Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Seperti tampak pada unsur-unsur ornamennya, interior Gereja Katolik Santo Yakobus di Surabaya kaya dengan tandatanda
yang penuh makna. Tanda-tanda ini berfungsi sebagai representasi liturgi Katolik dengan ciri-ciri universal dan
menjadi sebuah referensi bagi perancangan gereja Katolik di seluruh dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap
makna tanda-tanda ini dari sudut pandang semiotika menurut teori yang dikemukakan Charles Sanders Peirce. Dalam hal
ini tanda-tanda dianalisis melalui kategori ikon, indeks, dan simbol dan kemudian dikombinasikan dengan analisis
pemaknaan denotasi, konotasi dan aspek sosial. Hasil analisis menunjukkan bahwa tanda-tanda yang terdapat pada gereja
ini menyampaikan makna, tidak hanya yang berkaitan dengan liturgi Katolik tetapi juga makna yang melampaui hal ini, yakni makna yang berkaitan dengan konteks sosial."
747 DIM 7:1 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Evit Dwi Sulistyowati
"Penelitian ini memfokuskan pada pembentukan makna dalam unggahan media sosial Instagram komunitas suporter sepak bola The Jakmania, @infokomjakmania. Kekerasan antar suporter sepak bola berbanding lurus dengan perkembangan penggunaan media sosial. Media sosial seringkali digunakan untuk menyebarluaskan konten kekerasan yang terjadi antar suporter. Komunitas suporter sepak bola terus memperbaiki diri dalam aktivitasnya. Media sosial dipilih menjadi wadah untuk merepresentasikan sikap solidaritas yang komunitas suporter lakukan dengan materi unggahan yang dipilih. Penelitian ini menggunakan teori semiotika Charles Sanders Peirce untuk melihat makna pada unggahan. Unggahan yang dipilih sebanyak dua belas gambar diunggah dalam periode Juli 2022–Maret 2023 berdasarkan jenis gambar yaitu poster pertandingan dan suasana stadion dalam hubungannya dengan komunitas suporter yang lain. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif konstruktifis. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan representasi sportivitas oleh Peter Arnold terhadap komunitas suporter sepak bola di akun media sosial Instagram. Hasil penelitian menunjukan dalam unggahan akun Instagram @infokomjakmania terdapat unsur sikap sportivitas komunitas suporter dalam mendukung timnya, yaitu sportivitas sebagai persatuan sosial, promosi kesenangan, dan sikap altruisme. Hal tersebut tergambar dalam pemilihan unsur yang selalu ditampilkan pada akun Instagram @infokomjakmania. Beberapa hal yang ditonjolkan dalam unggahan adalah hubungan kedekatan antar komunitas suporter, suasana tribun yang penuh dengan suporter yang memberikan dukungan, dan bertukar tanda mata. 

This study focused on the formation of meaning in Instagram social media uploads of The Jakmania football supporter community, @infokomjakmania. Violence between football fans was directly proportional to the development of the use of social media. Social media was often used to spread violent content between fans. The football supporter community continued to improve itself in its activities. Social media was chosen as a vessel to represent the solidarity that the supporter community did with the selected uploaded material. This study used Charles Sanders Peirce's semiotic theory to see the meaning of uploads. Twelve selected uploads were uploaded in the period July 2022–March 2023 based on the type of image, namely match posters and the atmosphere of the stadium in association with other supporter communities. This research was a constructive qualitative research. This study aimed to describe the representation of sportsmanship by Peter Arnold towards the football supporter community on Instagram social media accounts. The results of the study showed that in uploads to the Instagram account @Infokomjakmania there were elements of sportsmanship in the supporter community in supporting football club, namely sportsmanship as social unity, promotion of pleasure, and altruism. This was reflected in the selection of elements that were always displayed on the Instagram account @Infokomjakmania. Some of the things highlighted in the upload were the close relationship between the supporter communities, the atmosphere of the stands which were full of supporters giving support, and exchanging gifts between supporter communities."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ang, So Tju
"Tesis ini mengkaji bagaimana relief Jatakamala di Candi Borobudur merepresentasikan enam kesempurnaan (sat-paramita) dalam wahana bodhisatwa, kedudukan Jatakamala dalam kaitan dengan ukiran Karmavibhanga dan Lalitavistara, fungsi dan tujuan relief Jatakamala, peran sosial dari tokoh utama dalam Jatakamala, dan nilai-nilai universal yang terkandung dalam cerita. Penelitian ini perlu dilakukan karena belum ada kajian lanjutan mengenai Jatakamala di Candi Borobudur setelah publikasi monograf oleh N.J. Krom hampir 100 tahun silam. Selain itu, terdapat masalah penelitian pada kajian terdahulu bahwa satu cerita hanya merepresentasikan satu kesempurnaan dan tidak adanya analisis yang memadai bagaimana Jatakamala dikaitkan dengan praktik paramita. Penelitian ini menggunakan semiotika pragmatis oleh Charles Sanders Peirce sebagai alat bantu untuk memaknai relief Jatakamala. Triadik Peirce!tanda/representamen, acuan/objek, dan interpretan!digunakan untuk mengidentifikasi kesempurnaan apa yang terkandung pada setiap cerita dan untuk mengetahui jenis tanda yang dihasilkan dari asosiasi antara representamen dan objek apakah berupa ikon karena keserupaan identitas, indeks karena penunjukan/keterkaitan, atau simbol yang didasari kesepakatan. Penerapan triadik Peirce pada 18 cerita/29 panil relief Jatakamala menunjukkan bahwa satu cerita tidak saja merepresentasikan satu kesempurnaan, tetapi multikesempurnaan yang mengindikasikan kesempurnaan harus dipraktikkan dan ditumbuhkan bersama-sama. Pada pemaknaan umum Jatakamala dalam konteks wahana bodhisatwa, relief-relief Jatakamala baik per bagian maupun secara keseluruhan merupakan ikon, indeks, dan simbol yang membentuk sistem tanda yang representatif. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa tema-tema relief di Candi Borobudur tidaklah acak. Dalam konteks pembelajaran bertahap, Jatakamala beserta Jataka lainnya dan Avadana merupakan kelanjutan dari Karmavibhanga di lantai dasar dan preseden dari Lalitavistara di level I dinding deretan atas. Berdasarkan rekonstruksi dari tradisi yang dijalankan hingga kini, relief-relief maupun keseluruhan Candi Borobudur difungsikan untuk aktivitas-aktivitas: berpradaksina, melakukan perenungan, membabarkan Dharma, berjalan penuh perhatian, melakukan semadi, dan doa bakti. Tokoh bodhisatwa dalam cerita Jatakamala berperan aktif secara sosial dan turut memecahkan isu-isu di masyarakat melalui keteladanan dan pengajaran. Jatakamala juga mengandung nilai-nilai universal yang dapat digunakan sebagai sarana didaktis untuk membudayakan masyarakat yang mantap, peduli, dan berintegritas. Kekayaan sumber data pada penelitian ini seperti naskah-naskah dan teks-teks Buddhis memungkinkan narasi Borobudur lebih dipahami, dengan begitu, memberi kontribusi terhadap pengetahuan dan literasi Borobudur serta ilmu arkeologi. Kajian ini juga memungkinkan pesan-pesan Candi Borobudur lebih diketahui sehingga dapat meningkatkan penghargaan dan kecintaan terhadap warisan budaya bangsa Indonesia.

This thesis examines how the Jatakamala reliefs in Candi Borobudur represent the six perfections (sat-paramita) in the bodhisattva vehicle, the standing of the Jatakamala in relation to the Karmavibhanga and Lalitavistara carvings, the function and purpose of the Jatakamala reliefs, the social role of the main character of the Jatakamala, and the universal values conveyed by the stories. This research on the Jatakamala of Borobudur is necessary since no further studies have been conducted after the publication of N.J. Krom’s monograph nearly 100 years ago. Moreover, there were gaps in previous studies, asserting that one story only represented one perfection, and were not substantiated by sufficient analysis on how the Jatakamala stories were associated with the practice of the paramitas. This research employs pragmatic semiotics by Charles Sanders Peirce as a method to interpret the Jatakamala reliefs. Peirce’s triadic relation!sign/representamen, referent/object, and interpretant!is applied to identify what perfections are contained in each story and to determine the type of sign results from the relation between the representamen and the object, whether it is an icon due to similarity, an index due to contiguity or causality, or a symbol due to convention. The application of Peirce’s triadic relation on the 18 stories/29 panels of the Jatakamala shows that each story does not only represent one perfection, but multiple perfections, hence affirming that the perfections must be practiced and cultivated together. On the signification of Jatakamala in the context of the bodhisattva vehicle, the Jatakamala reliefs, both in part and as a whole, are icons, indexes, and symbols that form a representative sign system. This research also shows that the relief themes in Candi Borobudur are not random. In the context of gradual learning, Jatakamala along with other Jatakas and Avadanas are a continuation of the Karmavibhanga on the ground floor and are a precedent of Lalitavistara at level I of the upper row wall. From the reconstruction of the living traditions, the function of the reliefs and the entire Candi Borobudur entail activities such as circumambulation, recollection, teaching the Dharma, walking mindfully, meditating, and performing devotional prayers. The bodhisattva characters in the Jatakamala stories play an active social role and are involved in tackling societal issues through exemplification and teaching. Jatakamala stories also contain universal values that can serve as a didactic means for enhancing a society that is steadfast, caring, and possesses integrity. The richness of the data sources in this study, such as the Buddhist manuscripts and texts, make it possible to better understand the teachings of Candi Borobudur, thereby contributing to Borobudur knowledge and literacy as well as archaeology. This study also allows for a better understanding of the messages of Candi Borobudur, which in turn will increase appreciation and respect towards the cultural heritages of Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Zeltien Fauziah Ishak
"Penelitian ini membahas tentang representasi kebiasaan buruk manusia yang terdapat dalam lagu Habit oleh Sekai no Owari yang dianalisis menggunakan teori semiotika Peirce. Dalam penelitian ini, penulis menganalisis bait-bait lirik lagu yang terdapat dalam lagu Habit dengan menjabarkan representamen, objek, dan interpretan serta menjabarkan representasi kebiasaan buruk manusia yang terkandung di dalamnya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa representamen dari lagu Habit adalah lirik lagu Habit. Objek dari lagu Habit adalah fenomena kebiasaan buruk manusia yang dijabarkan dalam lirik lagu, serta interpretan dari lagu Habit adalah keinginan Fukase selaku penulis lagu agar manusia menghilangkan kebiasaan buruk tersebut. Jenis-jenis representasi yang terdapat dalam lirik lagu Habit merupakan kebiasaan mengategorikan mengakibatkan munculnya rasa tidak percaya diri, besar kepala, rasa khawatir, mudah menyerah, dan mencari-cari alasan atas ketidakberhasilan dalam hidup mereka. Dalam lirik lagu ini juga terdapat juga amanat yang diberikan oleh penulis lagu dalam lirik lagu agar menghentikan kebiasaan buruk tersebut.

This research discusses the representation of human bad habits contained in the song Habit by Sekai no Owari which is analyzed using Peirce's semiotic theory. In this study, the author analyzes the verses of song lyrics contained in the song Habit by describing the representamen, object, and interpretant also describing the representation of human bad habits inside of it. The results of this study show that the representamen of the song Habit is the lyrics of the song itself. The object of the song Habit is the phenomenon of human bad habits described in the lyrics, and the interpretant is Fukase's desire as the songwriter for humans to eliminate these bad habits. The representation of human bad habits in the lyrics of the song Habit is in the form of categorizing caused insecurity, boastful, excessive worry, giving up easily, and making excuse based on failure of their lives. There is also a mandate by the songwriter to end these bad habits in the song lyrics."
2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Kinanti Sekaraji
"Drama merupakan bentuk karya sastra yang mampu mencerminkan realitas kehidupan masyarakat. Di dalam lingkup kehidupan masyarakat, cinta tidak bisa luput dari kisah hidup tiap manusia. Drama tercipta dengan mengangkat berbagai tema, salah satunya adalah cinta. Penelitian ini membahas gambaran konsep cinta dalam drama Our Beloved Summer yang disutradarai oleh Kim Yoonjin. Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif analisis, penulis bertujuan untuk menganalisis tanda-tanda konsep cinta yang terkandung dalam drama Our Beloved Summer melalui tokoh Kook Yeonsu dan Choi Ung. Penelitian ini dilandasi teori segitiga cinta Robert Sternberg serta menggunakan pendekatan semiotika dengan mengacu pada teori Charles Peirce. Our Beloved Summer terdiri dari 16 episode dan penelitian ini mengkaji episode 12 sampai episode 16 sebagai unit analisis. Pengumpulan data dilakukan dengan mengidentifikasi object berupa tanda verbal dan tanda nonverbal lalu menganalisis makna dari representasi tersebut kemudian mengaitkan temuan dengan konsep cinta. Hasil yang ditemukan setelah menganalisis drama Our Beloved Summer adalah tanda-tanda konsep cinta yang tergambar dalam drama terdiri dari tiga komponen yaitu intimacy (keintiman), passion (hasrat), dan decision/commitment (keputusan atau komitmen). Hubungan antara kedua tokoh utama termasuk dalam jenis cinta consummate love (cinta sempurna). Dari ketiga komponen cinta dan jenis cinta tersebut dapat terlihat gambaran penggunaan tema cinta di dalam drama.

Drama is a type of literature that can resemble the reality of people’s lives. Within the scope of people’s lives, love exists in every human being’s life narrative. Drama is made bringing up several subjects, one of which is love. This study aims to identify the representation of the concept of love in Our Beloved Summer directed by Kim Yoonjin. By using a descriptive analysis research method, the writer aims to analyze the signs of the concept of love contained in the drama Our Beloved Summer through the characters Kook Yeonsu and Choi Ung. This study uses Robert Sternberg’s triangular theory of love with Charles Peirce’s triadic semiotics approach. The drama consists of 16 episodes and this study examines episode 12 until episode 16 as the unit of analysis. The data was gathered by identifying object in the form of verbal and nonverbal signs, examining the significance of these signs, and then connecting the findings to the concept of love. The results of the study found that the signs of the concept of love which depicted in the drama consists of three components: intimacy, passion, and commitment. The bond between the two main characters represents consummate love. The use of the subject of love in the drama may be seen in these three components and the type of love."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library