Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vania Patricia
"Saat mendengar kata ‘karya seni’ yang hadir di kepala kita mungkin lukisan dari cat, patung, hasil fotografi yang dipajang di bingkai besar, musik, puisi, drama, dan yang lainnya. Karya seni tersebut selama ini dibuat oleh manusia dengan peralatan yang berbeda, dengan penggunaan alat yang berbeda maka hasil yang di dapat juga berbeda. Tetapi bagaimana dengan AI? Bagaimana jika AI menjadi alat yang dapat bekerja tanpa adanya ‘kemampuan khusus’ dari senimannya? Apakah karya yang lahir kemudian dapat dikategorikan sebagai suatu karya seni? Bagi Tolstoy, seni memiliki tujuannya tersendiri, yaitu untuk memberikan sensasi emosi yang menjangkiti pengamat karya tersebut dari seniman melalui karya yang mereka hadapi. Tetapi apakah dengan melalui satu syarat sederhana maka ia layak disebut sebagai seni? Pada tulisan ini penulis melakukan pendekatan filosofis dengan menganalisa karya seni AI dengan menggunakan pemikiran sejumlah filsuf seperti Tolstoy dan Baudelaire untuk kemudian dapat mengetahui di mana tempat karya yang dihasilkan oleh AI seharusnya berada dan menjelaskan urgensi kategorisasi atas seni AI.

When we hear the 'artwork', what comes to our mind may be painting, sculpture, photography that is displayed in large frames, music, poetry, drama, and others. These works of art have been made by humans with different equipment, with the use of different tools, the results obtained are also different. But what about AI? What if AI became a tool that could work without the artist's 'special ability'? Can the work that was born later be categorized as a work of art? For Tolstoy, art has its own purpose, namely to provide an emotional sensation that infects the observer of the work from the artist through the work they encounter. But is it through one simple condition that it deserves to be called art? In this paper, the author takes a philosophical approach by analyzing AI artwork using the thoughts of a number of philosophers such as Tolstoy and Baudelaire to then be able to find out where the work produced by AI should be and explain the urgency of categorizing AI art."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Gabriella Meidiana Anggoro Putri
"Artikel ini bertujuan untuk memberikan analisis mendalam tentang seni AI, meneliti teknik, dampak, dan implikasinya bagi dunia seni. Membahas peran AI dalam proses kreatif, menyoroti bagaimana algoritma pembelajaran mesin dan model generatif digunakan untuk menghasilkan karya seni. Membahas implikasi seni AI bagi dunia seni. Mengeksplorasi dampak karya seni yang dihasilkan AI pada praktik artistik, yang menentang gagasan konvensional tentang hak cipta dan orisinalitas. Selain itu, Artikel ini juga mengkaji bagaimana pengamat, kritikus dan institusi mempersepsi seni AI, menyoroti hubungan antara AI dan kreativitas manusia. Pertimbangan etis seputar seni AI juga dieksplorasi dalam artikel ini, termasuk permasalahan bias dan diskriminasi, transparansi algoritmik, dan peran seniman dalam proses kreatif seni AI. Artikel ini menggunakan metode analisis konseptual. Didasari oleh konsep family resemblance yang dicetuskan oleh Ludwig Wittgenstein, yang membahas akan bagaimana kategorisasi itu penting dalam memahami sebuah konsep.

This article aims to provide an in-depth analysis of AI art, examining its techniques, impact and implications for the art world. Discusses the role of AI in the creative process, highlighting how machine learning algorithms and generative models are used to produce works of art. Discusses the implications of AI art for the art world. Explores the impact of AI-generated artwork on artistic practice, which defies conventional notions of copyright and originality. In addition, this article examines how observers, critics and institutions perceive AI art, highlighting the relationship between AI and human creativity. Ethical considerations around AI art are also explored in this article, including issues of bias and discrimination, algorithmic transparency, and the role of artists in the creative process of AI art. This article uses the method of conceptual analysis. Based on the concept of family resemblance that was coined by Ludwig Wittgenstein, who discusses how categorization is important in understanding a concept."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library