Found 2 Document(s) match with the query
Nandi Karuniko
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan keluarga dan intensitas penggunaan media streaming musik digital terhadap perilaku music omnivorousness pada individu Gen Z di Jabodetabek. Studi-studi terdahulu yang membahas mengenai selera budaya didominasi oleh dua peta studi, yakni perspektif cultural homology Bourdieusian dan perspektif cultural omnivorism Petersonian. Perspektif cultural homology menyatakan bahwa posisi kelas di seluruh hierarki kelas disertai dengan selera budaya tertentu dan cara-cara yang khas untuk mengapresiasinya. Sementara itu, perspektif cultural omnivorism memandang bahwa bahwa diferensiasi sosial dari selera budaya tidak bisa lagi dibahas dalam hal budaya massa vs budaya elit, melainkan dalam hal keterbukaan terhadap keragaman budaya. Namun demikian, dalam studi-studi terdahulu belum banyak yang mengikutsertakan pengaruh hadirnya media streaming musik digital yang tentu memberikan kemudahan bagi masyarakat dari seluruh kelas sosial untuk mengakses berbagai macam genre musik yang tersedia. Karenanya, melalui domain budaya yang peneliti pilih yakni musik dan dengan menambahkan variabel intensitas penggunaan media streaming musik digital, serta teknik pengumpulan data yang mengombinasikan survei kuesioner kuantitatif dan in-depth interview, peneliti memperoleh hasil bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki, berusia 12-19 tahun, memiliki tingkat pendidikan tinggi dan memiliki intensitas penggunaan media streaming musik yang tinggi, akan lebih menunjukkan perilaku music omnivorousness jika dibandingkan responden dari kategori lainnya. Meskipun demikian, peneliti juga menemukan bahwa jejak-jejak peninggalan Bourdieu masih tetap eksis dan cukup memadai untuk menjelaskan keterkaitan antara selera budaya dan kelas sosial individu pada masyarakat saat ini, meskipun bukan secara keseluruhan.
This study aims to analyze the influence of gender, age, education level, family income level and intensity of use of digital music streaming media on music omnivorousness behavior in Gen Z individuals in Jabodetabek. Previous studies that discuss cultural tastes are divided into two study maps, namely the Bourdieusian 'homology' perspective and the Petersonian 'cultural omnivorousness' perspective. The homology perspective states that class positions across the class hierarchy are accompanied by specific cultural tastes and distinctive ways of appreciating them. Meanwhile, the cultural omnivore perspective views that the social differentiation of cultural tastes can no longer be discussed in terms of mass culture vs elite culture, but rather in terms of openness to cultural diversity. Moreover, the influence of digital media certainly makes it easier for people from all social classes to access the various music genres available. Therefore, through the cultural domain of music and by adding the variable of intensity of use of digital music streaming media, as well as data collection techniques that combine quantitative questionnaire surveys and in-depth interviews, we found that respondents who are male, aged 12-19 years old, have a high level of education and have a high intensity of use of music streaming media, will show more music omnivorousness behavior than respondents from other categories. However, the researcher also found that traces of Bourdieu's legacy still exist and are sufficient to explain the relationship between cultural tastes and individual social class in today's society, although not in its entirety."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ayu Firiyal Maharani
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana Surveillance Capitalism bekerja terhadap pengguna dan memengaruhi selera bermusiknya di aplikasi Spotify. Surveillance capitalism merupakan bentuk pengawasan oleh kapitalisme dengan basis algoritma yang berorientasi keuntungan ekonomi. Berdasarkan studi sebelumnya, terdapat dua perhatian dalam mengkaji penggunaan aplikasi Spotify. Kelompok pertama melihat bagaimana algoritma personalisasi Spotify dapat mengokohkan identitas bermusik pengguna, sementara kelompok lain mengkaji peran algoritma dalam praktik surveillance kapitalisme demi kepentingan ekonomi. Penelitian ini melihat keberadaan algoritma sangat erat kaitannya dengan kerja pengawasan yang juga memperkuat identitas pengguna, khususnya pada fitur Spotify Wrapped dan Made For You. Kedua fitur tersebut memberikan manfaat berupa personalisasi kepada pengguna, tetapi juga memberikan dampak lain dalam bentuk pengawasan yang mengeksploitasi data pengguna. Personalisasi tersebut menggunakan data selera musik yang merupakan identitas dan privasi pengguna untuk memberikan rekomendasi, hingga dapat memengaruhi selera mereka yang berorientasi keuntungan platform. Penelitian ini akan menggunakan perspektif Surveillance Capitalism dan Privacy serta Algorithmic Culture dengan menggunakan metode in-depth interview terhadap pengguna premium dan observasi online di aplikasi Spotify. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa algoritma di dalam aplikasi Spotify bekerja dengan logika kapitalisme yang menguntungkan platform dengan mengekstraksi data pengguna, hingga dapat mengarahkan perilaku dan selera bermusik pengguna secara tidak sadar. Keterbatasan pengetahuan pengguna akan privacy melanggengkan kerja pengawasan kapitalisme dalam memiliki hak kendali atas data pribadinya.
This research aims to see how surveillance capitalism works on users and influences their musical tastes on Spotify. Surveillance capitalism involves algorithms that prioritize economic profit. Previous studies identify two concerns: one focusing on how Spotify's personalization algorithms enhance users' musical identities, and the other on their role in enabling economic surveillance. This research sees that the existence of algorithms is closely related to surveillance work that also strengthens user identity, especially in Spotify Wrapped and Made For (You) features. This study argues that algorithms are closely linked to surveillance practices that also reinforce user identity. While those features provide personalized recommendations, they also raise concerns about data exploitation. Personalization leverages users' musical tastes—key elements of their identity and privacy—to generate profit-driven recommendations, thus influencing their users' tastes. This research will use the perspectives of Surveillance Capitalism, Privacy, and Algorithmic Culture by using in-depth interviews with premium users and online observations on Spotify application. The findings suggest that Spotify's algorithms function under capitalist principles, extracting user data and subtly influencing user behavior and preferences. Additionally, users' limited awareness of privacy issues further enables the effectiveness of these algorithms, reinforcing capitalism's control over personal data. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library