Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wong Winami Wati
"Telah dilakukan penelitian antropometri di Jakarta pada 40 laki-laki dewasa muda Cina Indonesia, 40 laki-laki dewasa muda Jawa, 40 laki-laki dewasa muda Flores dan 40 laki-laki dewasa muda Papua yang semuanya menetap di Jakarta. Parameter antropometri yang diukur adalah tinggi badan (vertex-base), panjang lengan atas/humerus (acromion-radiale), panjang lengan bawah(radius (radiale-stylion), panjang tungkai atas/femur (Trochanterion-tibiale) dan panjang,tungkai bawah/tibia (tibiale-sphyrion). Pengukuran dilakukan dengan metode pengukuran Martin dengan antropemetri Martin. Data diolah untuk mendapatkan faktor multiplikasi (Fm) dan ratio pada setiap kelompok, nilai rata-rata dan simpang bakunya, kemudian dilakukan perbandingan diantara kelompok menggunakan test anova dengan tingat kemaknaan 5% atau nilai p < 0,05.
Hasil penelitian menunjukan adanya persamaan (tidak berbeda bermakna) diantara orang Cina, Jawa dan Flores pada tinggi badan, panjang lengan atas (hunters), panjang lengan bawah (radius), panjang tungkai atas (femur) dan panjang tungkai bawah (tibia). Tetapi terdapat sedikit perbedaan pada ukuran lengan bawah (radius) antara laki-laki Jawa dan Flores. Tinggi badan dan panjang tungkai atas (femur) kelompok Papua (kelompok melanesoid) berbeda secara signifikan dari kelompok Cina, Jawa dan Flores (kelompok Mongoloid) sedangkan panjang lengan atas (humersu), lengan bawah(radius dan tungkai bawah (tibia) semuanya sama (tidak berbeda secara signifikan). Kelompok Papua (kelompok melanesoid) berbeda secara signifikasi dengan kelompok Flores, Jawa dan Cina ( kelompok mongoloid) pada : 1. Faktor multiplikasi radius (lengan bawah) dan tibia (tungkai bawah); 2. Ratio radius ( lengan bawah), femur (tungkai atas) dan tibia (tungkai bawah).
Hubungan panjang tulang-tulang panjang terhadap tinggi badan dijabarkan dalam persamaan regresi sebagai berikut :
Kelompok Mongoloid Indonesia :
(WHmo) TB = 99,467 + 2,083 HSE : 5,705r : 0,467
(WRmo) TB = 102,964 + 2,457 R. SE : 4,475 r : 0,720
(WFmo) TB = 103,804 + 1,364 FSE : 5,131r : 0,606
(WTmo} TB = 96,939 + 1,981 TSE : 4,832r : 0,663
Kelompok Melanesoid Indonesia : (WHme) TB = 119,300 + 1,398 H SE : 4,103 r : 0,440
(WRme) TB = 126,803 + 1,401 R SE : 4,216 r : 0,385
(WFme) TB = 143,760 + 0,414 FSE : 4,312r : 0,330
(WTme) TB =114,325+ 1,378 TSE : 4,072r : 0,454
Pengujian ketepatan rumus dalam penerapan pada 30 orang laki-iaki Indonesia yang terdiri atas 25 orang Mongoloid Indonesia dan 5 orang Melanesoid Indonesia menunjukkan bahwa rumus yang diperoleh menghasilkan penyimpangan tinggi badan kurang lebih 1%.

An anthropometric study was conducted in Jakarta in 2002 on 40 young adult males of Indonesia Chinese, 40 young adult males of Javanese, 40 young adult males of Flores and 40 young adult of males of Papua. Anthropometric parameters taken were body height (base-vertex), upper arm length/humerus (acromiale-radiale), lower arm length/radius (radiale-stylion), thigh length/femur (trochanterion-tibiale), shank lengthltibia (tibiale-sphyrion). Measurement was carried out according to Martin's method using Martin's Anthropometer. The measurement was computed to obtain: the multiplication factors (MF) and ratios of parameter pairs, means and their standard deviation values. Comparisons between the groups were analyzed using student anova test with the 5% significance level or p value < 0.05.
Result of computation showed the homogeneity (non significant different) among Chinese', Javanese' and Flores's body height (base-vertex), upper arm length/humerus (acromiale-radiale), lower arm length (radius)(radiale-stylion), thigh/femur (trochanterion- tibiale) and shank lengths (tibia) /tibiale-sphyrion. But there was a slight heterogeneity in lower arm length/radius measures between Flores and Javanese male. Body height and thigh(femur) length of Papua group (melanesoid group) differed significantly from those of Chinese, Javanese and Flores groups ( mongoloid groups), while upper arm (humerus) length, lower arm (radius) length and shank (tibia)length were all homogenous (did not differ significantly). Papua group (melanesoid group) differed significantly with Flores, Javanese and Chinese groups (mongoloid groups) in: 1. Multiplication Factors of radius (lower arm) and tibia (shank), 2.Ratios of radius (lower arm), of femur (thigh) and of tibia (shank).
Relationship of long bones of upper and lower extremities and body height was formulated as shown below:
Male Mongoloid Group (Chinese, Javanese and Flores populations)
(WHmo) Bodyheight= 99.467 + 2.083H SE:5.705 r.0.467
(WRmo) Bodyheight= 102.964 + 2.457R SE:4.475 r.0.720
(WFmo) Bodyheight= 103.804 + 1.364F SE:5.131 r.0.606
(WTmo) Bodyheight= 96.939 + 1.981T SE:4.832 r.0.663
Male Melanesoid (Papua) (WHme) Bodyheight= 119.300+ 1.398H SE:4.103 r.0.440
(WRme) Bodyheight= 126.803+ 1.401R SE:4.216 r.0.385
(WFme) Bodyheight= 143.760+ 0.414F SE:4.312 r.0.330
(WTme) Bodyheight= 114.325+ 1.378T SE:4.072 r.0454
Application test of these formulas on 30 individuals consisting of 25 Indonesian' mongoloids and 5 Indonesian melanesoids showed that the formulas give the deviation of body height of less than 1°%.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T9970
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widiajaya
"Pada mesin otto empat langkah yang sekarang banyak beredar dipasaran khususnya sepeda motor memiliki konfigurasi bore dan stroke yang hampir sama atau square. Walaupun lebih dominan memiliki langkah (stroke) yang lebih besar. Hal tersebut bertujuan agar torsi yang dimiliki mesin tersebut lebih cepat didapat disaat rotasi atau putaran mesin tidak terlalu tinggi. Dengan torsi yang didapatkan lebih cepat disaat putaran mesin yang tidak terlalu tinggi ini, diharapkan konsumsi bahan bakar yang dibutuhkan tidak terlalu banyak.
Agar tercapainya tujuan tersebut yang disesuaikan dengan kebutuhan atau bobot yang akan diterima oleh mesin tersebut, maka didesain mesin otto empat langkah yang berkapasitas 65cc. Digunakannya kapasitas sebesar itu karena bobot kendaraan yang akan ditopangnya sebesar 90kg termasuk pengendaranya. Sebab mesin sepeda motor yang beredar dipasaran sebagian besar berkapasitas 110cc atau lebih dan torsi maksimum yang dimilikinya baru akan didapat pada saat putaran mesin yang cukup tinggi. Sehingga konsumsi bahan bakar yang dibutuhkan hingga keluarnya torsi maksimum yang dimiliki mesin tersebut tinggi.
Untuk tercapainya konfigurasi mesin tersebut, maka didesain connecting rod dan crankshaft yang sesuai. Dimensi dari connecting rod tersebut memiliki diameter dari small end sebesar 12mm dan memiliki ketebalan 3mm, big end memiliki diameter sebesar 30mm dan memiliki ketebalan 5mm, untuk shank dari batang connecting rod tersebut memiliki lebar 8mm dan ketebalan 10mm. Untuk dimensi dari crankshaft, ketebalan dari crankweb sebesar 12mm dan untuk kelebaran dari crankweb sebesar 34,14mm. Dan untuk counter weight dari crankshaft memilki massa sebesar 408,4 gram. Dan setelah diuji melalui software Ansys didapatkan lifetime dari connecting rod yaitu 123 hari dan untuk crankshaft 270 hari.

In the four-stroke engine is now widely circulated in the market, especially motorcycles has bore and stroke configuration is almost the same or square. Although it has a more dominant stroke is greater. It is intended that the engine torque owned more quickly gained when rotation or engine speed is not too high. Torque is obtained more quickly when the engine speed is not too high, the expected consumption of fuel needed is not too much.
In order to achieve these objectives are adjusted to the needs or weight that will be accepted by the machine, otto four-stroke engine was designed with a capacity of 65cc. The use of capacity for it because of the weight of the vehicle which will ditopangnya of 90kg including the rider. Because motorcycle engines in the market most of the capacity of 110cc or more and its maximum torque will be gained when the engine speed is high enough. So the consumption of fuel is required to release the maximum torque of the engine owned higher.
To achieve the configuration of the machine, connecting rod and crankshaft designed accordingly. Dimensions of the small end connecting rod has diameter is12 mm and a thickness is 3 mm, big end has a diameter is 30 mm and has a thickness is 5 mm, for the shank of the rod connecting rod has a width is 8 mm and 10 mm thickness. For the dimension of the crankshaft, the thickness of crankweb is 12 mm and width crankweb amounted to 34.14 mm. And to have the counter weight of the crankshaft mass 408.4 grams. And having tested Ansys software obtained through the lifetime of the connecting rod to the crankshaft 123 days and 270 days.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46048
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library