACs . Sampel berikut di induksi hipoksia dalam interval 0 jam, 30 menit, 4 jam, 6 jam dan 24 jam di dalam ruangan hipoksia. Kemudian, mRNA diisolasi dan dipotimasi untuk primer annealing. C t value Cycle threshold diperoleh dari qRT-PCR dan dilakukan kalkulasi untuk mengetahui ekspresi relatif MnSOD terhadap ekspresi gen 18s. Hasil PCR akan dilakukan elektroforesis untuk mengkonfirmasi amplifikasi MnSOD. Hasil: Tingkat ekspresi MnSOD menurun di setiap interval hipoksia. Ekspresi MnSOD diturunkan paling rendah setelah 4 jam setelah diinduksi hipoksia. Kesimpulan: Semua sel punca kanker payudara CD44 /CD24- yang telah diinduksi dalam interval hipoksia yang berbeda-beda telah berdiferensiasi, hasil ditunjukan dengan penurunan dalam ekspresi MnSOD.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library