Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nicoletta, Julie
Woodstock: Countryman Press, 1995.
720.828 8 NIC a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dwinita Apritasari
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam sistem EBF, jarak link memiliki fungsi untuk memberikan penampang yang lemah pada frame sehingga akan memberikan kapasitas deformasi plastis dan mendisipasi energi yang muncul akibat gempa. Link yang cukup panjang maka disipasi energi diperoleh dari flexural yielding, sementara link tidak terlalu panjang, maka link akan mengalami shear yielding. Shear yielding memungkinkan untuk terjadinya pengembangan deformasi plastis yang besar tanpa adanya pengembangan strain lokal berlebihan yang muncul pada flexural yielding. Oleh karena itu, sistem EBF dengan shear yielding link lebih stabil dan menunjukkan daktilitas yang lebih baik dibandingkan dengan flexural yielding link.

Dalam perkembangan dunia arsitektur, bangunan tidak hanya dilihat berdasarkan fungsi dan kekuatannya, namun juga estetika dan seninya. Jika dinilai berdasarkan fungsi dan estetika, frame tanpa bracing lebih baik digunakan untuk penggunaan ruang seperti jendela dan bukaan pada dinding lainnya. Namun, jika dibandingkan dengan sistem bangunan tanpa bracing, sistem bangunan dengan bracing akan menunjukkan kekuatan yang lebih baik terhadap beban lateral. Sehingga untuk dapat mengimbangi kebutuhan kekuatan dan estetika bangunan, flexural yielding link dapat dijadikan sebagai aternatif solusi karena mampu memberikan ruang yang lebih luas dibandingkan dengan shear yielding link.

Pada penelitian ini, dilakukan eksperimen pada portal baja dengan sistem struktur Eccentrically Braced Frames (EBF) dengan menggunakan flexural link dan menggunakan analisa dinamik dengan menggunakan eccentric mass shaker. Dilakukan juga pemodelan numerik pada portal tersebut dengan software OpenSEES.
ABSTRACT
In an EBF system, the length of a link functions to give a frame a weak section that provides a plastic deformation capacity and dissipates energy that emerges from earthquakes. Longer links dissipate energy through flexural yielding while shorter links dissipate energy through shear yielding. Shear yielding allows for larger development of plastic deformation without experiencing excessive local strain, as is what happens when links experience flexural yielding. For that reason, shear link EBFs tend to be more stable and more ductile than flexural link EBFs.

A look from the perspective of the world of architecture denotes that a structure is not only seen from its function and strength, but also its aesthetic and artistry. Functionally and aesthetically speaking, unbraced frames are better utilized for windows and other wall openings. However, braced frames have been known to show better resistances to lateral loading when compared with unbraced frames. To resolve this issue between strength and aesthetics, flexural link EBFs proves to be a viable alternative because of its ability to provide larger clearance space than shear link EBFs.

In this research, an experiment will be conducted on a steel frame utilizing the flexural link Eccentrically Braced Frame (EBF) system. A dynamic analysis using an eccentric mass shaker will be conducted. The frame will also be numerically modelled on OpenSEES.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Priambodo Kusumo
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan Chin Tuck Against Resistance (CTAR) dengan latihan Shaker terhadap peningkatan kekuatan kontraksi otot suprahyoid pada pasien karsinoma nasofaring dengan disfagia pasca kemoradiasi. Penelitian ini merupakan studi pendahuluan pada karsinoma nasofaring pasca kemoradiasi yang datang berobat ke Poliklinik Rehabilitasi Medik RSUPN Cipto Mangunkusumo. Pemeriksaan nilai kekuatan kontraksi otot suprahyoid dengan menggunakan alat Vitalstim. Data diambil pada baseline, minggu ke-2, dan minggu ke-4. Latihan dilakukan di rumah dan latihan biofeedback di Poliklinik Rehabilitasi Medik RSUPN Cipto Mangunkusumo 2 kali seminggu. Subjek penelitian terdiri dari 8 Latihan CTAR dan 6 latihan Shaker. Terdapat peningkatan kekuatan kontraksi otot suprahyoid pada Latihan CTAR pada minggu ke-2 dry swallowing : 93,5(51-118), p<0,05, isotonik : 114(48-140), p<0,05. Peningkatan kekuatan kontraksi otot suprahyoid Latihan Shaker terjadi pada minggu ke-4 dry swallowing :102,5(35-162), p<0,05, isometrik : 83(61-139), p<0,05, Isotonik : 121(73-151), p<0,05. Tidak didapatkan perbedaan yang signifikan jika dibandingkan antara Latihan CTAR dan Latihan Shaker. Kesimpulan penelitian ini adalah kedua kelompok menunjukkan peningkataan kekuatan kontraksi otot suprahyoid dari data baseline setelah 4 minggu latihan, namun perbandingan antar kedua kelompok tidak berbeda signifikan. Latihan CTAR memberikan perbaikan sejak minggu ke-2, sedangkan latihan Shaker pada minggu ke-4. ......This study aims to determine the effect of Chin Tuck Against Resistance (CTAR) exercise with Shaker exercise on increasing the strength of suprahyoid muscle contraction in nasopharyngeal carcinoma patients with post-chemoradiation dysphagia. This research is a preliminary study on nasopharyngeal carcinoma after chemoradiation who came to the Medical Rehabilitation Polyclinic of Cipto Mangunkusumo Hospital. Examination of the strength value of suprahyoid muscle contraction using the Vitalstim tool. Data were taken at baseline, week 2, and week 4. Exercises were performed at home and biofeedback exercises at the Medical Rehabilitation Polyclinic of Cipto Mangunkusumo Hospital twice a week. The study subjects consisted of 8 CTAR exercises and 6 Shaker exercises. There was an increase in suprahyoid muscle contraction strength in CTAR Exercise at week 2 of dry swallowing: 93.5 (51-118), p<0.05, isotonic: 114(48-140), p<0,05. Increased suprahyoid muscle contraction strength Shaker exercise occurred at week 4 dry swallowing: 102.5 (35-162), p<0.05, isometric: 83 (61-139), p<0.05, Isotonic: 121(73-151), p<0,05. There was no significant difference when compared between CTAR Exercise and Shaker Exercise. This study concludes that both groups showed increased suprahyoid muscle contraction strength from baseline data after 4 weeks of training. Still, the comparison between the two groups was not significantly different. CTAR exercise provides improvement since week 2, while the Shaker exercise in week 4.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agnesia Dinda Asyla
Abstrak :
ix ABSTRAK Nama : Agnesia Dinda Asyla Program Studi : Profesi Ners Ilmu Keperawatan Judul : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke Iskemik dengan Gangguan Menelan Melalui Penerapan Teknik Shaker Exercise Untuk Meningkatkan Kekuatan Otot Menelan. Disfagia adalah gangguan menelan yang merupakan salah satu prognosis yang buruk pada pasien stroke. Insiden terjadinya gangguan menelan sebanyak 34-80% dan dampak yang umum ditemukan setelah terjadinya stroke. Penanganan gangguan menelan yang tertunda akan berpengaruh pada pemunuhan kebutuhan dasar seperti dehidrasi, malnutrisi dan meningkatkan risiko aspirasi. Tujuan dari karya ilmiah ini adalah menganalisis pemberian intervensi teknik shaker exercise untuk meningkatkan kekuatan otot menelan. Teknik shaker exercise merupakan terapi menelan yang meningkatkan kekuatan otot menelan sehingga meningkatkan fungsi menelan. Pengkajian gangguan menelan dilakukan dengan The Gugging Screening Scale (GUSS). Intervensi yang dilakukan adalah latihan dengan teknik shaker exercise sebanyak 3 kali dalam satu hari. Hasil evaluasi menunjukan adanya peningkatan fungsi menelan yang dinilai dengan Tes GUSS (Gugging Screening Scale). Skor GUSS sebelum intervensi adalah 7 yang menandakan disfagia berat dan skor GUSS setelah intervensi adalah 15 yang menandakan disfagia ringan dan kekuatan otot menelan pasien semakin baik. Berdasarkan hal tersebut terjadi perubahan yang signifikan terhadap kekuatan otot menelan pasien. Oleh karena itu, teknik shaker exercise dapat menjadi salah satu intervensi yang dilakukan perawat untuk meningkatkan kekuatan otot menelan pada pasien stroke. ...... Dysphagia is a swallowing disorder which is one of the poor prognoses in stroke patients. The incidence of swallowing disorders is 34-80% and the effects are commonly found after a stroke. Delayed treatment of swallowing disorders will affect the fulfillment of basic needs such as dehydration, malnutrition and increase the risk of aspiration. The aim of this scientific work is to analyze the provision of shaker exercise technique intervention to increase swallowing muscle strength. The shaker exercise technique is a swallowing therapy that increases swallowing muscle strength thereby improving swallowing function. Swallowing disorders are assessed using The Gugging Screening Scale (GUSS). The intervention carried out was training using the shaker exercise technique 3 times a day. The evaluation results showed an improvement in swallowing function as assessed by the GUSS Test (Gugging Screening Scale). The GUSS score before the intervention was 7 which indicated severe dysphagia and the GUSS score after the intervention was 15 which indicated slight dysphagia and the patient's swallowing muscle strength was getting better. Based on this, there was a significant change in the patient's swallowing muscle strength. Therefore, the shaker exercise technique can be one of the interventions carried out by nurses to increase swallowing muscle strength in stroke patients.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anis Khaerunisa
Abstrak :
Salah satu spesies makroalga di perairan Pulau Semak Daun yang berpotensi memiliki akumulasi mikroplastik yang tinggi adalah Halimeda macroloba atau kaktus laut tegak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk, warna, ukuran, dan kelimpahan mikroplastik pada H. macroloba di perairan Pulau Semak Daun, serta pengaruh pengocokan terhadap pengurangan kelimpahan mikroplastik pada H. macroloba Decaisne 1841. Mikroplastik pada permukaan makroalga diluruhkan menggunakan orbital shaker kecepatan 150 rpm dengan variasi waktu 5, 10, dan 15 menit. Mikroplastik yang masih menempel setelah perlakuan pengocokan dihitungan dengan melarutkan jaringan makroalga menggunakan larutan basa kuat natrium hidroksida (NaOH) 6 M. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan mikroplastik bentuk fiber, fragmen, film, dan pellet dalam berbagai ukuran dengan variasi warna biru, hitam, merah, dan hijau pada objek pengamatan. Ukuran partikel mikroplastik yang ditemukan berada dalam kisaran 8,6—4649,12 μm. Bentuk mikroplastik yang mendominasi H. macroloba adalah fiber, dengan total 30,2 partikel/g (64,7%). Warna partikel yang mendominasi H. macroloba adalah warna biru, dengan total 560 partikel (47,2%). Pengurangan kelimpahan mikroplastik terjadi pada pengocokan 5 menit sebesar 50%, pengocokan 10 menit sebesar 75%, dan pengocokan 15 menit sebesar 89%. Sedangkan untuk kelimpahan mikroplastik yang masih melekat setelah dilakukan pengocokan 5 menit sebesar 50%, setelah pengocokan 10 menit sebesar 25%, dan setelah pengocokan 15 menit sebesar 11%. Uji One-Way ANOVA membuktikan bahwa semakin lama waktu pengocokan maka akan semakin tinggi persentase pengurangan mikroplastik. Pengocokan dengan kecepatan 150 rpm selama 15 menit memberikan hasil pengurangan kelimpahan mikroplastik tertinggi dibandingkan dengan variasi waktu pengocokan lainnya. ......One of the macroalgae species in the waters of the Semak Daun Island which has the potential to have a high microplastic accumulation is Halimeda macroloba or an erect sea cactus. This study aims to determine the shape, color, size, and abundance of microplastics in H. macroloba in the waters of Semak Daun Island, also the effect of shaking on reducing the abundance of microplastics in H. macroloba Decaisne 1841. Microplastics on the surface of macroalgae were removed using an orbital shaker at a speed of 150 rpm with time variations of 5, 10, and 15 minutes. Microplastics that are still attached after the shaking treatment are calculated by dissolving the macroalgae tissue using a 6 M sodium hydroxide (NaOH) strong base solution. The results of the study showed that found microplastic form of fiber, fragments, films, and pellets in various sizes with variations colour of  blue, black , red, and green on observation objects. The particle size of the microplastics found in the range of 8.6-4649.12 μm. The microplastic form that dominates H. macroloba is fiber, with a total of 30.2 particles/g (64.7%). The dominant particle color of H. macroloba is blue, with a total of 560 particles (47.2%). The reduction on the abundance of microplastics occurred at 50% shaking for 5 minutes, 75% shaking for 10 minutes, and 89% shaking for 15 minutes. As for the abundance of microplastics that are still attached after 5 minutes of shaking it is 50%, after 10 minutes of shaking it is 25%, and after 15 minutes of shaking it is 11%. The One-Way ANOVA test proved that the longer the shaking time, the higher the percentage of microplastic reduction. Shaking at 150 rpm for 15 minutes gave the highest reduction in microplastic abundance compared to other variations of shaking time.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arthur Reginald Tani
Abstrak :
Bangunan tembokan nir-rekayasa tanpa tulangan (URM) umumnya lemah terhadap gempa dan sangat berbahaya untuk keselamatan manusia, meskipun gempa yang terjadi relatif kecil. Namun jenis konstruksi ini akan sangat sulit untuk digantikan, khususnya di negara- negara berkembang seperti Indonesia. Hal tersebut dikarenakan bangunan tembokan nir- rekayasa relatif murah dan mudah untuk dibangun. Oleh karena itu diperlukan suatu metode perkuatan yang murah dan mudah ditiru untuk meningkatkan ketahanan bangunan terhadap gempa (seismic retrofitting), salah satunya adalah perkuatan menggunakan ferosemen. Selain sebagai metode perkuatan, dinding pasangan bata dengan lapisan ferosemen juga dapat digunakan sebagai elemen struktur penahan gempa dalam konstruksi bangunan baru. Hal tersebut dilakukan dengan membalutkan lapisan ferosemen pada kedua sisi dinding, di lokasi- lokasi balok dan kolom praktis umumnya diletakan. Metode ini sudah diuji dan dibuktikan untuk struktur bangunan tembokan nir-rekayasa satu lantai. Secara prinsip metode ini juga dapat diterapkan untuk bangunan sederhana dua lantai. Pada penelitian ini dilakukan pengujian getar pada benda uji dinding sebagai verifikasi parameter pemodelan, yang kemudian parameter pemodelan tersebut digunakan untuk memodelkan struktur bangunan tembokan dua lantai tanpa tulangan (URM). Kemudian dilakukan analisis perilaku dinamik pada model bangunan tembokan dua lantai tanpa tulangan (URM) dengan dan tanpa lapisan ferosemen. Hasil analisis menunjukan bahwa lapisan ferosemen juga dapat diterapkan pada bangunan tembokan dua lantai dan cukup efektif dalam menahan gempa. ......Non-engineered unreinforced masonry (URM) buildings are generally weak against earthquakes and very dangerous for human safety, even though the earthquake that occurred was relatively small. However, this type of construction will be difficult to replace, especially in developing countries such as Indonesia, because it is relatively cheap and easy to build. Therefore, there is a need for a cheap and easy-to-apply seismic retrofitting method, one of which is ferrocement retrofitting. Masonry walls strengthened by layers of ferrocement can also be used as lateral load resistance elements for new URM buildings. It can be done by applying ferrocement layers on both sides of the wall, where beam and column are usually placed. This method has been tested and proven for a single-story building. Theoretically, this method can also be applied to a simple two-story URM building. In this research, a vibration test was carried out on a wall specimen as a model validation, which then the modeling parameters were used to model a two-story unreinforced masonry (URM) building. Linear dynamic analysis was carried out on a two-story URM building with and without ferrocement layers. It is concluded that ferrocement strengthening can also be used on two-story URM building and quite effective against earthquakes.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Zaki Risadi
Abstrak :
Dalam 5-6 tahun terakhir, pembangunan infrastruktur di Indonesia dipercepat. Banyak masalah terkait pengadaan lahan yang terjadi, karena itu digunakan struktur jembatan slab-on-pile sebagai solusi. Akibat properti unik struktur slab-on-pile dimana batasan antara struktur atas dan bawahnya yang sangat ambigu, dan fakta bahwa struktur slab-on-pile banyak digunakan pada proyek jalan tol elevated sedangkan menurut KKJTJ, setiap jembatan elevated yang panjangnya melebihi 3 km perlu dilakukan uji dinamik, maka dari itu, perlu dilakukan pengujian dinamik lateral terhadap struktur slab-on-pile agar bisa dianalisis karakteristik dinamiknya. Pada penelitian ini, pengujian dinamik lateral menggunakan eccentric mass shaker dilakukan terhadap struktur jembatan slab-on-pile agar diketahui frekuensi alaminya. Data yang diolah menggunakan proses FFT (fast fourier transform) dan FDD (frequency domain decomposition) divalidasi terhadap beberapa model struktur yang divariasikan dalam permodelan pondasinya serta jenis elemen yang digunakan. Terdapat 3 variasi jenis permodelan pondasi yaitu Full (dimodelkan seutuhnya), Fix.Point (dijepit pada taraf penjepitan lateral) dan Ground (dijepit pada elevasi ground) dan 2 variasi jenis elemen yang digunakan yaitu Frame & Shell dan Elemen Solid. Model dibuat menggunakan program Midas Civil. Didapatkan nilai frekuensi alami struktur sebesar 3.3 Hz dalam arah longitudinal dan 4.5 Hz dalam arah transversal. Frekuensi alami dari pengujian setara dengan model dalam arah longitudinal, namun jauh lebih besar dari model dalam arah transversal. Hal ini karena dalam proses pemancangan spun pile, terjadi pemadatan tanah di sekelilingnya sehingga dalam arah transversal, dimana jarak antar pile kecil, kekakuan tanah meningkat. Dari penelitian ini juga didapat kesimpulan bahwa model yang paling akurat untuk memodelkan struktur slab-on-pile adalah model struktur yang dijepit pada taraf penjepitan lateral yang menggunakan elemen frame dan shell (FS- FIX.POINT) untuk arah longitudinal dan model struktur yang dijepit pada elevasi ground yang menggunakan elemen frame dan shell (FS-GROUND) untuk arah transversal. ......In the last 5-6 years, infrastructure development in Indonesia has accelerated greatly. This causes land availability issues, which are solved by implementing slab-on-pile structures for bridge construction. Due to slab-on-pile bridges not having a clear border between their superstructure and substructure, and the fact that slab-on-pile bridges are often used for elevated toll road projects where KKJTJ states that all elevated toll roads spanning over 3 km must be assessed for its dynamic capabilities, a lateral dynamic test becomes relevant to conduct in order to analyze the structure’s dynamic characteristics.. In this research, a slab-on-pile bridge structure is tested for its lateral dynamic capacities using an eccentric mass shaker so that its natural frequencies can be obtained. The data processed using the FFT (fast fourier transform) and FDD (frequency domain decomposition) methods are compared with the values obtained from numerical models made using Midas Civil. Several models were made with variations on the spun pile foundation modelling method and the elements that were used for the model. Three spun pile foundation modelling method variations were used: Full (foundation fully modelled), Partial (foundation fixed at its fixity point), and Ground (foundation fixed at ground level); two variations of elements were used: Frame & Shell and Solid Element. The tests result in a longitudinal natural frequency of 3.3 Hz and a transversal natural frequency of 4.5 Hz. The longitudinal natural frequency is similar with the model’s longitudinal natural frequency. However, the transversal natural frequency is 16.9 – 32.8% higher than the model’s transversal natural frequency. This is caused by the erection of the spun pile foundation that causes its surrounding soil in the transversal direction to condense, which in the case of very short pile spacing distances, causes the soil stiffness to increase. The tests and models also show that the most accurate model in the longitudinal direction is the FS-FIX.POINT model which were given fixed restraints at its fixity point and is modelled using the frame & shell elements. In the transversal direction, the most accurate model is the FS-GROUND model which were given fixed restraints at ground level and is modelled using frame & shell elements.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
IRWAN ADE PUTRA
Abstrak :
Penelitian mengenai pengujian dinamik ini bertujuan untuk mendapatkan parameter dinamik struktur, yaitu: frekuensi alami, rasio redaman, dan mode getar. Dan juga pengaruh perletakan bearing pad terhadap transmisibilitas dari respon dinamik struktur jembatan. Objek struktur yang digunakan adalah Jembatan Elevated Toll yang terletak di jalan tol ruas Krian-Legundi-Bunder-Manyar (KLBM), Surabaya-Jawa Timur. Struktur jembatan dimodelkan secara tiga dimensi dengan menggunakan software SAP2000 untuk memperoleh frekuensi alami dan mode getar struktur jembatan secara teoritis. Forced vibration test kemudian dilakukan untuk mendapatkan frekuensi alami dan rasio redaman struktur jembatan secara eksperimen. Pengukuran vibrasi menggunakan microtremor dengan sensor accelerometer. Hasil dari eksperimen ini mampu mengidentifikasi dua mode dari struktur jembatan, yaitu mode vertikal pertama dan mode longitudinal pertama. Hasil yang diperoleh adalah frekuensi alami hasil eksperimen nilainya relatif lebih besar sampai 13 % dibandingkan frekuensi alami hasil permodelan. Frekuensi hasil eksperimen lebih besar dari permodelan maka jembatan masih dalam keadaan yang utuh atau belum mengalami kerusakan dan dalam kondisi yang baik. Rasio redaman struktur jembatan yang diperoleh dari hasil eksperimen yaitu 1.92 % dan 2.32 %. Transmisibilitas dari perletakan bearing pad dapat mereduksi respon percepatan dari struktur atas jembatan ke struktur bawah jembatan sebesar 54.62 % dan 60.22 %. ......The purpose of this dynamic test was to obtain dynamic parameters of structure, such as: natural frequency, damping ratio, and mode shape. And also the effect of elastomeric bearing support on the transmissibility of the dynamic response of the bridge structure. The object used is the Elevated Toll Bridge located on the Krian-Legundi-Bunder-Manyar toll road (KLBM), Surabaya-East Java. The bridge structure was modeled in three dimensional using SAP2000 software to obtain the natural frequency and mode shape of the bridge structure theoretically. Forced vibration test was then performed to obtain the natural frequency and damping ratio of the bridge structure experimentally. Vibration measured using microtremor with accelerometer sensor. The results of this experiment were able to identify two modes of the bridge structure, namely the first vertical mode and the first longitudinal mode. The results obtained are the natural frequency of experimental value is relatively greater up to 13% compared to the natural frequency of the modeling results. The natural frequency of the experimental is greater than modeling, so the bridge is still in a complete condition or has not been damaged and in good condition. The damping ratio of the bridge structure were obtained from the experimental results is 1.92% and 2.32%. The transmissibility of the bearing support can reduce the acceleration response from the upper bridge structure to the lower bridge structure by 54.62% and 60.22%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Milania Rahim
Abstrak :
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan parameter dinamik berupa periode getar, mode getar, dan rasio redaman struktur. Parameter dinamik didapatkan dengan melakukan analisis modal secara teoritis dan eksperimen untuk selanjutnya dibandingkan. Dalam penelitian ini, model struktur yang akan menjadi objek penelitian adalah Gedung laboratorium DTS FTUI yang merupakan gedung empat lantai dengan struktur beton yang terletak di Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Struktur bangunan dimodelkan tiga dimensi dengan menggunakan program ETABS 17. Hasil dari pemodelan adalah berupa periode getar dan mode getar secara teoritis. Selanjutnya parameter dinamik secara eksperimen dilakukan dengan melakukan tes vibrasi berupa forced vibration test menggunakan alat eccentric mass shaker. Untuk mencatat respon struktur, ditempatkan accelerometer dan vibrometer. Hasil dari eksperimen dapat mengidentifikasi respon struktur Laboratorium DTS FTUI untuk 3 mode getar. Hasil yang diperoleh dari eksperimen menghasilkan simpangan rata-rata 6,4% jika dibandingkan dengan hasil modelisasi. Rasio redaman struktur yang diperoleh dari hasil eksperimen adalah sekitar 5,1%. ......This study aims to obtain dynamic parameters consisting of the vibration period, vibration mode, and the damping ratio of the structure. Dynamic parameters are obtained by doing modal analysis theoretically and experimentally. The object in this study is Laboratorium DTS FTUI Building, a four-story building with a concrete structure located at the Faculty of Engineering, University of Indonesia. The structure was modeled in three dimensions using ETABS 17 program to obtain natural period and vibration mode theoretically. Vibration test was then performed into a forced vibration test using an eccentric mass shaker. The response of structure measured using accelerometer and vibrometer. The results of the experiment is able to identify 3 modes of the structure. The results obtained from the experiment produced an average deviation of 6.4% compared with the theoretical results. The structural damping ratio obtained from the experimental results is around 5.1%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library