Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agretha Imelda Royani
Abstrak :
Telah dilakukan studi pendahuluan efek filtrat tanaman seledri {A. graveolens L.) terhadap jumlah total, persentase motilitas, viabiiitas, dan abnormalitas spermatozoa mencit (M. musculus L.) gaiur Swiss. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pencekokan filtrat tanaman seledri tertiadap kualitas spermatozoa dengan hipotesis penelitian pencekokan filtrat tanaman seledri akan meningkatkan kualitas spermatozoa mencit. Pencekokan dilakukan selama 36 hari, terhadap mencit yang diberi perlakuan dengan filtrat seledri tanpa pengenceran (mumi) 1:0 (10 ml/Kg BB/hari); pengenceran 1:1 (5 ml/Kg BB/hari); 1:2 (3,33 ml/Kg BB/hari); dan 1:3 (2,5 ml/Kg BB/hari). Kelompok kontrol terdiri atas kelompok mencit yang diberi perlakuan dengan akuabides (10 ml/Kg BB/hari) dan kelompok tanpa perlakuan. Uji nonparametrik Kruskal Wallis menunjukkan bahwa filtrat tanaman A. graveolens L. pada pengenceran 1:1 (6,17 + 3,53 juta/ml) dan 1:2 (7,97 ±4,17 juta/ml); meningkatkan jumlah total spermatozoa secara sangat nyata (a = 0,01); dan pada pengenceran 1:1 (11,5 + 2,09 %); 1:2 (28,25 + 6,63 %); dan 1:3 (26,42 + 2,48 %) meningkatkan persentase viabiiitas spermatozoa secara sangat nyata (a = 0,01). Tetapi, pada pengenceran'1:0, 1:1, 1:2, dan 1:3 tidak memberikan pengaruh yang sangat nyata (a = 0,01)'terhadap persentase motilitas dan abnormalitas spermatozoa.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juheini Amin
Abstrak :
Telah diketahui bahwa tanaman seledri (Apium graveolens L) mengandung asam lemak tidak jenuh, sehingga memungkinkan tanaman tersebut sebagai obat penurun kadar kolesterol. Untuk membuktikan hal tersebut penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah sari air herba seledri memiliki efek terhadap kadar kolesterol total dan lemak total pada tikus putih yang diberi diit tinggi kolesterol dan lemak. Pada percobaan ini digunakan 30 (tiga puluh) ekor tikus putih jantan dengan berat badan 150 sampai 200 g dan berumur 4 bulan menjadi lima kelompok. Kelompok pertama merupakan kontrol normal yang diberi diit standar. Kelompok kedua merupakan kontrol perlakuan yang diberi diit tinggi kolesterol dan lemak (2,5 g/200 g BB/hari.) selama enam minggu. Kelompok perlakuan Kelompok III, IV dan V masing-masing mendapat diit tinggi kolesterol dan lemak yang sama jumlahnya dengan kelompok kontrol perlakuan dan bahan uji peroral dengan dosis berturut-turut 0,14 g/200 g 5BB/hari, 0,72 g/200 g BB/hari dan 3,6 g/200 g BB/hari. Setelah enam minggu perlakuan, tikus dibedah, darahnya diambil melalui jantung, lalu diukur kadar kolesterol total dan lemak totalnya. Dari hasil percobaan, dapat diketahui bahwa ketiga dosis sari air herba seledri yang digunakan, menunjukkan adanya efek penurunan kadar kolesterol total dan lemak total namun secara statistik penurunan ini belum bermakna.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Emma Sri Kuncari
Abstrak :
Seledri telah dikenal luas mampu merangsang pertumbuhan rambut. Salah satu senyawa utama yang terkandung di dalam seledri adalah apigenin. Tesis ini membahas tentang aktivitas dan stabilitas gel yang mengandung apigenin dan perasan herba seledri terhadap pertumbuhan rambut tikus putih. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar apigenin dalam perasan herba seledri dibandingkan dengan apigenin standar, menguji aktivitas dan stabilitas gel yang mengandung apigenin dan perasan herba seledri terhadap pertumbuhan rambut tikus putih dan uji iritasi. Metode yang digunakan adalah KLT-Densitometer, evaluasi gel, stabilitas fisik, uji iritasi dan aktivitas rambut. Hasil KLT-Densitometer menunjukkan kadar apigenin dalam perasan seledri 0,65% dari apigenin standar. Gel yang mengandung apigenin dan perasan seledri menunjukkan aktivitas menambah panjang rambut lebih baik (p<0,05) dibandingkan kontrol normal tanpa perlakuan. Sedangkan untuk parameter menambah tebal rambut, apigenin terbukti lebih baik secara nyata (p<0,05) dibanding kontrol normal namun seledri tidak terbukti secara nyata (p>0,05). Gel apigenin dan perasan seledri menunjukkan stabil fisik pada penyimpanan 28±2 °C dan 40±2 °C, namun kurang stabil pada penyimpanan 4±2 °C selama 14 minggu. Berdasarkan indeks iritasi primer, keempat sediaan gel tidak menimbulkan iritasi pada kulit tikus putih. Dapat disimpulkan pemberian gel yang mengandung apigenin dan perasan herba seledri dapat memperpanjang rambut tikus putih bila dibandingkan dengan kontrol normal tanpa perlakuan apapun. ...... Celery (Apium graveolens L.) juice is widely used for promoting hair growth. One of the main compounds contained in celery is apigenin. This thesis discusses about the activity and stability of gel containing apigenin and celery juice as hair growth of male S-D mice. The purpose of this study was to quantify the levels of apigenin in the fresh celery juice compared with standard apigenin, to test the activity and stability of the gel containing apigenin and celery juice for hair growth of male S-D mice and irritation test. The method used were TLC-Densitometer, gel evaluation, physical stability, irritation test and hair growth activity. Based on the result of the TLC-Densitometer, showed that apigenin in celery juice was 0,65% of standard apigenin. Gel containing apigenin and celery juice showed better in promoting hair growth (p<0,05) than control without treatment. Apigenin showed better activity (p<0,05) in increasing hair thickness as well than control without treatment. However treatment of celery juice did not significantly (p>0,05) increase hair thickness. Gel containing apigenin and celery juice showed good physical stability at 28±2 °C and 40±2 °C, but less stable at 4±2 °C for 14 weeks. Based on primary index irritation, all of four gel formulas did not cause skin irritation on the mice. It can be concluded that gel containing apigenin and celery juice may result in better hair growth promoting of mice compared to control without treatment.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T36018
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siska
Abstrak :

Apium graveolens L. (seledri) merupakan obat herbal yang digunakan untuk pengobatan hipertensi. Penelitian terdahulu melaporkan bahwa penggunaan bersama herbal dengan obat sintetik dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada farmakokinetik dan farmakodinamik obat sintetik. Informasi mengenai interaksi antara obat herbal dengan obat sintetik masih terbatas sehingga perlu diketahui efektivitas dan keamanan penggunaan kombinasi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya interaksi farmakodinamik dan farmakokinetik kombinasi kaptopril dan ekstrak seledri yang diberikan secara oral sebagai antihipertensi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah pengujian interaksi farmakokinetik dengan mengambil darah tikus pada titik waktu tertentu setelah pemberian obat dan ekstrak seledri. Konsentrasi kaptopril diukur menggunakan kromatografi cair kinerja ultra tinggi-tandem spektrometri massa (KCKUT-SM/SM), selanjutnya dihitung Ke, Cmax, AUC, Tmax, dan T1/2. Bagian kedua yaitu pengujian interaksi farmakodinamik untuk efek antihipertensi dengan metode pengukuran tekanan darah secara non-invasive pada ekor. Tekanan darah diukur sebelum perlakuan, setelah induksi NaCl 4%, dan setelah pemberian bahan uji. Pengambilan sampel urin dan darah untuk pengujian kadar natrium, kalium, volume urin, kadar kreatinin, aktivitas enzim ALT (SGPT), dan enzim penghambat konversi angiotensin. Hasil uji pada profil farmakokinetik kaptopril berbeda antara pemberian tunggal dengan kombinasi ekstrak seledri. Pemberian kaptopril 2,5 mg/kg bb bersamaan dengan ekstrak seledri 40 mg/kg bb tanpa jeda waktu menurunkan Cmax dan AUC serta memperpanjang waktu Tmax dan T1/2. Pemberian ekstrak seledri 1 jam sebelum kaptopril (10 mg/kg bb) pada kombinasi, meningkatkan Cmax dan AUC, serta memperpanjang T1/2. Tekanan darah tikus yang mendapat kombinasi kaptopril dosis 5 mg/kg bb dengan ekstrak seledri dosis 40 mg/kg bb menurun lebih besar dibandingkan dengan pemberian kaptopril tunggal. Penurunan tekanan darah pada kelompok kombinasi kaptopril dan ekstrak seledri diikuti dengan peningkatan volume urin. Kadar natrium urin dan serum, serta kadar kalium serum cenderung mengalami peningkatan pada semua kelompok perlakuan namun tidak berbeda bermakna dengan kelompok normal. Kadar kalium urin cenderung mengalami penurunan kecuali pada kelompok kombinasi kaptopril (5 mg/kg bb) dan ekstrak seledri (40 mg/kg bb). Kreatinin serum cenderung meningkat pada kelompok kombinasi kaptopril dengan ekstrak seledri tetapi masih dalam rentang normal. Kreatinin urin dan bersihan kreatinin pada tikus yang mendapat kombinasi kaptopril dan ekstrak seledri tidak berbeda dengan kelompok normal.  Kadar SGPT cenderung menurun pada semua kelompok kombinasi kaptopril dan ekstrak seledri, namun tidak berbeda bermakna dengan kelompok normal. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah pemberian kombinasi kaptopril dosis 2,5 mg/kg bb dan 10 mg/kg bb dengan ekstrak seledri dosis 40 mg/kg bb secara oral dapat mengubah farmakokinetik kaptopril.  Pemberian kombinasi kaptopril dosis 5 mg/kg bb dan ekstrak seledri dosis 40 mg/kg bb menurunkan tekanan darah kembali normal pada tikus hipertensi yang diinduksi NaCl.


Apium graveolens L. (celery) is commonly used as herbal medicine for antihypertension. There was evidence that herb combines with the synthetic drug may affect the pharmacokinetics and pharmacodynamics of the synthetic drug. Information about the interaction between herbal medicines and synthetic drugs is still limited, therefore it will be necessary to explore the clinical results when using these combinations. This study aimed to investigate the pharmacodynamic and pharmacokinetic interaction of oral administration of combined captopril and celery as antihypertensive agent in animal model. The study was divided into two parts. In the first part which was the pharmacokinetics study, blood samples were collected at a various time points after herb-drug combination administration. The blood values of Ke, Cmax, AUC, Tmax, and T1/2 of captopril were obtained by using LC-MS/MS method. The second part was the pharmacodynamic study. The blood pressure was measured bymeans of non-invasive tail method and recorded before and after treatment of induction of 4% NaCl solution and herb-drug administration. The urine and blood were collected and the sodium and potassium concentration, cumulative urine volume, creatinine, the activities of glutamic pyruvic transaminase enzyme and angiotensin converting enzyme inhibition were measured. The results of the pharmacokinetic study showed that concomittant administration of 2.5 mg/kg bw of captopril and 40 mg/kg bw of celery extract decreased Cmax, Ke, AUC and increased T1/2 and Tmax of captopril. When 40 mg/kg bw of celery extract was given 1 hour before 10 mg/kg bw of captopril, the Cmax, T1/2, AUC of captopril were increased and Ke was decreased compared with captopril alone. The combination 5 mg/kg bw of captopril and 40 mg/kg bw of celery extract decreased the blood pressure in hypertensive rats better than 5 mg/kg bw of captopril alone. The decreased in blood pressure was followed by an increase in urine volume. Urinary and serum sodium, serum potassium levels tended to increase in all treatment groups, but they were not significantly different from the normal group. Urinary potassium levels tended to decrease except in the combined 5 mg/kg bw of captopril and 40 mg/kg bw of celery extract. In conclusion, oral administration of combination of 2,5 mg/kg bw and 10 mg/kg bw captopril with 40 mg/kg bw celery extract changes the pharmacokinetics of captopril, whereas the administration of combination of 5 mg/kg bw captopril and 40 mg/kg bw celery extract decreased the blood pressure to normal value in NaCl-induced hypertension rats.

2019
D2586
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ametysa Miranda
Abstrak :
Latar belakang: Tubuh manusia membutuhkan oksigen untuk proses respirasi. Namun, hasil sisa dari proses tersebut dapat berubah menjadi radikal bebas yang dapat menggangu homeostasis dan merusak sel- sel tubuh. Radikal bebas juga didapat tubuh dari lingkungan eksternal seperti polusi udara, sinar  ultraviolet, asap rokok, dan lain-lain. Oleh karena itu, dibutuhkan antioksidan untuk membantu meminimalisir kadar radikal bebas di dalam tubuh. Seledri merupakan salah satu tumbuhan yang dikenal kaya akan kandungan fitokimianya seperti flavonoid, glikosida, polifenol, alkaloid, dan terpenoid serta memiliki khasiat antioksidan. Pada penelitian ini, daun seledri (Apium graveolens) dari daerah Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat akan dianalisis kandungan senyawa fitokimia dan aktivitas antioksidannya. Metode: Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik. Seledri didapatkan dari petani lokal di daerah Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sampel ekstrak daun seledri (Apium graveolens) dibuat dengan metode maserasi bertingkat menggunakan pelarut etil asetat, etanol, dan metanol. Ketiga jenis ekstrak dilakukan uji skrining fitokimia (kualitatif), fraksinasi fitokimia dengan kromatografi lapis tipis (KLT), uji kadar total, serta uji aktivitas antioksidan menggunakan reagen 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH). Hasil: Ekstrak etil asetat pada uji komponen fitokimia flavonoid dan triterpenoid menunjukkan hasil positif. Ekstrak etanol dan metanol memiliki hasil positif pada uji fitokimia flavonoid, tanin, glikosida, dan triterpenoid. Hasil kromatografi lapis tipis (KLT) menunjukkan ketiga eksrak memiliki komponen flavonoid dan fenol. Ekstrak etanol memiliki aktivitas antioksidan kuat dengan nilai IC50 sebesar 56,02 mg/L. Ekstrak etil asetat dan metanol memiliki aktivitas antioksidan sedang dengan nilai IC50 sebesar 107,75 mg/L dan 231,32 mg/L berturut-turut. Kesimpulan: Ekstrak daun seledri (Apium graveolens) memiliki kandungan senyawa fitokimia seperti glikosida, tannin, polifenol, flavonoid, dan triterpenoid serta memiliki aktivitas antioksidan kuat hingga sedang. ...... Background: The human body needs oxygen for the respiration process. However, the by-products of this process can result into free radicals that can disrupt homeostasis and damage body cells. Free radicals in the body are also obtained from external environment such as air pollution, ultraviolet light, cigarette smoke, etc. Thus, antioxidants play an important part to help minimize the level of free radicals in the body. Celery is a type of plant that is well-known for its abundant phytochemical content such as flavonoids, glycosides, polyphenols, alkaloids, and terpenoids and has antioxidant properties. In this study, celery leaves (Apium graveolens) from Puncak, Kabupaten Bogor, West Java will be analyzed for their phytochemical compounds and antioxidant activity. Methods: This study is a descriptive analytic study. Celery were obtained from local farmers in Puncak, Kabupaten Bogor, West Java. Celery leaves extract samples (Apium graveolens) were prepared by graded maceration method using three kinds of solvents: ethyl acetate, ethanol, and methanol. The three extracts were tested for phytochemical screening (qualitative), phytochemical fractionation using thin layer chromatography (TLC), total concentration test, and antioxidant activity test using 2,2-diphenyl-1- picrylhydrazyl (DPPH) reagent. Results: flavonoids and triterpenoids showed positive result. Ethanol and methanol extracts were tested positive on the phytochemical screening for flavonoids, tannins, glycosides, and triterpenoids. Thin layer chromatography (TLC) test result showed that the three extracts had flavonoid and phenol components. In antioxidant activity test, ethanol extract had strong antioxidant activity with IC50 value of 56.02 mg/L. Ethyl acetate and methanol extracts had moderate antioxidant activity with IC50 values of 107.75 mg/L and 231.32 mg/L respectively.  Conclusion: Celery leaf extract (Apium graveolens) contains phytochemical compounds such as glycosides, tannins, polyphenols, flavonoids, and triterpenoids which has strong to moderate antioxidant activity.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Lidia Romito
Abstrak :
Seledri dan urang aring adalah tanaman yang memiliki efek terhadap pertumbuhan rambut. Kandungan kimia yang terdapat dalam tanaman tersebut kaya akan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan rambut , seperti flavonoid, saponin, sterol/terpenoid, dan tanin. Ekstrak etanol diformulasikan dalam sediaan mikroemulsi dengan tiga jenis formula, yaitu ekstrak seledri 10% (formula A), ekstrak urang aring 10% (formula B), dan kombinasi ekstrak seledri 5% dan urang aring 5% (formula C). Mikroemulsi diaplikasikan ke kulit punggung tikus yang telah dicukur. Tujuan penelitian ini adalah membuat mikroemulsi yang jernih, menguji stabilitas fisik dan aktivitas dari mikroemulsi tersebut. Efikasi formulasi ditentukan melalui perhitungan panjang rambut tikus. Hasil menunjukkan bahwa mikroemulsi jernih, tidak terjadi pemisahan fase, dan homogen secara fisik. Hasil uji stabilitas fisik menunjukkan ketiga mikroemulsi stabil pada penyimpanan suhu rendah, suhu kamar, dan suhu tinggi. Efek yang paling potensial terhadap pertumbuhan rambut tikus adalah mikroemulsi dengan konsentrasi ekstrak urang aring 10%. ......Celery and urang aring are plants having effect on hair growth. The chemical constituents in these plants are rich of nutrients for hair growth such as flavonoids, saponins, steroids/terpenoids, and tannins. The ethanol extract was formulated into microemulsions with three different kinds of formula which were 10% extract of celery (formula A), 10% extract of urang aring (formula B), and combination of 5% extract of celery and 5% extract of urang aring (formula C). Microemulsions were topically applied to the dorsal skin of rats which had been shaved before. The research aim is to formulate a clear microemulsion and to test the physical stability and activity of the microemulsion. The efficacy of the formulation was determined by measuring the length of the hair rats. The experiment result showed that the microemulsions were clear, no phase separation, and were physically homogeneous. The result of physical stability tests showed that all the three microemulsions were stable at low temperature, room temperature, and high temperature. The most potential effect on rats hair growth of is the microemulsion with 10% urang aring extract.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42983
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library