Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Saragih, Robert Edward
Abstrak :
Latar Belakang. Gangguan fungsi saraf otonom memberikan kontribusi yang bennakna terhadap terjadinya aritmia ventikular dan kejadian mati mendadak pada penderita penyakit jantung koroner (PlK). Namun usaha untuk meneliti hal tersebut masih belurn banyak dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sensitifitas barorefleks dan faktor-faktor yang mempengaruhi sensitifitas barorefleks (SBR) pada penderita PIK Metoda. Pasien-pasien PlK yang sedang menjalani tindakan kateterisasi di ruang kateterisasi PJNHK dengan basil stenosis koroner ~ 50%, diberikan nitrogliserin 300mcg intra aorta melalui kateter. Selanjutnya perubahan tekanan darah sistolik dan interval RR dicatat selama lebih kurang 30 denyut setelah pemberian nitrogliserin. Garis regresi linear antara penurunan tekanan darah dan perubahan interval RR dicatat sebagai basil pengukuran sensitivitas barorefleks dengan satuan milidetiklmrnHg. Basil. Jwnlah subjek yang disertakan dalam penelitian ini sebanyak 136 pasien. Usia rata - rata sample penelitian 56.43 ± 7.78 tahun. Seratus dua puluh (120) pasien adalah laki - laki (88.2%) sedangkan enam belas adalah wanita (11.8%). Faktor risiko yang paling banyak ditemukan adalah hipertensi ( 63,2%), dislipidemia (61.80%), diabetes melitus (38.2%), merokok (26.5%) dan riwayat keluarga PlK. (25.7%). Diperoleh nilai rerata SBR 1.5 ± 1.7 milidetiklmmHg. Pada analisis multivariat faktor yang mempengaruhi SBR adalah diabetes melitus dan seeara statistik berrnakna dengan OR 4.2 (95% 0: 1.96-9.1 1; p=O.OOl). Faktor yang cenderung mempengaruhi nilai SBR pada pasien P1K adalah fungsi ventrikel kiri yang rendah OR 1.5 (0.7-3.2) dan merokok.O.5 (0.2-1.0). Kesimpulan. Rerata hasil SBR pada pasien PlK adalah 1.5 ± 1.7 milidetiklmmHg. Ada tidaknya diabetes melitus mempengaruhi nilai SBR
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
T58821
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cholid Tri Tjahjono
Abstrak :
Latar belakang. Gangguan fungsi saraf otonom memberi kontribusi yang bermakna atas kejadian aritmia ventrikular dan mati mendadak pada penderita penyakit jantung koroner. Revaskularisasi, misalnya dengan intervensi koroner per kutan (PTCA), bertujuan untuk memperbaiki perfusi miokard. Disamping itu tindakan revaskularisasi diharapkan dapat memperbaiki disfungsi saraf otonom. Penelitian ini bertujuan untuk menilai sensitivitas barorefleks pada penderita P lK yang menjalani intervensi koroner per kutan. Metode. Sensitivitas barorefleks diukur dengan memberikan nitrogliserin 300 mikrogram pada pasien-pasien P lK yang menjalani intervensi koroner per kutan sebelum tindakan (pra-PTCA) dan segera sesudah tindakan intervensi koroner per kutan (pascaPTCA). Perubahan tekanan darah sistolik dan interval RR dicatat selama lebih kurang 30 denyut setelah pemberian nitrogliserin. Garis regresi linear antara penurunan tekanan darah dan perubahan interval RR dicatat sebagai hasil pengukuran sensitivitas barorefleks dengan satuan mili detiklrnmHg. HasH. lumlah subyek yang ikut dalam penelitian ini sebanyak 19 orang. Usia rata-rata sampel penelitian 57,5±9,3 tahun. Delapan orang (42%) adalah laki-laki. Faktor risiko yang paling ban yak ditemukan adalah dislipidemia (57%), merokok (42%), hipertensi (42%), dan hanya 16% yang mengidap diabetes mellitus. Sembi Ian orang (47%) memiliki riwayat infark miokard. Nilai rerata SBR pra-PTCA 2,51±3,23 ms/mmHg, SBR pascaPTCA 1 ,96± 1,61 ms/mmHg (p=0,412). Analisis multivariat dengan regresi logistik ditemukan bahwa obat nitrat memiliki pengaruh yang bermakna terhadap penurunan SBR (p=0,023; CI 95% 1 ,496-216,62;OR 18,00). Simpulan. Sensitivitas barorefleks pada penderita penyakit jantung koroner mengalami penurunan, segera setelah tindakan revaskularisasi dengan intervensi koroner per kutan. Obat golongan nitrat dapat memberi pengaruh yang signifikan terhadap sensitivitas barorefleks.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
T59002
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radityo Prakoso
Abstrak :
Latar Belakang: Gangguan fungsi saraf otonom memberikan kontribusi yang bermakna terhadap terjadinya aritmia ventikular dan kejadian mati mendadak pada penderita peyakit jantung koroner (PJK). Namun usaha untuk meneliti hal tersebut masih belum banyak dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan hubungan sensitivitas barorefleks dengan parameter turbulensi lajujantung pada penderita PJK. Metoda: Penderita PJK yang sedang menjalani tindakan kateterisasi di ruang kateterisasi PJNHK dengan hasil stenosis koroner 2: 50%, diberikan induksi ventricle extra systole (VES) melalui temporary pacemaker (TPM) yang dihubungkan dengan Programmable Stimulator Medtronic sebanyak 3 kali dan dihitung onset turbulensi dan kemiringan turbulensinya. Kemudian diberikan nitrogliserin 300 mikrogram intra aorta melalui kateter, yang selanjutnya dihitung sensitivitas barorefleksnya. Hasil: Karakteristik subjek yaitu terdiri atas 22 orang laki-Iaki (84,6%) dan 4 orang wanita (15,4%), usia berkisar 56.81±9.04 tahun. Sebagian besar subjek memiliki faktor risiko dislipidemia (57,7%) kemudian diikuti faktor risiko lainnya seperti merokok (46,2%), hipertensi (42,3%), dan hanya 3 subjek (11,5%) yang memiliki faktor risiko diabetes melitus. Jumlah subjek penelitian yang pemah mengalami infark miokard sebanyak 11 orang (42,5%) hampir setara dengan jumlah subjek yang belum pemah mengalami infark miokard. Dari semua subjek penelitian, obat-obatan yang dipakai paling banyak antara lain clopidogrel sebanyak 25 orang (96,2%), aspirin sebanyak 22 orang (84,6%), sedangkan penyekat beta dan nitrat juga banyak dipakai (14 orang, 53 ,8% dan 15 orang, 57,7%). Tidak terdapat hubungan antara nilai onset turbulensi dan sensitivitas barorefleks (koefisien korelasi r=0,15 dan p=O,456). Korelasi antara kemiringan turbulensi dan sensitivitas barorefleks menunjukkan koefisien korelasi yang tidak bermakna (r=0,361, p=0,07), namun masih terdapat kecenderungan hubungan nilai KT dan sensitivitas barorefleks. Simpulan: Pada pasien PJK terdapat nilai sensitivitas barorefleks menunjukkan kecenderungan sebanding dengan kemiringan turbulensi.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
T59023
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library